by using t- student’s test. In wet season, organic fertilizer did not gave any
significant difference at 2 and 4 week after planting WAP, while at 6 WAP resulted in 14 lower shoot production and 11 higher vitamin C content
compared to inorganic fertilizer. There was no difference between two treatments in IC 50-DPPH values 7.13-7.24 mg dry weightml.
Keywords: leafy vegetable, plant natural product, antioxidant capacity,
comparative study, plant metabolite seasonal variation
3.1 Pendahuluan
Kolesom termasuk kedalam familia Portulacaceae dan berkerabat dekat dengan som jawa Talinum paniculatum Gaertn. biasanya dimanfaatkan sebagai
sayuran Rifai 1994. Sayuran yang dihasilkan dengan masukan organik dipercaya memiliki kualitas misalnya, cita rasa, kandungan fitokimia, dan nutrisi yang
lebih baik jika dibandingkan dengan hasil pertanian konvensional yang menggunakan pupuk inorganik dalam jumlah banyak. Secara umum, kualitas
merupakan semua hal yang dimiliki produk yang menentukan derajat keunggulan suatu produk untuk tujuan tertentu. Telah dilaporkan pengaruh pemberian pupuk
organik, misalnya pupuk kandang Ibeawuchi et al. 2006, Susanti et al. 2008 dan pupuk inorganik NPK Mualim et al. 2009, Mualim Aziz 2011 pada kolesom.
Hasil penelitian tersebut lebih banyak menjelaskan pengaruh pemupukan terhadap produksi kolesom, namun belum dijelaskan mengenai pengaruh terhadap kualitas
kolesom terutama yang terkait metabolit primer, metabolit sekunder, dan kapasitas antioksidannya. Selain itu juga, belum ada informasi tentang perbandingan
kualitas kolesom antara yang diberi pupuk organik dengan inorganik. Telah dilaporkan pada beberapa komoditi, seperti tumbuhan pakan ternak
Abusuwar Ahmed 2010, tomat, dan bayam Birnin-Yauri et al. 2011 yang ditanam saat musim hujan memiliki kandungan protein yang tinggi. Penelitian
pada jagung menunjukkan pada kondisi air yang cukup 0 Mpa kandungan gula rendah sedangkan karbohidrat tinggi Mohammadkhani Heidari 2008.
Penelitian De-Lima et al. 2001 menunjukkan kandungan vitamin C belimbing rendah saat musim hujan.
Banyak senyawa metabolit sekunder yang bersifat antioksidan berasal dari kelompok besar senyawa fenolik. Terbentuknya senyawa metabolit sekunder
selain dipengaruhi oleh jenis dan dosis pupuk Ahmed et al. 2011, Mualim
Aziz 2011; juga dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, misalnya perubahan temperatur siang dan malam, curah hujan, kekeringan, serta lama dan intensitas
cahaya matahari Siatka Kasparova 2010, Marsic et al. 2011. Produksi polifenol, alkaloid, dan total klorofil tertinggi pada Datura metel L. terjadi pada
musim hujan Kale 2010. Lebih dari 50 aktivitas antioksidan dan kandungan total fenolik pada Rubus L. dipengaruhi oleh interaksi antara kultivar dan faktor
lingkungan Connor 2005. Belum terdapat informasi mengenai pengaruh pupuk terhadap metabolit
primer dan sekunder kolesom maupun efek antioksidan yang terkait didalamnya pada musim hujan. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari kaitan pupuk
organik dan inorganik dengan produksi pucuk, metabolit primer dan sekunder, serta kapasitas antioksidan kolesom pada musim hujan.
3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Tempat dan Waktu