2.5.4 Pupuk Guano
Pupuk guano merupakan salah satu pupuk organik yang banyak mengandung unsur P Sediyarso 1999, Hadad Anderson 2004, Sikazwe
Waele 2004, Goveas et al. 2005, Rahadi 2008. Pupuk guano merupakan salah satu sumber fosfat alam. Pupuk guano didefinisikan sebagai pupuk yang berasal
dari kotoran unggas dan atau kelelawar, berbentuk serbuk dan atau butiran berbau khas, dengan atau tanpa penambahan unsur N, P, dan K BSN 1992. Guano yang
berasal dari kotoran kelelawar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar berdasarkan rasio NPK, yaitu 1 guano dengan kandungan fosfor tinggi 3:13:4-
4:30:4 yang berasal dari frugivorous bat dan 2 guano dengan kandungan nitrogen tinggi 8:4:1-13:3:3 yang berasal dari insectivorous bat Sridhar et al.
2006. Berdasarkan proses pembentukannya fosfat alam dapat dibagi menjadi tiga jenis Kasno et al. 2006:
1 Guano, terbentuk dari hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan
kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping akibat pengaruh air hujan dan air tanah;
2 Fosfat primer, terbentuk dari pembekuan magma alkali yang mengandung
mineral fosfat apatit, terutama fluor apatit [Ca
5
PO
4
3F]. Apatit dapat dibedakan
atas chlorapatite
[3Ca
3
PO
4 2
CaCl
2
] dan
fluor apatite
[3Ca
3
PO
4 2
CaF
2
]; 3
Fosfat sedimenter marin, merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan di laut dalam, pada lingkungan alkali dan tenang. Fosfat alam ini
terbentuk di laut dalam bentuk kalsium fosfat yang disebut fosforit. Pupuk guano mengandung sekitar 20 P
2
O
5
dan sekitar 13 N Tisdale et al. 1990. Kandungan yang lebih tinggi ditemukan pada penelitian Rahadi
2008 dengan kandungan P
2
O
5
dan CaO berturut-turut sebesar 26.07 dan 36.07 . Penelitian Sridhar et al. 2006 pada guano asal Hipposideros speoris
kelelawar gua insektivora menunjukkan hasil analisis yang lebih lengkap Tabel 2.2. Syarat mutu pupuk guano menurut SNI 02-2871-1992 adalah memiliki kadar
air maksimal 10, total nitrogen minimal 3.5 ww, fosfor minimal 10 P
2
O
5
ww, kalium minimal 6 K
2
O ww, klorida minimal 0.5 Cl ww, dan berbau khas BSN 1992. Ketersediaan fosfor di alam cukup banyak, namun
hanya sedikit yang dapat diserap oleh tanaman. Pupuk guano mengandung fosfor yang cukup tinggi dan memiliki sifat yang mudah larut air. Oleh karena itu,
penelitian ini menggunakan pupuk guano sebagai sumber fosfor organik.
Tabel 2.2 Karakter fisikokimia dan mikrobiologi guano asal kelelawar Karakteristik
Satuan Pelet fecal
Guano humus Bobot basah
kgm
2
2.9 2.5-3.5 5.3 4.9-5.5
Bobot kering kgm
2
2.5 2-3 2.8 1.5-3.7
pH 7.5 7.4-7.6
6.5 6.2-6.8 Konduktivitas
m mhoscm 2.8 2.5-3.1
3.8 2.8-4.8 Bahan organik
79.3 70.2-86.0 45.6 24.0-61.0
C-total 46 40.7-49.9
26.4 14.5-35.4 N-total
7.9 7.7-8.5 5.7 3.5-7.7
Rasio CN 5.9 5-6.8
4.6 2.7-7.1 P
2.4 2-3 2.2 0.8-3.7
K 1.14 1-1.2
0.9 0.4-1.3 Ca
1.1 1-1.3 1.5 1.3-2.2
Mg 2.8 2.7-2.9
3.1 1.9-3.7 Bakteri
cfug bobot kering 0.43 x 10
7
0.07-0.8 x 10
7
1.22 x 10
7
0.64-2.6 x 10
7
Aktinomiset cfug bobot kering
1.78 x 10
3
1.2-2.4 x 10
3
9.94 x 10
3
4.5-21 x 10
3
Fungi cfug bobot kering
0.3 x 10
5
0.1-0.7 x 10
5
3.1 x 10
5
0.5-7.4 x 10
5
Akumulasi selama tiga bulan. Pelet fecal merupakan guano dalam bentuk utuh. Guano humus merupakan pelet fecal yang telah ditransformasi oleh semut menjadi serbuk yang gembur
menyerupai humus. Angka di dalam kurung menunjukkan sebaran data sebenarnya. Sumber: Sridhar et al. 2006
Hadad dan Anderson 2004 menggunakan guano sebagai pupuk cair pada sistem hidroponik. Konsentrasi yang disarankan adalah 1.5-2 sendok makan4 l
air. Disebutkan lebih lanjut bahwa masalah penggunaan guano asal kelelawar adalah pH yang rendah. Penelitian Rahadi 2008 menunjukkan pemberian guano
sebanyak 216 kgha yang dikombinasikan dengan pupuk kandang sapi 1.5 tonha menghasilkan produksi kedelai tertinggi sebesar 5.90 kg10 m
2
5.90 tonha. Pemberian guano pada tanaman sebagai pupuk organik telah banyak dilakukan.
Namun, publikasi yang terkait dengan pengaruh guano terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman masih jarang ditemukan. Pengaruh guano terhadap kandungan
fitokimia dan antioksidan kolesom juga belum diteliti.
2.5.5 Abu Sekam