Produksi pucuk tertinggi pada penelitian ini terjadi pada umur 6 MST, sehingga dengan data tersebut dapat dihitung produktivitas kolesom per hektar.
Telah diketahui jarak tanam yang digunakan adalah 100 cm x 50 cm, maka didapatkan populasi tanaman per hektar adalah 200 000 tanaman. Dengan
demikian, produktivitas kolesom yang diberi pupuk organik adalah 48.7 ton pucuk segarha dan produktivitas kolesom yang diberi pupuk inorganik adalah 43.7 ton
pucuk segarha.
6.1.2 Kualitas Kolesom Terkait Metabolit Primer dan Biosintesisnya
Secara umum, kolesom yang diberi pupuk inorganik memiliki kandungan total gula Gambar 6.1.B rata-rata 22 lebih tinggi; serta kandungan vitamin C
Gambar 6.1.C dan kandungan protein Gambar 6.1.D yang tidak berbeda jika dibandingkan dengan kolesom yang diberi pupuk organik. Kandungan ketiga
metabolit primer ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur tanaman pada kedua jenis pemupukan.
Kandungan total gula yang tinggi mungkin disebabkan tanaman tercekam akibat kurang air pada kolesom yang diberi pupuk inorganik. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan tumbuhan untuk mengakumulasi solut misalnya gula dan prolin berkontribusi terhadap toleransi kekeringan
Vajrabhaya et al. 2001 yang berperan dalam osmotic adjustment Mohammadkhani Heidari 2008.
Meskipun diketahui bahwa gula merupakan prekursor umum dalam biosintesis vitamin C, namun kandungan total gula yang tinggi pada kolesom yang
diberi pupuk inorganik tidak memberikan kandungan vitamin C yang tinggi. Secara statistik, tidak terdapat perbedaan kandungan vitamin C pada kolesom
yang diberi kedua jenis pemupukan. Hal ini disebabkan pada penelitian ini menggunakan metode Arthrone yang menganalisis gula sebagai kandungan total
gula dihitung setara dengan glukosa, namun tidak diketahui proporsi fraksi gula lainnya. Dengan demikian, hanya dapat diketahui kandungan total gula sebagai
prekursor umum dari biosintesis vitamin C Valpuesta Botella 2004, Giovannoni 2007, namun kandungan
L
-galaktono-1,4-lakton sebagai substrat utama dan senyawa antara lain tidak diketahui Gambar 6.2. Jadi ada
kemungkinan ketika kandungan total gula tinggi, justru kandungan substrat atau senyawa antaranya rendah sehingga sintesis vitamin C rendah.
Gambar 6.2 Senyawa antara atau prekursor lain yang terbentuk dalam biosintesis vitamin C dengan prekursor umum glukosa. Garis putus-putus menunjukkan senyawa yang
dibentuk melalui berbagai tahapan yang dikatalisis dengan berbagai enzim.
Walaupun tidak berbeda secara statistik, kolesom yang diberi pupuk inorganik memiliki rata-rata kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kolesom yang diberi pupuk organik. Hal ini dapat dijelaskan karena protein merupakan senyawa mengandung N, sehingga kandungan hara N 2.92
N yang tinggi pada jaringan kolesom yang diberi pupuk inorganik membantu terbentuknya protein.
6.1.3 Kualitas Kolesom Terkait Metabolit Sekunder dan Biosintesisnya
Secara umum, kandungan total fenolik Gambar 6.1.E dan nilai IC 50 Gambar 6.7.C tidak berbeda di antara kedua jenis pemupukan; sedangkan
kandungan total flavonoid Gambar 6.1.F pada kolesom yang diberi pupuk inorganik lebih tinggi dibandingkan dengan kolesom yang diberi pupuk organik.
Kapasitas antioksidan yang dinyatakan dalam nilai IC 50 berubah seiring dengan perubahan umur. Hal ini jika dibandingkan dengan kandungan total fenolik dan
kandungan total flavonoid kolesom Gambar 6.3, maka terlihat bahwa 1 dari umur 2 ke 4 MST, kemampuan antioksidan kolesom sebagian besar didapatkan
dari kandungan total flavonoid karena kandungan total fenoliknya rendah; 2 dari umur 4 ke 6 MST, kemampuan antioksidan kolesom didapatkan dari kandungan
total flavonoid dan terdapat sumbangan dari senyawa non-flavonoid lainnya. Aktivitas phenylalanine ammonia-lyase PAL, EC 4.3.1.24, Gambar
6.7.D, cinnamyl-alcohol dehydrogenase CAD, EC 1.1.1.195, Gambar 6.7.E, dan peroksidase POD, EC 1.11.1.14, Gambar 6.7.F tidak berbeda pada kedua
jenis pemupukan. Akan tetapi, ketiga enzim ini memiliki pola yang sama, yaitu aktivitasnya menurun seiring dengan meningkatnya umur tanaman.
Gambar 6.3 Dinamika kandungan senyawa fenolik yang terkait dengan kapasitas antioksidan kolesom dengan kedua jenis pemupukan. A kandungan total fenolik, B
kandungan total flavonoid. Nilai positif menunjukkan peningkatan dan nilai negatif menunjukkan penurunan.
Aktivitas PAL yang menurun menunjukkan senyawa fenolik kandungan total fenolik dan kandungan total flavonoid yang terbentuk juga menurun
Gambar 6.4. Hal ini karena PAL merupakan enzim yang terkait langsung dengan fenilalanin sebagai prekursor terbentuknya senyawa fenolik Cheng Breen
1991, Rivero et al. 2001. Kaitan antara aktivitas PAL dengan senyawa fenolik yang terbentuk telah banyak dilaporkan, seperti pada strawberry Cheng Breen
1991, bawang merah Benkeblia 2000, tomat Rivero et al. 2001, dan jagung Gholizadeh 2011.
A
B