Gambar 6.7 Pengaruh kedua jenis pemupukan terhadap A kandungan total antosianin, B kandungan total klorofil, C nilai IC 50, D aktivitas PAL, E aktivitas CAD, dan
F aktivitas POD. BB = bobot basah, BK = bobot kering, U = unit; = berbeda nyata P 0.05, = berbeda nyata P 0.01, tn = berbeda tidak nyata menurut uji
t- student’s. Garis di atas titik data menunjukkan selang kepercayaan 95 .
B
C D
E F
A
tn
tn tn tn tn tn tn
tn tn tn tn tn tn
Tabel 6 Informasi nilai gizi kolesom pada kedua jenis pemupukan pada umur 6 MST Fitonutrien
1
Pupuk organik Pupuk inorganik
Kandungan per takaran saji
2
AKG
3
Kandungan per takaran saji
AKG
3
Pria Wanita
Pria Wanita
Metabolit primer g
Protein 0.82 3.3
8.2 8.2
0.90 3.6 9.0
9.0 Gula
0.10 0.4 -
- 0.11 0.4
- -
Vitamin C 0.23 0.9
455.4 455.4
0.21 0.9 425.1
425.1 Metabolit
sekunder mg Fenolik
10.51 0.1 -
- 10.11 0.1
- -
Flavonoid 29.43 0.1
- -
34.54 0.1 -
- Unsur
mineral
4
mg P
18.06 1.8
1.8 17.14
1.7 1.7
K 49.81
- -
20.02 -
- Ca
24.33 2.4
2.4 22.96
2.3 2.3
Mg 39.54
23.3 22.0
35.54 20.9
19.7 Fe
0.26 2.0
1.3 0.34
2.6 1.7
Cu 0.23
- -
0.17 -
- Zn
0.13 0.9
1.0 0.15
0.9 1.2
B 0.04
- -
0.04 -
- Mn
0.40 20.8
24.7 0.51
26.6 31.6
1
Kandungan fitonurien dalam basis basah, dengan kadar air 90 ;
2
satu takaran saji setara dengan 25 g ~ 1 cangkir;
3
AKG = angka kecukupan gizi, AKG dihitung berdasarkan kebutuhan energi 2050 kkal merujuk kepada pedoman AKG 2004 bagi orang Indonesia www.depkes.go.id;
4
analisis menggunakan ICP-MS dengan contoh komposit; angka dalam kurung menunjukkan persentase dalam 100 g basis kering; - = tidak dirujuk dalam pedoman AKG
6.2 Produksi dan Kualitas Kolesom: Musim Hujan vs Musim Kemarau
6.2.1 Produksi Pucuk
Saat awal pertumbuhan tanaman 2 MST, produksi pucuk kolesom pada musim hujan lebih tinggi dari musim kemarau. Akan tetapi, pada akhir
pengamatan 6 MST, kolesom yang ditanam saat musim kemarau memberikan produksi pucuk yang lebih tinggi dari musim hujan Gambar 6.8.A. Kolesom
ditanam secara langsung di lapangan menggunakan bahan tanam asal setek batang; sehingga kolesom yang ditanam saat musim hujan memiliki kondisi yang
kondusif untuk tumbuhnya akar dari setek. Perakaran yang baik akan mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga pertumbuhan tajuk baik. Selanjutnya, dengan
berlalunya waktu maka kolesom memiliki perakaran yang berkembang dengan baik sehingga di akhir pengamatan pada musim kemarau memungkinkan tanaman
untuk memperoleh cahaya matahari yang cukup dan proses fotosintesis dapat berjalan dengan baik. Fotosintesis yang berjalan baik akan menghasilkan energi
untuk pertumbuhan tajuk. Data iklim saat musim kemarau menunjukkan lama
penyinaran sebesar 85 dan intensitas radiasi matahari sebesar 305.91 calcm
2
menit.
Produksi pucuk tertinggi pada penelitian ini terjadi pada umur 6 MST
, sehingga dengan data tersebut dapat dihitung produktivitas kolesom per hektar. Telah
diketahui jarak tanam yang digunakan adalah 100 cm x 50 cm, maka didapatkan populasi tanaman per hektar adalah 200 000 tanaman. Dengan demikian,
produktivitas kolesom pada musim hujan adalah 40.7 ton pucuk segarha dan produktivitas kolesom pada musim kemarau adalah 51.7 ton pucuk segarha.
6.2.2 Kualitas Kolesom Terkait Metabolit Primer dan Biosintesisnya
Kolesom yang ditanam saat musim hujan menyebabkan kandungan total gula yang tinggi Gambar 6.8.B dan kandungan vitamin C yang rendah Gambar
6.8.C. Pola sebaliknya terjadi pada kolesom yang ditanam saat musim kemarau. Penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak sejalan dengan biosintesis vitamin C.
Biosintesis vitamin C menggunakan gula dalam bentuk glukosa sebagai prekursor umum Valpuesta Botella 2004, Giovannoni 2007, sehingga ketika kandungan
gula meningkat terjadi juga peningkatan kandungan vitamin C. Kandungan total gula yang tinggi di musim hujan merupakan salah satu
mekanisme kolesom dalam menghadapi keadaan lingkungan yang tidak kondusif. Curah hujan yang tinggi menyebabkan keadaan perakaran terdapat banyak air, hal
ini akan menimbulkan cekaman. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa akumulasi gula merupakan salah satu mekanisme tanaman menghadapi cekaman
lingkungan flooding atau excess water, misalnya pada Syzygium samarangense Merr. et Perry. Hsu et al. 1999, dan Picea mariana, Larix laricina Islam
Macdonald 2004, serta tebu Tetsushi Karim 2007. Menurut Islam dan Macdonald 2004 karbohidrat gula yang diakumulasi di tajuk hasil fotosintesis
akan ditranslokasikan ke akar untuk membantu perbaikan akar yang rusak. Ditambahkan oleh Celik dan Turhan 2011 pola akumulasi gula tajuk atau akar
akan berbeda tergantung genotipe species tanaman yang akhirnya menyebabkan variasi dalam respon pertumbuhan dan fisiologisnya.
Berikutnya, kandungan vitamin C yang tinggi di musim kemarau disebabkan keadaan lingkungan yang kering sehingga vitamin C terpacu untuk
terbentuk. Mekanisme seperti ini terjadi sebagai strategi kolesom dalam menghadapi radical oxygen species ROS atau radikal lain yang terbentuk.
Menurut Gill dan Tuteja 2010 ROS dapat terbentuk akibat bermacam-macan stres abiotik, misalnya kekeringan. Lebih lanjut, peran vitamin C dalam
menetralkan zat toksik terjadi dalam siklus askorbat-glutation. Dua molekul asam askorbat akan digunakan oleh glutation reduktase APX untuk mereduksi H
2
O
2
menjadi air sehingga tidak bersifat toksik bagi sel tanaman Gapper Dolan 2006, Shao et al. 2008. Data iklim menunjukkan rata-rata curah hujan di musim
hujan adalah 11.56 mmminggu, sedangkan rata-rata curah hujan di musim kemarau hanya setengah dari musim hujan.
Walaupun tidak terdapat keterkaitan langsung antara kandungan total gula dan kandungan vitamin C, namun sebenarnya hal ini dapat dijelaskan bahwa
kandungan total gula hanya dihitung sebagai glukosa. Glukosa merupakan prekursor umum dari vitamin C. Substrat sebenarnya dari vitamin C adalah
L
- galaktono-1,4-lakton, namun dalam penelitian ini tidak diukur proporsi fraksi gula
dalam kandungan total gula Gambar 6.1. Hal ini menunjukkan pada saat musim hujan kolesom menghasilkan gula dalam bentuk galaktosa atau senyawa antara
lain yang rendah, sehingga kandungan vitamin C rendah. Pola sebaliknya ditemukan pada musim kemarau.
Kolesom yang ditanam di kedua musim menghasilkan kandungan protein yang meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman Gambar 6.8.D; dan
kandungan protein musim kemarau ditemukan lebih tinggi dari kandungan protein di musim hujan. Protein merupakan senyawa mengandung N, sehingga ketika N
banyak diserap maka protein akan banyak terbentuk. Hasil analisis di musim kemarau menujukkan kandungan hara N kolesom sebesar 3.02 , sedangkan
kandungan N total tanah adalah 0.18 . Selain itu juga, tinggi kandungan protein di musim kemarau disebabkan kurangnya curah hujan rata-rata 6.92 mmminggu
sehingga terjadi akumulasi protein. Penelitian pada legum menunjukkan terjadinya akumulasi prolin dan glisin betain sebagai mekanisme menghadapi
cekaman kekeringan Asraf Iram 2005. Kedua senyawa tersebut merupakan kelompok protein yang berperan sebagai osmoregulator.