Batasan Masalah Rumusan Masalah

10 1996: 54, menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi- bunyi artikuasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sri Hastuti 1993: 68, berbicara atau berkomunikasi lisan sebagai peristiwa penyampaian maksud ide, pikiran, dan isi hati seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Sedangkan, menurut Daeng Nurjamal, Warta Sumirat, dan Riadi Darwis 2011: 4, berbicara merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan secara lisan kepada orang lain. Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi dengan mempergunakan suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang didalamnya terjadi pemindahan pesan dari satu sumber ke tempat yang lain. Dalam berkomunikasi tentu ada pihak yang berperan sebagai penyampai maksud dan penerima maksud agar komunikasi terjalin dengan baik, maka kedua pihak juga harus bekerja sama dengan baik. Kerja sama yang baik itu dapat diciptakan dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain 1 siapa yang diajak berkomunikasi; 2 situasi; 3 tempat; 4 isi pembicaraan; 5 media atau metode yang digunakan Saleh Abbas, 2006: 83. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, berbicara adalah suatu perilaku manusia yang dilandasi dengan ide, pikiran, dan perasaan kemudian diekpresikan melalui lisan sebagai alat komunikasi. Agar komunikasi terjalin dengan baik, maka perlu memperhatikan faktor komunikasi. Faktor tersebut yaitu orang yang diajak berbicara, situasi, tempat dan isi pembicaraan. Dengan demikian, kedua pihak yang berbicara saling bekerja sama dengan baik. Daeng Nurjamal, Warta Sumirat, dan Riadi Darwis 2011: 23, berbicara sebagai suatu keterampilan yang dapat dikuasai seseorang apabila berlatih. Tidak ada seseorang yang dapat terampil tanpa adanya proses belajar. Keterampilan 11 berbicara dapat terampil jika seseorang mau berlatih terus menerus tanpa disadari seseorang berbicara setiap harinya, kapan pun dan di mana pun, sehingga komunikasi yang disampaikan banyak. Menurut ahli komunikasi seseorang mampu memproduksi kata 1.000 – 8.000 kata setiap harinya Daeng, dkk. 2011: 24. Sabarti Akhadiah, dkk. 1991: 145, keterampilan berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang kompleks, di mana tidak hanya mencakup persoalan ucapan atau lafal dan intonasi. Berbicara yang menyangkut berbagai aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Sementara Menurut Djago Tarigan 1991: 145, keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan terampil berbicara apabila dapat menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan secara lisan kepada orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan kemahiran seseorang untuk mengungkapkan pendapat, ide, atau gagasan melalui bahasa secara lisan. Siswa yang memperhatikan aspek kebahasaan dan non kebahasaan dalam pembelajaran di kelas akan terampil. Guru seharusnya memperhatikan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan sebagai acuan mengajar.

2. Tujuan Berbicara

Pada umumnya tujuan keterampilan berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan, atau menggerakkan pendengarnnya. Menurut Djago Tarigan 1991: 156, tujuan pembicara biasanya dapat dibedakan menjadi lima jenis, yakni: 1 berbicara menghibur; 2 berbicara menginformasikan; 3 berbicara menstimulus; 4 berbicara meyakinkan; dan 5