rendah. Terbentuknya flavonoid yang lebih banyak saat 4 MST disebabkan curah hujan yang rendah 6.54 mmminggu sehingga kolesom mengalami cekaman dan
terpacu untuk menghasilkan metabolit sekunder. Peningkatan curah hujan pada minggu setelahnya menyebabkan produksi flavonoid menurun. Akan tetapi,
biosintesis senyawa fenolik non-flavonoid nampaknya tidak dipengaruhi oleh variasi curah hujan. Penelitian Gholizadeh 2011 menunjukkan kapasitas
antioksidan pada daun jagung meningkat 1.8 kali ketika terjadi kekeringan, namun kembali ke nilai awal selama masa recovery
~ 0.6 μmol Fe
2+
100 mg. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kandungan total flavonoid yang
merupakan metabolit sekunder yang memiliki efek antioksidan merupakan mekanisme kolesom dalam menghadapi kondisi kurang air sehingga tidak
terbentuk reactive oxigen species ROS. Aktivitas CAD dan POD terkait dengan biosintesis lignin pada sebagian
besar jaringan tanaman Anterola Lewis 2002, Boerjan et al. 2003, Ma 2010. Aktivitas CAD yang tidak berbeda rata-rata 3.49 x 10
-2
Umg protein untuk kedua jenis pemupukan sepanjang umur pengamatan menunjukkan pucuk
kolesom belum membentuk banyak serat yang dapat mempengaruhi citarasanya. Hal yang sama seperti pada aktivitas CAD juga ditemukan pada aktivitas POD
rata-rata 152.02 x 10
-2
Umg protein. Walaupun demikian, aktivitas POD pada umur 2 MST didapatkan + 1.7 kali lebih tinggi dibandingkan umur 6 MST
133.84 x 10
-2
Umg protein. Hal ini menyebabkan kandungan total flavonoid rendah pada umur 2 MST, akibat persaingan prekursor didalam pembentukan
lignin dan flavonoid. Prekursor yang digunakan dalam pembentukan kedua senyawa tersebut adalah p-koumaril koenzim A CoA, yang dihasilkan dari
fenilalanin Vogt 2010. Akibat flavonoid yang terbentuk rendah maka kandungan total antosianin juga rendah. Hal ini disebabkan antosianin sebagai pigmen daun
merupakan bagian dari senyawa flavonoid.
3.6 Simpulan
Berdasarkan hasil Percobaan 1 “Produksi dan Kualitas Kolesom: Pengaruh Pupuk Organik dan Inorganik di Musim Hujan” maka dapat disimpulkan:
1. Kolesom dengan pupuk organik di musim hujan pada umur 2 dan 4 MST
memberikan produksi pucuk yang tidak berbeda, sedangkan pada umur 6 MST memberikan produksi pucuk 14 lebih rendah dari kolesom yang diberi
pupuk inorganik. 2.
Kolesom dengan pupuk organik di musim hujan memberikan kandungan vitamin C 11 lebih tinggi dari kolesom yang diberi pupuk inorganik.
3. Kolesom dengan kedua jenis pemupukan di musim hujan memberikan nilai IC
50-DPPH 7.13-7.24 mgBK yang tidak berbeda.
BAB IV PRODUKSI DAN KUALITAS KOLESOM: PENGARUH
PUPUK ORGANIK DAN INORGANIK DI MUSIM KEMARAU WATERLEAF PRODUCTION AND QUALITY: THE EFFECT
OF ORGANIC AND INORGANIC FERTILIZER IN DRY SEASON
Abstrak
Penelitian lapangan dilakukan di kebun percobaan IPB Bogor, Indonesia pada bulan Mei-Juli 2011 dengan tujuan mempelajari pengaruh pemberian dua
jenis pupuk terhadap produksi pucuk, metabolit primer, metabolit sekunder, dan kapasitas antioksidan kolesom Talinum triangulare Jacq. Willd di musim
kemarau; sedangkan analisis laboratorium dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2011. Dua set perlakuan pupuk organik dan inorganik diberikan pada
plot yang berbeda menggunakan rancangan acak kelompok RAK. Set perlakuan pupuk organik [pupuk kandang sapi tonha + guano kgha + abu sekam
tonha] terdiri atas lima taraf, yaitu 6.1 + 75.6 + 2.7, 9.2 + 151.2 + 4.1, 12.3 + 226.8 + 5.5, 15.4 + 302.4 + 6.8, dan 18.4 + 378.0 + 8.2. Set perlakuan pupuk
inorganik [urea kgha + SP-36 kgha + KCl kgha] terdiri atas lima taraf, yaitu 50 + 20 + 50, 75 + 40 + 75, 100 + 60 + 100, 125 + 80 + 125, dan 150 + 100
+ 150. Nilai rata-rata akibat perlakuan organik dan akibat perlakuan inorganik dibandingkan menggunakan uji t-
student’s. Hasil percobaan menunjukkan kolesom yang diberi pupuk organik di musim hujan memberikan produksi pucuk
37 lebih tinggi, kandungan total gula 26 lebih rendah, dan kandungan total flavonoid 13 lebih rendah dari kolesom yang diberi pupuk inorganik. Nilai IC
50-DPPH 3.01-3.20 mg bobot keringml tidak berbeda diantara kedua jenis pemupukan.
Kata kunci: sayuran daun, produk alami tumbuhan, kapasitas antioksidan, studi
komparatif, variasi musiman metabolit tumbuhan Abstract
This field experiment was conducted at the IPB experimental station Bogor, Indonesia, in May-July 2011 to study the effect of two types of fertilizer
on waterleaf [Talinum triangulare Jacq. Willd] shoot production, primary metabolite, secondary metabolite, and antioxidant capacity during dry season;
while laboratory analysis was conducted from June to December 2011. Two sets of treatment i.e., organic and inorganic fertilizer were applied to different plots
using complete randomized block design. Five rates of organic fertilizer treatment [cow manure tonha + guano kgha + hull ash tonha], i.e. 6.1 + 75.6 + 2.7,
9.2 + 151.2 + 4.1, 12.3 + 226.8 + 5.5, 15.4 + 302.4 + 6.8, and 18.4 + 378.0 + 8.2. Five rates of inorganic fertilizer treatment [urea kgha + SP-36 kgha + KCl
kgha], i.e. 50 + 20 + 50, 75 + 40 + 75, 100 + 60 + 100, 125 + 80 + 125, and 150 + 100 + 150. The means from each fertilizer type was compared by using t-
student’s test. In dry season, organic fertilizer resulted in 37 higher shoot