2006, Hibiscus sabdariffa L. Aziz et al. 2007, Beta vulgaris L. Var. Cycla L. Daiss et al. 2008, Marjorana hortensis Gharib et al. 2008, Artemisia annua
Davies et al. 2009, Foeniculum vulgare L. Azzaz et al. 2009, Mentha longifolia Alsafar Al-Hassan 2009, dan Phoenix dactylifera L. Al-Kharusi et
al. 2009. Studi mengenai perbandingan antara kualitas tanaman yang diberi pupuk organik dengan inorganik juga telah dilakukan Worthington 2001,
Rembialkowska Srednicka 2009, namun hanya terbatas pada beberapa komoditas yang umum dikonsumsi. Penelitian semacam ini pada kolesom belum
dilakukan. Penelitian sebelumnya pada kolesom menunjukkan bahwa pemberian
pupuk kandang ayam petelur 5 tonha memberikan kandungan fitokimia kualitatif daun kolesom terbaik dibandingkan dengan yang diberi dosis yang lebih tinggi
Susanti et al. 2009. Selanjutnya, didapatkan bahwa unsur kalium merupakan faktor pembatas pada produksi antosianin daun kolesom. Hasil penelitian
menunjukkan pemberian pupuk P dan K dengan dosis 100 kg SP-36ha dan 100 kg KClha menghasilkan produksi antosianin tertinggi 39.60 moltanaman
Mualim et al. 2009. Kedua penelitian tersebut belum dapat memberikan informasi yang lebih banyak mengenai pengaruh masukan yang berbeda terhadap
kualitas kolesom terutama yang berkaitan dengan metabolit primer, metabolit sekunder, dan kapasitas antioksidannya, sehingga studi mengenai hal ini perlu
dilakukan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1 mempelajari kaitan pupuk organik dan inorganik dengan produksi dan kualitas kolesom pada musim hujan
dan kemarau, 2 mempelajari kaitan residu pupuk organik dan inorganik terhadap produksi dan kualitas kolesom pada musim kemarau, dan 3 mempelajari kaitan
pemupukan, residu dan musim dengan lintasan biosintesis metabolit kolesom.
1.4 Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1 pemberian pupuk organik menghasilkan produksi dan kualitas yang lebih baik dari pupuk
inorganik di musim hujan dan kemarau, 2 residu tanpa penambahan pupuk organik atau inorganik akan menghasilkan produksi dan kualitas yang sama
dengan pemberian pupuk organik atau inorganik di musim kemarau, dan 3 terdapat persamaan lintasan biosintesis metabolit terkait dengan jenis pupuk,
residu, dan musim.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Tujuan penelitian dan hipotesis dijawab dengan melakukan serangkaian percobaan Gambar 1. Percobaan 1, 2, dan 3 merupakan percobaan lapangan
yang dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Leuwikopo, Darmaga. Berdasarkan data curah hujan bulanan selama 10 tahun terakhir dari Stasiun Klimatologi
Darmaga, Bogor maka percobaan di musim hujan dilaksanakan pada bulan Maret- Mei dan percobaan di musim kemarau dilakukan pada bulan Mei-Juli. Percobaan
pada musim hujan terdiri atas percobaan pengaruh pupuk organik dan inorganik; sedangkan pada musim kemarau terdiri atas percobaan pengaruh pupuk organik,
inorganik, dan residunya. Percobaan 1 dan 2 dilakukan untuk menjawab pengaruh pemberian pupuk
organik dan inorganik terhadap produksi dan kualitas kolesom di musim hujan dan kemarau. Percobaan 3 dilakukan untuk menjawab pengaruh residu terhadap
produksi dan kualitas kolesom di musim tanam yang kedua musim kemarau. Selain hasil dari percobaan 1, 2, dan 3, maka dilakukan juga perbandingan
lintasan biosintesis metabolit di musim yang berbeda sehingga diketahui sumbangan lintasan tertentu terhadap biosintesis metabolitnya.
Gambar 1 Bagan alir kegiatan penelitian produksi dan kualitas kolesom dengan pemupukan organik dan inorganik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA