26
2. Komponen Layanan Bimbingan Kelompok berbasis Cooperative learning
Prayitno 2004: 4 menjelaskan bahwa dalam bimbingan kelompok berperan dua pihak, yaitu pemimpin kelompok dan peserta atau anggota
kelompok. a. Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok PK adalah konselor yang terlatih dan berwenang
menyelenggarakan praktik
konseling profesional.
Sebagaimana untuk jenis layanan konseling lainya, konselor memiliki keterampilan khusus menyelenggarakan bimbingan kelompok
b. Anggota Kelompok Tidak semua kumpulan orang atau individu dapat dijadikan anggota
bimbingan kelompok. Untuk terselenggaranya bimbingan kelompok seorang konselor perlu membentuk kumpulan individu menjadi
sebuah kelompok yang memiliki persyaratan sebagaimana tersebut di atas.
c. Dinamika Kelompok Dalam kegiatan bimbingan kelompok dinamika bimbingan kelompok
sengaja ditumbuh kembangkan, karena dinamika kelompok adalah hubungan interpersonal yang ditandai dengan semangat, kerja sama
antar anggota kelompok, saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan mencapai tujuan kelompok.
27
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa komponen layanan bimbingan kelompok berbasis Cooperative learning dapat dibagi
menjadi tiga macam yaitu pemimpin Kelompok konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional, anggota
kelompok untuk terselenggaranya bimbingan kelompok seorang konselor perlu membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok,
dinamika kelompok hubungan interpersonal yang ditandai dengan semangat, kerja sama antar anggota kelompok, saling berbagi
pengetahuan, pengalaman dan mencapai tujuan kelompok.
3. Tujuan Bimbingan Kelompok berbasis Cooperative Learning
Prayitno 1995: 178 mengemukakan tujuan bimbingan kelompok antara lain;
a. Mampu berbicara di depan orang banyak. b. Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan
lain sebagainya kepada orang banyak. c. Belajar menghargai pendapat orang lain.
d. Bertangung jawab atas pendapat yang dikemukakannya. e. Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi gejolak kejiwaan
yang bersifat negatif. f. Dapat bertenggang rasa.
g. Menjadi akrab satu sama lainnya. h. Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau
menjadi kepentingan bersama. Berdasarkan pendapat di atas dapat dilihat bahwa tujuan bimbingan
kelompok adalah mampu berbicara di depan orang banyak untuk mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaaan, serta dapat
belajar menghargai pendapat orang lain dan bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukannya. Dalam sebuah diskusi atau percakapan
28
lainnya juga mampu mengendalikan diri dan menahan emosi, dapat bertenggang rasa dan akrab satu dengan yang lainnya. Dengan demikian,
secara tidak langsung keterampilan sosial peserta didik perlahan akan berkembang.
Menurut Erman Amti 1992: 108 bahwa tujuan bimbingan kelompok terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum
bimbingan kelompok betujuan untuk membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu juga
mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang
menyenangkan maupun yang menyedihkan. Secara khusus bimbingan kelompok bertujuan untuk:
a. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan teman-temannya.
b. Melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam kelompok. c. Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama teman-teman
dalam kelompok khususnya dan teman di luar kelompok pada umumnya.
d. Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok.
e. Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan oran lain. f. Melatih siswa memperoleh keterampilan sosial.
29
g. Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam hubungannya dengan orang lain.
Melihat definisi beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah untuk melatih siswa mengembangkan
kemampuan bersosialisasi, dan mewujudkan perilaku yang lebih efektif serta meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non-
verbal. Pada penelitian ini bimbingan kelompok menggunakan metode belajar cooperative learning dikarenakan memiliki tujuan yang sama dan
sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu peningkatan keterampilan sosial. Hal ini di ungkapkan oleh Ibrahim, et al.2000 Isjoni, 2010: 27 yaitu salah
satu tujuan penting cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa
keterampilan bekerjasama
dan kolaborasi.
Keterampilan- keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak
muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
4. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok berbasis Cooperative Learning
Pada umumnya terdapat empat tahap perkembangan bimbingan kelompok seperti yang dikemukakan oleh Prayitno 1995: 40, yaitu tahap
pembentukan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran. Selain keempat tahap ini, masih ada tahap yang disebut
dengan tahap awal. Tahap awal berlangsung sampai berkumpulnya para calon anggota kelompok dan dimulainya tahap pembentukan. Tahap-tahap
ini merupakan suatu kesatuan dari seluruh kegiatan kelompok. Berikut ini dijelaskan tahapan masing-masing.
30
a. Tahap Pertama Pembentukan Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau
tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan
tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian maupun seluruh anggota. Tahap ini merupakan masa keheningan.
Para anggota mulai mempelajari perilaku-perilaku dasar seperti: menghargai, empati, penerimaan, perhatian dan menanggapi semua
perilaku yang membangun kepercayaan. Dalam tahap ini anggota kelompok mulai belajar untuk terlibat dalam interaksi kelompok.
Fungsi dan tugas utama pemimpin selama tahap ini adalah mengajarkan cara untuk berpartisipasi dengan aktif sehingga dapat
meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan kelompok yang produktif. Selain itu, mengajarkan kepada anggota dasar hubungan antar
manusia seperti mendengarkan dan menanggapi secara efektif. Pemimpin kelompok harus dapat memastikan semua anggota berpartisifasi dalam
interaksi kelompok sehingga tidak seorang pun yang merasa dikucilkan. Prayitno 1995: 60 menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan pada tahap awal adalah sebagai berikut. 1 Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan bimbingan
kelompok.