kandungan vitamin C. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan fraksi gula dalam kandungan total gula kolesom dihitung sebagai glukosa, seperti gula dalam
bentuk fruktosa, manosa, dan galaktosa. Dengan demikian, ketika kolesom tidak diberi pupuk maka kolesom akan menghasilkan beberapa senyawa antara lain
yang bukan glukosa dalam jumlah besar sehingga sintesis vitamin C meningkat. Hal yang sebaliknya dapat ditemukan pada kolesom yang diberi pupuk.
6.3.3 Kualitas Kolesom Terkait Metabolit Sekunder dan Biosintesisnya
Kolesom yang diberi pupuk menghasilkan kandungan total antosianin dan nilai IC 50 yang lebih tinggi; kandungan total fenolik yang lebih rendah; serta
kandungan total flavonoid, kandungan total klorofil, aktivitas PAL, CAD, dan POD yang tidak berbeda jika dibandingkan dengan kolesom yang tidak diberi
pupuk. Penelitian ini menunjukkan kolesom yang tidak diberi pupuk memiliki
kandungan total fenolik 6.85 mg SAGg BK yang tinggi sehingga menyebabkan nilai IC 50 2.66 mg BKml yang rendah atau kapasitas antioksidan yang tinggi.
Walaupun flavonoid merupakan bagian dari senyawa fenolik, namun dalam penelitian ini flavonoid kurang berperan dalam kemampuan antioksidan kolesom.
Hal ini ditunjukkan dengan kandungan total flavonoid kolesom yang tidak berbeda antara pemupukan dan residunya. Dengan demikian terdapat senyawa
fenolik non-flavonoid lain yang memiliki sifat antioksidan yang lebih kuat. Aktivitas PAL rata-rata 22.41 x 10
-2
Umg protein untuk kedua jenis perlakuan tidak berbeda antara kolesom yang diberi pupuk atau residunya. Hal
ini menunjukkan PAL kurang berperan dalam pembentukan senyawa fenolik, sehingga pembentukannya sebagian besar tidak melalui lintasan fenilpropanoid,
namun melalui lintasan asam malonat. Dengan demikian protein yang terbentuk sebagian besar berasal dari asam amino alifatik. Beberapa literatur menyatakan
untuk membentuk rantai alifatik dan cincin aromatik membutuhkan energi yang berbeda Araujo et al. 1999, Matulis et al. 2001. Protein yang berasal dari asam
amino alifatik kemungkinan besar merupakan strategi efisiensi energi kolesom karena
kolesom dalam keadaan tidak kondusif, seperti kekeringan, kekurangan hara, dan sebagainya.
Pigmen daun pada kolesom ada dua, yaitu antosianin dan klorofil. Kandungan total antosianin 34 lebih tinggi pada kolesom yang diberi pupuk
dibandingkan dengan kolesom yang tidak diberi pupuk 9.19 x 10
-2
μmolg BB. Hasil ini tidak sesuai dengan beberapa penelitian, misalnya pada Arabidopsis
thaliana yang menunjukkan bahwa antosianin akan banyak disintesis ketika terjadi kekurangan hara, seperti N dan P Peng et al. 2008. Dapat dijelaskan
bahwa adanya antosianin pada kolesom tidak dipengaruhi oleh pemupukan, namun antosianin akan terus ada selama pertumbuhan kolesom. Hasil ini
mendukung penelitian sebelumnya oleh Susanti 2012 yang menyatakan hal yang sama. Kandungan total klorofil rata-rata 9.20 x 10
-1
μmolg BB untuk kedua jenis perlakuan tidak berbeda antara kolesom yang dipupuk atau tanpa pupuk. Hal ini
menunjukkan kolesom akan tetap menghasilkan daun yang hijau pada pemberian pupuk atau residunya.
Aktivitas CAD rata-rata 6.51 x 10
-2
Umg protein untuk kedua jenis perlakuan dan POD rata-rata 15.34 x 10
-2
Umg protein untuk kedua jenis perlakuan tidak berbeda antara kolesom yang diberi pupuk atau residunya. Hal
ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan pembentukan lignin antara kolesom dengan pemupukan dan residunya.