Unsur-unsur Berbicara yang Baik Aspek Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

17 6 Mengerti bahwa kalimat dapat memiliki arti yang bertujuan Kalimat yang bertujuan itu digunakan untuk melaksanakan perkataan yang dikatakan. 7 Memahami konsep ironi dan sarkasme Konsep ironi dan sarkasme mempunyai selera humor dan senang menceritakan lelucon, teka-teki, dan sajak untuk menghibur orang lain. Selain itu, sarkasme merupakan bahasa yang kasar. 8 Menguasai beberapa gaya bahasa Gaya bahasa dapat berubah-ubah berdasarkan situasi yang dialami seperti gaya formal, gaya kasual dan gaya ungkapan populer dan kata rahasia. Pendapat lain dari Rita Eka Izzaty 2008: 109, perkembangan bicara anak yaitu: a bertambahnya kosa kata yang berasal dari berbagai sumber; b anak akan berusaha mengerti komunikasi yang disampaikan; c anak menggunakan keterampilan berbicara sebagai bentuk komunikasi; d jika masa kanak-kanak awal anak suka mengobrol, maka kini banyaknya berbicara makin lama makin berkurang; e anak perempuan berbicara banyak dari pada anak laki-laki; dan f anak laki-laki berpendapat banyak berbicara kurang sesuai dengan perannya. Berdasarkan kedua pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa perkembangan berbicara dan berbahasa anak antara lain: menguasai kosa kata dari beberapa sumber, senang berbicara mengobrol dengan teman dan beragurmentasi, menggunakan keterampilan berbicara sebagai bentuk komunikasi, dan dapat menguasai beberapa gaya bahasa. Perkembangan berbicara dan berbahasa yang telah disebutkan sesuai dengan perkembangan berbicara siswa kelas V SD. 18

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara

Menurut Haryadi dan Zamzami 1997: 56, faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara seperti berikut: 1 Faktor Fisik Pada saat berbicara seseorang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan organ tubuh yang lain kepala, tangan, dan mimik muka pun dimanfaatkan dalam berbicara. 2 Faktor Psikologis Faktor psikologis memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara. Stabilitas emosi, misal: tidak saja berpengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap tetapi juga berpengaruh terhadap keruntutan bahan pembicaraan. 3 Faktor Neorologis Faktor neorologis yaitu jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Dengan demikian, penyebab gangguan berbicara dapat dilihat dari keadaan neurologisnya. 4 Faktor Semantik Faktor semantik yang berhubungan dengan makna. Perubahan makna adalah makna yang mengalami perkembangan. Perubahan makna menyangkut banyak hal, meliputi: pelemahan, pembatasan, penggantian, penggeseran, perluasan, dan kekaburan makna. 19 5 Faktor Linguistik Faktor lingustik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan kata-kata harus disusun menurut aturan tertentu agar bermakna. Selain itu, faktor lingustik kebahasaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal itu sendiri terdari dari lingkungan keluarga. Sedangkan, faktor eksternal, terdiri dari lingkungan sosial yaitu teman sebaya. Yunus Abidin 2012: 127-128, ide yang telah diolah oleh pembicara dengan menggunakan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa yakni kemampuan linguistik yang diikuti oleh organis yang menggunakan organ tubuh penghasil bunyi secara optimal. Selain itu juga didukung oleh kemampuan psikologis dalam melakukan pembicaraan. Selanjutnya, pada praktik dilengkapi dengan kemampuan performa. Berdasarkan pendapat tersebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut. a. Kepekaan terhadap fenomena Faktor ini berhubungan dengan keterampilan berbicara yang menjadikan sebuah fenomena sebagai sebuah sumber ide. Seorang pembicara yang baik akan menjadikan segala sesuatu yang ada di sekitarnya walaupun sekecil apapun. b. Kemampuan kognisi atau imajinasi Pembicara yang baik akan mampu menentukan kapan ia menggunakan kemampuan kognisinya untuk menghasilkan pembicaraan dan kapan ia harus menggunakan imajinasinya.