119
penuh, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
Pembentukan Tim yang terdiri dari 4-5 siswa memiliki fungsi utama untuk melibatkan siswa dalam pembahasan permasalah bersama, membandingkan
jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
Proses interaksi dalam tim akan memberikan dampak positif pada pengembangan dukungan kelompok. Hal ini berguna untuk memberikan
perhatian dan respek yang saling menguntungkan dalam hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa lain. Kuis
dalam STAD akan mengajarkan bagaimana siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami tugasnya. Sementara skor kemajuan individual
berguna untuk memberikan kepada tiap siswa bahwa mereka punya kontribusi terhadap prestasi Tim. Sedangkan rekognisi tim merupakan
bentuk penghargaan bagi hasil kinerja tim yang mencapai tingkat keberhasilan tertentu.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori dan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli sehingga semakin menguatkan pendapat bahwa
bimbingan kelompok yang dikombinasikan dengan cooperative learning model STAD akan membimbing siswa agar mampu berbicara di depan
orang banyak, berani mengemukakan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaaan, serta dapat belajar menghargai pendapat orang lain dan
bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukannya. Interaksi dalam Tim
120
akan mengajarkan siswa agar mampu mengendalikan diri dan menahan emosi, dapat bertenggang rasa dan akrab satu dengan yang lainnya. Dengan
demikian, secara tidak langsung keterampilan sosial siswa secara perlahan akan
terbentuk dan
berkembang. Bimbingan
kelompok yang
dikombinasikan dengan cooperative learning model STAD memungkinkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, kemampuan
menjalin hubungan baik dengan orang lain, kemampuan menghargai diri sendiri dan orang lain, kemampuan mendengarkan pendapat atau keluhan
dari orang lain, kemampuan memberi dan menerima feedback, kemampuan memberi dan menerima kritik, berlaku atau bertindak sesuai norma dan
aturan yang berlaku. Dengan demikian, penggunaan metode bimbingan kelompok dengan cooperative learning akan membawa manfaat pada
meningkatnya keterampilan sosial siswa. Menurut Ibrahim 2000: 10 bahwa tujuan utama pembelajaran
cooperative learning dalam kegiatan mengajar adalah : 1 hasil belajar 2 penerimaan terhadap keragaman 3 pengembangan keterampilan sosial.
Teori yang dikemukakan oleh Erik Erikson Singgih D. Gunarsa: 105-115 yang berpendapat bahwa terdapat delapan tahap perkembangan
terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan individu
dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Salah satunya adalah masa remaja identitas versus kebingungan identitas terjadi pada masa remaja, yakni
usia 10 sampai dengan 20 tahun
121
Pada masa remaja anak dihadapkan oleh pencarian indentitas. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan
mencapai identitas yang positif. Jika orangtua menolak identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak dijelaskan
tentang jalan masa depan yang positif maka ia akan mengalami kebingungan identitas.
Oleh karena itu, masa remaja adalah masa yang sangat potensial ke arah positif dan negatif. Maka bimbingan, maupun pendampingan sangat
diperlukan remaja untuk dapat diarahkan agar perkembangan remaja itu ke arah yang positif. Dapat kita lihat pentingnya meningkatkan hubungan
sosial pada remaja agar dalam proses pendidikananya dan proses kehidupan dalam masyarakat berjalan baik.
F. Keterbatasan Penelitian
Selama proses penelitian dilakukan, peneliti menyadari bahwa masih ada keterbatasan penelitian ini yaitu: penilaian keterampilan sosial hanya
dilakukan pada saat penelitian, sehingga belum menjangkau pada keterampilan sosial dalam kehidupan siswa sehari-hari disekolah.
122
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa bimbingan kelompok berbasis cooperative learning dapat meningkatkan
keterampilan sosial siswa di SMP N 2 Pakem kelas VIII C, untuk belajar berinisisatif, bersikap terbuka, dapat bekerjasama dalam tim, berani berbicara
di depan orang lain dan menyelesaikan konflik. Pada setiap akhir tindakan peneliti melakukan diskusi dengan peserta untuk bersama mencari tahu makna
dari setiap tindakan yang diberikan. Terkait dengan hal tersebut, skor keterampilan sosial siswa kelas VIII C
di SMP N 2 Pakem meningkat. Hal ini dibuktikan dengan perolehan skor rata pada pra tindakan sebesar 221,6, paska tindakan siklus I sebesar 230,2, dan
paska tindakan siklus II sebesar 241,8 yang berada pada kategori tinggi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka disarankan sebagai berikut:
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
a. Guru Bimbingan dan Konseling diharapkan dapat melanjutkan kembali tindakan dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa di SMP N 2
Pakem.
123
b. Guru BK lebih berani berinovasi dalam menggunakan metode bimbingan kelompok atau sejenisnya dalam memberikan bimbingan kepada siswa,
terutama pada peningkatan aspek-aspek sosial.
2. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya lebih serius dalam mengikuti bimbingan kelompok yang diberikan oleh guru BK, sehingga siswa bisa mengerti makna
bimbingan kelompok berbasis cooperative learning dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Siswa diharapkan terus mengembangkan keterampilan sosialnya sehingga akan berguna dikemudian hari.
c. Siswa mampu membagi pengalaman dan ilmu yang telah didapat kepada orang lain.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Bagi peneliti yang akan meneliti mengenai keterampilan sosial agar lebih meluangkan waktu dalam melakukan observasi awal terhadap subjek.
b. Bagi peneliti yang akan menggunakan teknik bimbingan kelompok berbasis cooperative learning agar lebih detail dalam menyusun materi
tentang keterampilan sosial yang lebih menarik untuk siswa sehingga siswa tidak merasa jenuh dengan lamanya kegiatan.
124
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dariyo. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor : Ghalia Indonesia. Andi Mappiare. 2006. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: Rajawali
Press. Anwar Kurnia. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup life skills education.
Bandung: Alfabeta. Cartlegde, G. Milburn, J. F. 1995. Teaching Social Skills to Children and
Youth: Innovative Approaches. Massachusetts: Allyn and Bacon. Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Dewa Ketut Sukardi. 2008. Pengantar Pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah. Jakarat: Rineka Cipta. Elksnin, L. K. dan Elksnin, N. 2007. Assessment and Instruction of Social
Skill. London: Singular Publishing Group
.
Erman Amti. 1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Dep.Dik.Bud: P.T Proyek Pembinaan Pendidikan.
Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih bahasa: Istiwiayanti Soedjarwo. Edisi
Kelima. Jakarta: Erlangga. Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung:Alfabeta.
Johnson, D., W., Johnson, R. 1999. Cooperation and Competition: Theory and Research. Edina, MN: InteractionB ook Co.
Kemmis, S., Mc.Taggart, R. 1994. The Action Research Planner. Geelong: Deaken Univercity Press.
Lie Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Grasindo. Lujianto. 2009. Hubungan Antara Komunikasi Orang Tua dan Anak Dengan
Keterampilan Sosial Anak Di Madrasah 16 Tidakiyah Al-Khoiriyah Melikan Wonde Pleret Bantul. Skripsi. FIP UNY.
Muhammad Ali Muhammad Asrori. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
125
Merrell, K.W Gimpel, G.A. 1998. Social Skill of Children and Adolescents Conceptualization, Assessment, Treatment. New Jersey London.
Lawrence. Erlbaum Associates. Neila Ramdhani. 1994. Pelatihan Ketrampilan Sosial pada Mahasiswa yang
Sulit Bergaul, Tesis S2. Yogyakarta: Program Studi Pasca Sarjana UGM. Panut Panuju dan Ida Umami. 2005. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara
Wacana. Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Dasar dan
Profil. Jakarta: Ghalia Indonesia. Rita Eka Izzaty, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Press. Rusmana. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah Metode,
Teknik, dan Aplikasi. Bandung : Rizqi Press. Saifuddin Azwar. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset. Santrock, J. W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga
Sarwono, S. W. 2005. Psikologi Remaja. Edisi Enam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Singgih D. Gunarsa. 2008. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia.
Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning Teori, RisetPraktik. Bandung: Nusa Media.
Sri Rumini. 2000. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY. Sri Rumini dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
PT Asdi Mahasatya. Sri Sunarni. 2000. Hubungan Antara Layanan Bimbingan Pribadi Sosial dan
Keterampilan Sosial Dengan Penyesuaian Sosial Pada Siswa Kelas II SMU N Yogyakarta Tahun Ajaran 20002001. Skripsi. Yogyakarta: FIP
UNY.
Stahl, R. J. 1994 Cooperative Learning In Social Studies: A Handbook For Teachers.USA: Kane Publishing Service. inc.
Suharsimi Arikunto. 2002. Manajemen Penelitian. Cetakan Ketujuh. Jakarta: Rineka Cipta.
Sunarto dan Hartono A. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud Rineka Cipta.