Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Analisis Bivariat

56

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh

Wilayah Kerja Puskesmas Pauh terletak di Kecamatan Pauh, sebelah Timur pusat Kota Padang. Terdiri dari 9 kelurahan, yaitu Kelurahan Pisang, Kelurahan Binuang Kampung Dalam, Kelurahan Piai Tangah, Kelurahan Cupak Tangah, Kelurahan Kapalo Koto, Kelurahan Koto Luar, Kelurahan Lambung Bukit, Kelurahan Limau Manis Selatan dan Kelurahan Limau Manis. Luas wilayah ± 146,2 km 2 terdiri dari 60 dataran rendah dan 40 dataran tinggi. Batas wilayah kerja Puskesmas Pauh Kota Padang sebagai berikut: 1. Sebelah Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koto Tangah 2. Sebelah Selatan : Wilayah Kerja Puskemas Lubuk Kilangan 3. Sebelah Timur : Kabupaten Solok 4. Sebelah Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Timur Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Padang tahun 2014 edisi November, 2015, jumlah penduduk Kecamatan Pauh adalah sebanyak 66.661 jiwa yang terdiri dari 33.637 orang laki-laki dan 33.024 orang perempuan. Sedangkan jumlah rumah tangga di Kecamatan Pauh tercatat sebanyak 15.283 rumah tangga dengan rata-rata 4 orang per rumah tangga. Penyebaran penduduk masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut : 1. Pisang : 8832 jiwa 2. Binuang Kp Dalam : 6234 jiwa Universitas Sumatera Utara 3. Piai Tangah : 4046 jiwa 4. Cupak Tangah : 9566 jiwa 5. Kapalo Koto : 8582 jiwa 6. Koto Luar : 8073 jiwa 7. Lambung Bukit : 3510 jiwa 8. Limau Manis Selatan : 10296 jiwa 9. Limau Manis : 7522 jiwa

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Bayi

Gambaran karakteristik bayi berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat berdasarkan tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Bayi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2016 Karakteristik Bayi n 1. Umur 3 bulan 7 12,7 4 bulan 10 18,2 5 bulan 25 45,5 6 bulan 13 23,6 Jumlah 55 100 2. Jenis Kelamin Perempuan 34 61,82 Laki-laki 21 38,18 Jumlah 55 100 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa berdasarkan karakteristik bayi berdasarkan umur, persentase paling besar adalah bayi berusia 5 bulan, yaitu Universitas Sumatera Utara sebanyak 25 bayi atau 45,5 dari jumlah sampel dan mayoritas bayi berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 34 bayi atau 61,82 dari jumlah sampel.

4.2.2 Karakteristik Responden

Gambaran karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan terakhir dan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2016 Karakteristik Responden n Umur 18-20 tahun 3 5,5 21-30 tahun 44 80 31-40 tahun 8 14,5 Jumlah 55 100 Pendidikan Terakhir SD 2 3,6 SMP 6 10,9 SLTA 40 72,7 P.Tinggi 7 12,7 Jumlah 55 100 Jenis Pekerjaan PNS 2 3,6 Pegawai swasta 3 5,4 Pedagang 16 29,1 IRT 35 63,6 Jumlah 55 100 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui sebagian besar responden berusia 21-30 tahun sebanyak 44 responden 80, mayoritas tingkat pendidikan terakhir adalah SLTA yaitu sebanyak 40 responden 72,7 dan mayoritas sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 35 responden 63,3. Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Makanan Pendamping Air Susu Ibu MP-ASI

Gambaran makanan pendamping air susu ibu yang diberikan responden ibu kepada bayi berdasarkan jenis dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut Tabel 4.3 Distribusi Makanan Pendamping Air Susu Ibu Berdasarkan Jenis dan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2016 Jenis MP-ASI Umur Bayi Total 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan n n n n n Air tajin Bubur instan Bubur tepung beras Pisang saring Nasi tim 0 0 3 5,4 2 3,6 2 3,6 0 0 1 1,8 2 3,6 5 9,1 1 1,8 7 12,7 0 0 5 9,1 4 7,3 2 3,6 8 14,5 0 0 0 0 2 3,6 2 3,6 9 16,4 1 1,8 10 18,1 13 23,6 7 12,7 24 43,6 Total 55 100 Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui sebagian besar jenis MP-ASI yang diberikan adalah nasi tim yaitu sebanyak 24 responden 43,6

4.2.4 Frekuensi Pemberian MP-ASI

Gambaran frekuensi pemberian MP-ASI per hari dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut : Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pemberian MP-ASI oleh Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 Frekuensi pemberian n 1 kali sehari 2 kali sehari 3 kali sehari 27 26 2 49,1 47,3 3,6 Jumlah 55 100 Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui sebagian besar pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 1 kali sehari 49,1. Universitas Sumatera Utara

4.2.5 Kejadian Diare pada Bayi

Kejadian diare pada bayi adalah penyakit diare yang dialami oleh bayi dalam satu bulan terakhir. Gambaran mengenai kejadian diare dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5 Distribusi Kejadian Diare pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh tahun 2016 Kejadian Diare n Ya 12 21,8 Tidak 43 78,2 Jumlah 55 100 Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa lebih banyak bayi yang tidak mengalami diare dalam satu bulan terakhir yaitu sebanyak 43 bayi 78,2.

4.2.6 Hygiene Sanitasi Makanan Pendamping Air Susu Ibu MP-ASI Olahan Rumah Tangga

Hygiene sanitasi MP-ASI olahan rumah tangga adalah kebersihan makanan pendamping ASI yang diolah oleh responden. Poin-poin pada lembar observasi mengenai hygiene sanitasi makanan pendamping ASI terdiri dari 6 poin yang terdiri dari pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, penyimpanan makanan jadi, pengangkutan makanan jadi dan penyajian makanan. Gambaran mengenai hygiene sanitasi makanan pendamping ASI yang diolah oleh responden berdasarkan lembar observasi dapat dilihat sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara

4.2.6.1 Pemilihan Bahan Makanan

Gambaran pemilihan bahan makanan MP-ASI yang diolah responden dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut Tabel 4.6 Distribusi Pemilihan Bahan Makanan MP-ASI yang Diolah responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh tahun 2016 No Pemilihan Bahan Makanan Jumlah Ya Jumlah Tidak 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Beras a. Kondisi utuh dan tidak rusak b. Kondisi bersih dan tidak berkutu c. Tidak menggumpal Tahu a. Kondisi utuh, tidak berlendir dan tidak rusak b. Berwarna putih kekuningan c. Beraroma segar dan tidak busuk Kentang a. Kondisi utuh dan tidak rusak b. Kulit berwarna coklat bukan kehijauan c. Beraroma segar dan tidak busuk Wortel a. Kondisi utuh dan tidak rusak b. Berwarna orange cerah bukan orange kehitaman c. Beraroma segar dan tidak busuk Pisang a. Kondisi utuh dan tidak rusak b.Berwarna kuning cerah bukan kecoklatan c. Beraroma segar dan tidak busuk Telur a. Kondisi utuh dan tidak rusak atau retak b. Tidak terdapat kotoran atau noda pada kulit Bahan dalam kemasan terdaftar di Depkes, tidak kadaluarsa dan tidak cacat atau tidak rusak. 38 38 38 8 8 8 28 28 28 24 24 28 6 6 6 10 100 100 100 100 100 100 100 100 100 85,7 85,7 100 100 100 100 100 4 4 4 4 14,3 14,3 100 100 Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa seluruh responden baik untuk pemilihan bahan makanan seperti beras, tahu, kentang dan pisang dalam keadaan utuh dan tidak rusak serta beraroma segar dan tidak busuk tetapi seluruh responden Universitas Sumatera Utara yang menggunakan telur sebagai bahan makanan untuk MP-ASI memilih bahan makanan tidak baik seperti telur tidak utuh dan rusak serta terdapat kotoran di kulit telur. Untuk pemilihan bahan makanan jenis wortel sebanyak 24 responden 85,7 memilih dalam keadaan utuh dan tidak rusak dan seluruh responden memilih wortel yang beraroma segar dan tidak busuk. Untuk pemilihan bahan makanan dalam kemasan, seluruh responden baik dalam pemilihan bahan makanan yaitu bahan makanan dalam kemasan terdaftar di Departemen Kesehatan, tidak kadaluarsa, tidak cacat ataupun tidak rusak. Tabel 4.7 Distribusi Kategori Pemilihan Bahan Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 Pemilihan bahan makanan n Tidak Baik 8 14,5 Baik 47 85,4 Total 55 100 Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden baik dalam pemilihan bahan makanan yaitu sebanyak 47 responden 85,4.

4.2.6.2 Penyimpanan Bahan Makanan

Gambaran penyimpanan bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut : Tabel 4.8 Distribusi Penyimpanan Bahan Makanan MP-ASI oleh Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 No Penyimpanan Bahan Makanan Jumlah Jumlah Ya Tidak 1 Wadah penyimpan bahan makanan kuat, 38 69,1 17 30,9 kedap air dan tertutup 2 Wadah penyimpanan tidak menjadi tempat 34 61,8 21 38,2 bersarang serangga dan tikus 3 Penempatan wadah penyimpanan bahan 30 54,5 25 45,4 makanan terpisah dari makanan jadi Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden baik dalam penyimpanan bahan makananan seperti wadah penyimpanan bahan makanan kuat, kedap air dan tertutup sebanyak 38 responden 69,1 , wadah penyimpanan tidak menjadi tempat bersarang serangga dan tikus sebanyak 34 responden 61,8, penempatan wadah penyimpanan bahan makanan terpisah dari makanan jadi sebanyak 30 responden 54,5. Tabel 4.9 Distribusi Kategori Penyimpanan Bahan Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 Penyimpanan bahan makanan n Tidak Baik 22 40 Baik 33 60 Total 55 100 Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden baik dalam penyimpanan bahan makanan yaitu sebanyak 33 responden 60.

4.2.6.3 Pengolahan Makanan 1. Tempat Pengolahan

Gambaran pengolahan bahan makanan berdasarkan tempat pengolahan, berdasarkan Tabel 4.10 dibawah ini : Tabel 4.10 Distribusi Pengolahan Makanan MP-ASI yang Diolah oleh Responden Berdasarkan Tempat Pengolahan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 No Tempat Pengolahan Jumlah Ya Jumlah Tidak 1 2 3 4 5 6 7 8 Lantai dapur bersih Permukaan lantai dapur rata Tidak tampak lalat berterbangan di dapur Permukaan dinding rata Langit-langit rata dan mudah dibersihkan Langit- langit tidak terdapat lubang Ventilasi 10 dari luas lantai Air bersih tidak berbau, berasa dan berwarna 32 58,2 35 63,6 34 61,8 50 90,1 46 83,6 10 18,2 8 14,5 55 100 23 41,8 20 36,4 21 38,2 5 9,9 9 16,4 45 81,2 47 40,5 0 0 Universitas Sumatera Utara 9 10 11 12 13 Tersedia tempat mencuci bahan makanan dan peralatan dengan air bersih yang cukup 20-50 Lhari Sampah diangkut dalam 24 jam Jarak saluran pembuangan air limbah ke sumber air bersih adalah 10 meter Toilet bersih Tidak terdapat lubang pada bahan bangunan 9 16,4 13 23,6 32 58,2 25 45,5 11 80 46 83,6 42 76,4 23 41,8 30 54,5 44 20 Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa berdasarkan tempat pengolahan sebanyak 32 responden 58,2 memiliki dapur yang bersih, sedangkan 23 responden 41,8 tidak memiliki dapur yang bersih dan sebanyak 35 responden 63,6 memiliki permukaan lantai dapur yang rata, sedangkan 20 responden tidak memiliki permukaan lantai dapur yang rata. Berdasarkan hasil observasi 34 responden 61,8 memiliki dapur yang tidak tampak lalat berterbangan sedangkan 21 responden 38,2 memiliki dapur yang tampak lalat berterbangan. Sebanyak 50 responden 90,1 memiliki dinding yang rata sedangkan 5 responden 9,9 memiliki dinding yang tidak rata. Sebanyak 46 responden 83,6 memiliki langit-langit yang rata dan mudah dibersihkan sedangkan 9 responden 16,4 memiliki langit-langit yang tidak mudah dibersihkan dan 10 responden 18,2 memiliki langit-langit yang tidak terdapat lubang sedangkan 45 responden 81,2 memiliki langit-langit yang terdapat lubang. Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa terdapat 8 responden 14,5 yang memiliki ventilasi 10 dari luas lantai, sedangkan 47 responden 46,5 memiliki ventilasi kurang dari 10 luas lantai. Sebanyak 9 responden 16,4 memiliki tempat mencuci bahan makanan dan peralatan dengan air bersih yang cukup, Universitas Sumatera Utara sedangkan 46 responden 83,6 tidak memiliki tempat mencuci bahan makanan dan peralatan dengan air bersih yang cukup. Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa sebanyak 13 responden 23,6 mengangkut sampah dalam 24 jam, sedangkan 42 responden 76,4 tidak mengangkut sampah dalam 24 jam. Sebanyak 32 responden 58,2 memiliki saluran pembuangan air limbah yang berjarak 10 meter dengan sumber air bersih, sedangkan 23 responden 41,8 tidak memiliki saluran pembuangan air limbah yang berjarak 10 meter dengan sumber air bersih. Sebanyak 25 responden 45,5 memiliki toilet yang bersih, sedangkan 30 responden 54,5 memiliki toilet yang tidak bersih. sebanyak 11 responden 80 tidak memiliki lubang pada bahan bangunan, sedangkan 44 responden 20 memiliki lubang pada bahan bangunan.

2. Tenaga Penjamah

Gambaran pengolahan makanan berdasarkan tenaga penjamah, berdasarkan Tabel 4.11 sebagai berikut : Tabel 4.11 Distribusi Pengolahan Makanan MP-ASI yang Diolah Responden Berdasarkan Tenaga Penjamah Makanan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 N o Tenaga Penjamah Jumlah Ya Jumlah Tidak 1 2 3 4 5 Tidak menderita penyakit mudah menular seperti batuk dan influenz Menjaga kebersihan tangan, rambut dan kuku Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan dengan air dan sabun Tidak menggaruk anggota badan hidung, telinga, mulut dan anggota badan lainnya ketika mengolah makanan Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan atau tanpa menutup hidung dan mulut 45 81,8 29 52,7 23 41,8 50 90,1 49 89,1 10 18,2 26 47,3 32 58,2 5 9,9 6 10,9 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa sebanyak 45 responden 81,8 tidak menderita penyakit mudah menular sedangkan 10 responden 18,2 menderita penyakit mudah menular seperti batuk dan influenza. Sebanyak 29 responden 52,7 menjaga kebersihan tangan, rambut dan kuku sedangkan 26 responden 47,3 responden tidak menjaga kebersihan tangan, rambut dan kuku. Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa sebanyak 23 responden 41,8 mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan dengan air dan sabun sedangkan 32 responden 58,2 tidak mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan. sebanyak 50 responden 90,1 tidak menggaruk anggota badan ketika mengolah makanan sedangkan 5 responden 9,9 menggaruk anggota badan ketika mengolah makanan. Sebanyak 49 responden 89,1 tidak batuk atau bersin dihadapan makanan, sedangkan 6 responden 16,9 batuk dan bersin dihadapan makanan tanpa menutup hidung dan mulut.

3. Cara Pengolahan

Gambaran pengolahan makanan berdasarkan cara pengolahan, berdasarkan Tabel 4.12 sebagai berikut : Tabel 4.12 Distribusi Pengolahan Makanan MP-ASI yang Diolah Responden Berdasarkan Cara Pengolahan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 No Cara Pengolahan Jumlah Jumlah Ya Tidak 1 Mencuci bahan makanan dengan air 21 38,2 34 61,8 yang bersih dan mengalir 2 Tidak terjadi pengotoran dan kontaminasi 48 87,3 7 12,7 makanan 3 Tidak menambahkan BTM yang dilarang 55 100 0 0 Saat mengolah makanan Universitas Sumatera Utara 4 Bahan makanan diolah sampai matang 55 100 0 0 5 Mengerok pisang menggunakan alat 6 100 0 0 yang telah dicuci menggunakan air bersih dan sabun Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa berdasarkan cara pengolahan sebanyak 48 responden 87,3 ketika pengolahan tidak terjadi pengotoran dan kontaminasi makanan, sedangkan 7 responden 12,7 terjadi pengotoran dan kontaminasi makanan.

4. Peralatan Pengolahan

Gambaran pengolahan makanan berdasarkan peralatan pengolahan, berdasarkan Tabel 4.13 sebagai berikut : Tabel 4.13 Distribusi Pengolahan Makanan yang Diolah Responden Berdasarkan Peralatan Pengolahan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 No Peralatan Pengolahan Jumlah Ya Jumlah Tidak 1 2 3 4 Peralatan yang akan digunakan dalam keadaan bersih Meja peracikan bersih Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan sabun menggunakan air bersih Peralatan untuk mengolah bahan mentah dibedakan dengan peralatan untuk mengolah makanan yang sudah masak. 55 100 20 36,4 55 100 14 25,4 0 0 35 63,6 0 0 41 74,6 Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa berdasarkan peralatan pengolahan sebanyak 20 responden 36,4 menggunakan meja peracikan dalam keadaan bersih, sedangkan 35 responden 63,6 menggunakan meja peracikan tidak dalam keadaan bersih. sebanyak 14 responden 25,4 membedakan peralatan untuk Universitas Sumatera Utara mengolah bahan mentah dengan makanan yang sudah masak sedangkan 41 responden 74,6 tidak membedakan peralatan untuk mengolah bahan mentah dengan makanan yang sudah masak. Tabel 4.14 Distribusi Kategori Pengolahan Bahan Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 Pengolahan bahan makanan n Tidak Baik 29 52,8 Baik 26 47,2 Total 55 100 Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden tidak baik dalam pengolahan bahan makanan yaitu sebanyak 29 responden 52,8.

4.2.6.4 Penyimpanan Makanan Jadi

Gambaran penyimpanan MP-ASI jadi dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut Tabel 4.15 Distribusi Penyimpanan Makanan Jadi yang Diolah Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 No Penyimpanan Makanan Jadi Jumlah Jumlah Ya Tidak 1 Makanan Pendamping ASI yang 32 58,2 23 41,8 telah jadi disimpan dalam keadaan tertutup 2 Penutup yang digunakan harus dalam 31 56,4 24 43,6 keadaan bersih dan tidak tercemar Berdasarkan Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa untuk penyimpanan makanan jadi sebagian besar responden yaitu sebanyak 32 responden 58,2 telah menyimpan MP-ASI seperti nasi tim dalam keadaan tertutup dan sebanyak 23 responden 41,8 tidak menyimpan MP-ASI dalam keadaan tertutup dikarenakan makanan tersebut akan segera disajikan. Penutup yang digunakan responden dalam Universitas Sumatera Utara keadaan bersih dan tidak tercemar sebanyak 31 responden 56,4 dan sebanyak 24 responden 43,6 tidak menutup MP-ASI dengan penutup yang bersih seperti tudung saji. Tabel 4.16 Distribusi Kategori Penyimpanan Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 Penyimpanan makanan n Tidak Baik 24 43,6 Baik 31 56,4 Total 55 100 Berdasarkan Tabel 4.16 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden baik dalam penyimpanan makanan jadi yaitu sebanyak 31 responden 56,4.

4.2.6.5 Pengangkutan Makanan

Gambaran pengangkutan makanan dapat dilihat berdasarkan Tabel 4.17 sebagai berikut : Tabel 4.17 Distribusi Pengangkutan Makanan MP-ASI yang Diolah Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 No Pengangkutan Makanan Jumlah Jumlah Ya Tidak 1 Tersedia pengangkut khusus baki 7 12,7 48 87,3 2 Makanan ditutup agar terhindar dari 21 38,2 34 61,8 Percikan ludah dan debu Berdasarkan Tabel 4.17 dapat diketahui bahwa untuk pengangkutan makanan terdapat 48 responden 87,3 yang tidak menggunakan pengangkut khusus baki ketika mengangkut makanan dan hanya 7 responden 12,7 yang menggunakan pangangkut khusus baki untuk mengangkut MP-ASI dari tempat pengolahan ke meja penyajian. Dari hasil observasi terdapat 34 responden 61,8 yang tidak Universitas Sumatera Utara menggunakan penutup ketika mengangkut makanan dan hanya 21 responden 38,2 yang menggunakan penutup ketika mengangkut makanan. Tabel 4.18 Distribusi Kategori Pengangkutan Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 Pengangkutan makanan n Tidak Baik 52 94,5 Baik 3 5,4 Total 55 100 Berdasarkan Tabel 4.18 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden tidak baik dalam pengangkutan makanan yaitu sebanyak 52 responden 94,5.

4.2.6.6 Penyajian Makanan

Gambaran penyajian makanan dapat dilihat berdasarkan Tabel 4.19 sebagai berikut : Tabel 4.19 Distribusi Penyajian MP-ASI yang Diolah Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 No Penyajian Makanan Jadi Jumlah Jumlah Ya Ya 1 Penyaji makanan berpakaian rapi 47 85,5 8 14,5 dan bersih 2 Peralatan dan penutup untuk menyajikan 2 3,6 53 96,4 makanan dalam keadaan bersih 3 Ketika melakukan penyajian, penyaji 52 94,5 3 5,5 tidak kontak langsung dengan MP-ASI Berdasarkan Tabel 4.19 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyajikan makanan menggunakan pakaian yang rapi dan bersih yaitu sebanyak 47 responden 85,5 dan terdapat 8 responden 14,5 yang tidak menggunakan pakaian bersih ketika menyajikan makanan. Peralatan dan penutup untuk menyajikan makanan hanya sebanyak 2 responden 3,6 dalam keadaan bersih dan sebanyak 53 Universitas Sumatera Utara responden tidak menggunakan peralatan dan penutup untuk menyajikan makanan dalam keadaan bersih. Tabel 4.20 Distribusi Kategori Penyajian Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 Penyajian makanan n Tidak Baik 22 40 Baik 33 60 Total 55 100 Berdasarkan Tabel 4.20 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden baik dalam penyajian makanan yaitu sebanyak 33 responden 60.

4.2.7 Personal Hygiene Personal hygiene

adalah kebersihan diri yang dimiliki oleh responden ibu. Poin-poin pada lembar wawancara mengenai personal hygiene terdiri dari 3 variabel yaitu kebersihan tangan, kebersihan kuku dan kebersihan payudara. Gambaran mengenai personal hygiene yang dimiliki responden berdasarkan lembar wawancara dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut : 4.2.7.1 Kebersihan Tangan Gambaran kebersihan tangan responden dapat dilihat pada tabel 4.21 sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.21 Distribusi Kebersihan Tangan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2016 N o Kebersihan Tangan Jumlah Ya Jumlah Tidak 1. 2. 3. 4. 5. Mencuci tangan dengan sabun setelah mengganti popok bayi Mencuci tangan menggunakan air bersih Mencuci tangan menggunakan sabun setelah buang air besar atau buang air kecil Mencuci tangan pakai sabun sebelum dan setelah makan Mencuci tangan setiap kali tangan kotor setelah memegang binatang, berkebun, dll 10 55 32 7 53 32,7 100 58,2 12,7 96,4 37 23 48 2 67,3 41,8 87,3 3,6 Berdasarkan Tabel 4.21 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden memiliki kebiasaan tidak baik untuk kebersihan tangan seperti terdapat 37 responden 67,3 yang tidak mencuci tangan dengan sabun setelah mengganti popok bayi, terdapat 48 responden 87,3 yang tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum dan setelah makan, dan terdapat 23 responden 41,8 yang mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar atau buang air kecil. Tabel 4.22 Distribusi Kategori Kebersihan Tangan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 Kebersihan Tangan n Tidak Baik 40 72,7 Baik 15 27,3 Total 55 100 Berdasarkan Tabel 4.22 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden tidak baik dalam kebersihan tangan yaitu sebanyak 40 responden 72,7. Universitas Sumatera Utara

4.2.7.2 Kebersihan Kuku

Gambaran kebersihan kuku responden dapat dilihat pada tabel 4.23 sebagai berikut : Tabel 4.23 Distribusi Kebersihan Kuku Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Padang tahun 2016 No Kebersihan Kuku Jumlah Jumlah Ya Tidak 1 Memotong kuku sekali seminggu 51 92,7 4 7,3 2 Membersihkan kuku yang kotor 47 85,5 8 14,5 dengan sabun saat mandi Berdasarkan Tabel 4.23 dapat diketahui bahwa berdasarkan kebersihan kuku sebagian besar responden telah memotong kuku sekali seminggu yaitu sebanyak 51 responden 92,7 dan sebanyak 47 responden 85,5 telah membersihkan kuku yang kotor dengan sabun saat mandi. Tabel 4.24 Distribusi Kategori Kebersihan Kuku di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2016 Kebersihan Kuku n Tidak Baik 11 21,8 Baik 44 78,2 Total 55 100 Berdasarkan Tabel 4.24 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden baik dalam kebersihan kuku yaitu sebanyak 44 responden 78,2. Universitas Sumatera Utara

4.2.7.3 Kebersihan Payudara

Gambaran kebersihan payudara dapat dilihat pada Tabel 4.25 sebagai berikut : Tabel 4.25 Distribusi Kebersihan Payudara Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 No Kebersihan Payudara Jumlah Jumlah Ya Tidak 1 Membersihkan payudara dengan 6 10,9 49 89,1 air hangat atau air bersih sebelum memberikan ASI 2 Membersihkan payudara dengan 16 29,1 39 70,9 kain bersih sebelum memberikan ASI 3 Mencuci tangan dengan bersih 11 20 44 80 ketika memegang payudara sebelum memberikan ASI Berdasarkan Tabel 4.25 dapat diketahui bahwa kebersihan payudara yang dimiliki responden tidak baik seperti terdapat 49 responden 89,1 yang tidak membersihkan payudara dengan air hangat atau air bersih sebelum memberikan ASI, terdapat 39 responden 70,9 yang tidak membersihkan payudara dengan kain bersih sebelum memberikan ASI dan terdapat 44 responden 80 yang tidak mencuci tangan dengan bersih ketika memegang payudara sebelum memberikan ASI. Tabel 4.26 Distribusi Kategori Kebersihan Payudara Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2016 Kebersihan Payudara n Tidak Baik 44 80 Baik 9 20 Total 55 100 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.26 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden tidak baik dalam kebersihan payudara yaitu sebanyak 44 responden 60.

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan narasi dengan analisis statistic Chi square dan Uji Fishers’s. Adanya hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen ditunjukkan dengan nilai p 0,05. 4.3.1 Hubungan Hygiene Sanitasi Makanan Pendamping Air Susu Ibu MP- ASI Olahan Rumah Tangga dengan kejadian Diare pada Bayi usia 3-6 bulan. Analisis hubungan antara hygiene sanitasi makanan pendamping air susu ibu MP-ASI dengan kejadian diare pada bayi usia 3-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.27 berikut : Tabel 4.27 Analisis Hubungan antara Hygiene Sanitasi Makanan Pendamping Air Susu Ibu Olahan Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Bayi usia 3-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2016 Hygiene Sanitasi MP-ASI Kejadian Diare p RP CI= 95 Ya Tidak Total n n n 1. Pemilihan Bahan Makanan Tidak Baik Baik 3 37,5 5 62,5 8 100 9 19,1 38 80,8 47 100 0,245 1,958 5,711 - 0,672 Total 12 21,8 43 78,2 55 100 2. Penyimpanan Bahan Makanan Tidak Baik Baik 9 40,9 13 59,1 22 100 3 9,1 30 90,9 33 100 0,005 4,500 14,793- 1,369 Universitas Sumatera Utara Total 12 21,8 43 78,2 55 100 3. Pengolahan Bahan Makanan Tidak Baik Baik 12 41,3 17 58,6 29 100 0 0 26 100 26 100 0,001 - Total 12 21,8 43 78,1 55 100 4. Penyimpanan Makanan Jadi Tidak Baik Baik 10 41,6 14 58,3 24 100 2 6,4 29 52,7 31 100 0,002 6,458 26,761 – 1,559 Total 12 21,8 43 78,2 55 100 5. Pengangkutan Makanan Tidak Baik Baik 12 23,1 40 76,9 52 100 0 0 3 5,4 3 100 1,000 - Total 12 21,8 43 78,1 55 100 6. Penyajian Makanan Tidak Baik Baik 2 9,1 20 90,9 22 40 10 30,3 23 69,7 33 60 0,062 0,300 1,240- 0,073 Total 12 21,8 43 78,2 55 100 Berdasarkan tabel 4.27 dapat diketahui bahwa berdasarkan variabel pemilihan bahan makanan dari 8 responden yang tidak baik dalam pemilihan bahan makanan terdapat 3 bayi 37,5 yang menderita diare dan hanya 9 bayi 19,1 yang menderita diare dari 47 responden yang baik dalam pemilihan bahan makanan. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh p = 0,245. Jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan p0,05, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pemilihan bahan makanan dengan dengan kejadian diare pada bayi. Berdasarkan variabel penyimpanan bahan makanan dapat diketahui bahwa dari 22 responden yang tidak baik dalam penyimpanan bahan makanan, terdapat 9 responden 40,9 yang menderita diare dan terdapat 3 responden 9,1 yang menderita diare pada responden yang baik dalam penyimpanan bahan makanan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,005. Jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan p0,05, maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyimpanan bahan makanan dengan kejadian diare pada bayi dengan PR=4,500 yaitu CI 95 [14,793], 1,369] yang menunjukkan bahwa responden dengan penyimpanan bahan makanan yang tidak baik memiliki peluang kejadian diare pada bayinya 4,5 kali lebih besar dibandingkan responden dengan penyimpanan bahan makanan yang baik. Berdasarkan variabel pengolahan bahan makanan dapat diketahui bahwa dari 29 responden yang tidak baik dalam pengolahan bahan makanan, terdapat 12 responden 41,3 yang menderita diare dan terdapat 0 responden 0 yang menderita diare pada responden yang baik dalam pengolahan bahan makanan. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,001. Jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan p0,05, maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyimpanan bahan makanan dengan kejadian diare pada bayi. Berdasarkan variabel penyimpanan makanan jadi dapat diketahui bahwa dari 24 responden yang tidak baik dalam penyimpanan makanan jadi, terdapat 10 responden 41,6 yang menderita diare dan terdapat 2 responden 6,4 yang menderita diare pada responden yang baik dalam penyimpanan makanan jadi. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,002. Jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan p0,05, maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyimpanan makanan jadi dengan kejadian diare pada bayi dengan Universitas Sumatera Utara PR=6,458, yaitu CI 95 [26,761], 1,559] yang menunjukkan bahwa responden dengan penyimpanan makanan jadi yang tidak baik memiliki peluang kejadian diare pada bayinya 6,458 kali lebih besar dibandingkan responden dengan penyimpanan makanan jadi yang baik. Berdasarkan variabel pengangkutan makanan dapat diketahui bahwa dari 52 responden yang tidak baik dalam pengangkutan makanan, terdapat 12 responden 23,1 yang menderita diare dan terdapat 0 responden 0 yang menderita diare pada responden yang baik dalam pengangkutan makanan. Berdasarkan hasil uji exact fisher karena terdapat lebih dari 25 expected count yang nilai nya kurang dari 5 maka diperoleh nilai p=1,000. Jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan p0,05, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengangkutan makanan dengan kejadian diare pada bayi. Berdasarkan variabel penyajian makanan dapat diketahui bahwa dari 22 responden yang tidak baik dalam penyajian makanan, terdapat 2 responden 9,1 yang menderita diare dan terdapat 10 responden 30,3 yang menderita diare pada responden yang baik dalam penyajian makanan. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,062. Jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan p0,05, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penyajian makanan dengan kejadian diare pada bayi. Universitas Sumatera Utara

4.3.2 Hubungan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Bayi

Analisis hubungan antara Personal Hygiene dengan kejadian diare pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.28 berikut : Tabel 4.28 Analisis Hubungan antara Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2016 Personal Hygiene Kejadian Diare p RP CI=95 Ya Tidak Total n n n 1.Kebersihan Tangan Tidak Baik Baik 10 23,2 33 76,7 43 100 2 16,6 10 83,3 12 100 0,625 1,395 5,528-0,352 Total 12 21,8 43 78,2 55 100 2. Kebersihan Kuku Tidak Baik Baik 5 41,6 7 58,3 12 100 7 16,2 36 83,7 43 100 0,060 2,560 6,636 – 0,987 Total 12 21,8 43 78,2 55 100 3. Kebersihan Payudara Tidak Baik Baik 12 27,2 32 72,7 44 100 0 0 11 100 11 100 0,050 - Total 12 21,8 43 78,2 55 100 Berdasarkan tabel 4.28 dapat diketahui bahwa berdasarkan variabel kebersihan tangan dari 43 responden dengan kebersihan tangan yang tidak baik , terdapat 10 responden 28,2 yang menderita diare dan terdapat 2 responden 16,6 yang menderita diare pada responden dengan kebersihan tangan yang baik. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,625. Jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan p0,05, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebersihan tangan ibu dengan kejadian diare pada bayi. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan variabel kebersihan kuku dapat diketahui bahwa dari 12 responden dengan kebersihan kuku yang tidak baik, terdapat 5 responden 41,6 yang menderita diare dan terdapat 2 responden 16,2 yang menderita diare pada responden dengan kebersihan kuku yang baik. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,060. Jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan p0,05, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebersihan kuku ibu dengan kejadian diare pada bayi. Berdasarkan variabel kebersihan payudara dapat diketahui bahwa dari 44 responden dengan kebersihan payudara yang tidak baik, terdapat 12 responden 27,2 yang menderita diare dan terdapat 0 responden 0 yang menderita diare pada responden dengan kebersihan payudara yang baik. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,050. Jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan p0,05, maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebersihan payudara dengan kejadian diare pada bayi. Universitas Sumatera Utara 81

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGKANG.

0 5 13

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KABUPATEN MERAUKE

0 4 72

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN USIA AWAL PEMBERIAN MP ASI DENGAN LAMA KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 8-12 BULAN DI Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dan Usia Awal Pemberian MP ASI Dengan Lama Kejadian Diare Pada Bayi Usia 8-12 Bulan di Puskesmas Coloma

0 4 15

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN USIA AWAL PEMBERIAN MP ASI DENGAN LAMA KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 8-12 BULAN DI Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dan Usia Awal Pemberian MP ASI Dengan Lama Kejadian Diare Pada Bayi Usia 8-12 Bulan di Puskesmas Coloma

0 2 18

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP ASI) PADA ANAK USIA 0-24 BULAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWODADI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010.

1 5 114

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMURUP KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI TAHUN 2009.

0 0 10

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STATUS GIZI BAYI PADA USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU MANADO | Datesfordate | JURNAL KEPERAWATAN 16930 34063 1 SM

0 2 7

View of HUBUNGAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 6 – 24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS

0 0 8

HUBUNGAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADUAN RAJAWALI KECAMATAN MERAKSA AJI KABUPATEN TULANG BAWANG

0 0 6

HUBUNGAN KETEPATAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS UMBULHARJO I

0 0 10