Hubungan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Bayi

tenaga penyajian. Makanan yang disajikan di tempat yang bersih, peralatan yang digunakan bersih dan orang yang menyajikan harus menggunakan penjepit makanan, sendok dan sarung tangan. Slamet, 2009.

5.6 Hubungan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Bayi

Pengukuran personal hygiene pada responden dengan kejadian diare diukur berdasarkan beberapa variabel personal hygiene seperti : kebersihan tangan, kebersihan kuku dan kebersihan payudara.

5.6.1 Hubungan Kebersihan Tangan Ibu dengan Kejadian Diare pada Bayi

Hasil analisis hubungan kebersihan tangan ibu dengan kejadian diare pada bayi menggunakan Uji Chi Square tidak ada hubungan kebersihan tangan ibu dengan kejadian diare pada bayi. Hasil wawancara yang dilakukan saat penelitian, kebersihan tangan yang dimiliki ibu sudah baik dikarenakan seluruh ibu telah mencuci tangan menggunakan air bersih sebab ibu sadar akan pentingnya mencuci tangan menggunakan air bersih. Sumber air bersih warga berasal dari PDAM Kota Padang dan ibu juga menampung air hujan di ember besar untuk cadangan ketika air PDAM mati. Cuci tangan pakai sabun dapat dilakukan di 5 penting yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi,sesudah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan. CTPS akan dapat mengurangi hingga 47 angka kesakitan karena diare. Beberapa fakta tentang mencuci tangan pakai sabun adalah tangan salah satu pengantar utama masuknya kuman penyakit ke tubuh. Universitas Sumatera Utara Dirjen PPM dan PLP dalam bukunya materi program P2 diare pada pelatihan P2ML terpadu bagi dokter Puskesmas bahwa Personal Hygiene adalah langkah pertama untuk hidup sehat. Dasar kebersihan adalah pengetahuan. Banyak masalah kesehatan yang timbul akibat kelalaian kita, tetapi standar hygiene dapat mengontrol kondisi ini. Personal hygiene mencakup praktek kesehatan seperti mandi, keramas, menggosok gigi, dan mencuci pakaian. Memelihara personal hygiene yang baik membantu mencegah infeksi dengan membuang kuman atau bakteri yang hinggap di permukaan kulit. Faktor perilaku mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan menurunkan angka kejadian diare. Kebiasaan tidak mencuci tangan mempunyai resiko 1,88 lebih besar akan menderita diare dibandingkan yang mencuci tangan. Mencuci tangan dapat menurunkan risiko terkena diare sebesar 47. Depkes, 2002

5.6.2 Hubungan Kebersihan Kuku Ibu dengan Kejadian Diare pada Bayi

Hasil analisis hubungan kebersihan kuku ibu dengan kejadian diare pada bayi menggunakan Uji Chi Square tidak ada hubungan kebersihan kuku ibu dengan kejadian diare pada bayi. Hasil wawancara yang dilakukan saat penelitian, sebagian besar ibu memotong kuku sekali seminggu dikarenakan ibu berinteraksi banyak dengan bayi sehingga ibu merasa kuku yang kotor tidak baik dibiarkan apalagi ibu merupakan orang terdekat dengan bayi yang mengurus segala keperluan bayi. Ibu juga membersihkan kuku yang kotor ketika mandi menggunakan sabun dan air bersih. Universitas Sumatera Utara Menurut Steven 2000 dalam penelitian Zebua 2014, tujuan perawatan kuku yaitu membersihkan kuku, mengembalikan batas-batas kuku dalam keadaan normal serta mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit, maka dari itu perlu perawatan kuku dengan cara menggunting kuku sekali seminggu dan menyikat kuku menggunakan sabun. Menurut Andarmoyo 2012, mengabaikan tangan dan kuku rentan terhadap berbagai macam penyakit infeksi. Kebersihan dimulai dengan mencuci tangan menggunakan sabun, sedangkan perawatan kuku dilakukan dengan memotong kuku jari.

5.6.3 Hubungan Kebersihan Payudara Ibu dengan Kejadian Diare pada Bayi

Hasil analisis hubungan kebersihan payudara ibu dengan kejadian diare pada bayi menggunakan Uji Chi Square terdapat hubungan kebersihan payudara ibu dengan kejadian diare pada bayi. Menyusui bayi merupakan aktivitas yang menyenangkan dan bermanfaat baik bagi ibu maupun bayi, agar aktivitas menyusui dapat berjalan lancar dan terhindar dari infeksi, maka lakukan perawatan payudara dengan cara membersihkan payudara secara teratur paling tidak dua kali sehari, pagi dan sore, basuhlah dengan air hangat setelah itu keringkan dengan handuk yang lembut, jangan gunakan sabun untuk mencuci putting susu dan daerah sekitarnya, karena sabun akan mengakibatkan putting susu kering dan lecet Dewi, 2008 Universitas Sumatera Utara Hasil wawancara yang dilakukan saat penelitian, sebagian besar ibu tidak membersihkan payudara dengan air hangat maupun dengan air bersih ketika akan memberikan ASI kepada bayi, ibu hanya membersihkan payudara jika selesai bepergian dari luar atau sehabis bekerja seharian di luar rumah. Hasil wawancara sebagian besar ibu tidak mencuci tangan ketika memegang payudara sebelum memberikan ASI kepada bayi, sebagian besar ibu berada di dalam rumah sehingga ibu beranggapan tangan mereka sudah bersih dan tidak perlu dicuci. Menurut Anggraini 2006 di dalam penelitian Dewi 2008, perpindahan kuman penyebab penyakit seperti Staphloccous Aureus yang terdapat pada payudara yang tidak dibersihkan dapat ditularkan melalui mulut bayi ketika bayi menyusui sehingga dapat menyebabkan bayi diare. Kebersihan payudara sangatlah penting agartidak mudah terkena infeksi, bakteri biasanya masuk melalui puting susu yang lecet atau terluka. Dengan melakukan perawatan payudara secara benar dan teratur dapat menguatkan, melenturkan dan mengatasi terpendamnya puting susu sehingga bayi mudah menghisap ASI dan juga menjaga kebersihan payudara. Menurut Suradi 2004 di dalam penelitian Dewi 2008, perawatan payudara akan berhasil bila ibu mempunyai pengetahuan tentang manfaat perawatan payudara dalam meningkatkan produksi ASI yang sangat baik untuk meningkatkan kualitas bayi dan upaya menurunkan morbilitas dan mortalitas bayi. Dalam masa nifas, pengetahuan tentang perawatan payudara sangat penting untuk diketahui ibu, hal ini Universitas Sumatera Utara berguna untuk menjaga keindahan payudara serta menghindari masalah-masalah dalam proses menyusui. Universitas Sumatera Utara 107

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGKANG.

0 5 13

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KABUPATEN MERAUKE

0 4 72

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN USIA AWAL PEMBERIAN MP ASI DENGAN LAMA KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 8-12 BULAN DI Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dan Usia Awal Pemberian MP ASI Dengan Lama Kejadian Diare Pada Bayi Usia 8-12 Bulan di Puskesmas Coloma

0 4 15

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN USIA AWAL PEMBERIAN MP ASI DENGAN LAMA KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 8-12 BULAN DI Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dan Usia Awal Pemberian MP ASI Dengan Lama Kejadian Diare Pada Bayi Usia 8-12 Bulan di Puskesmas Coloma

0 2 18

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP ASI) PADA ANAK USIA 0-24 BULAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWODADI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010.

1 5 114

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMURUP KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI TAHUN 2009.

0 0 10

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STATUS GIZI BAYI PADA USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU MANADO | Datesfordate | JURNAL KEPERAWATAN 16930 34063 1 SM

0 2 7

View of HUBUNGAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 6 – 24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS

0 0 8

HUBUNGAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADUAN RAJAWALI KECAMATAN MERAKSA AJI KABUPATEN TULANG BAWANG

0 0 6

HUBUNGAN KETEPATAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS UMBULHARJO I

0 0 10