Asumsi Perhitungan Finansial Biaya Investasi

90

VIII. ANALISIS FINANSIAL

Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan. Dalam analisis finansial juga ditetapkan mengenai sumber dana yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dana, serta membahas mengenai kelayakan proyek yang akan dikerjakan dari sisi finansial. Beberapa aspek yang diperhitungkan dalam analisis finansial diantaranya adalah biaya investasi total, sumber dana pembiayaan proyek, biaya produksi total, estimasi aliran kas proyek, serta analisis kelayakan investasi. Untuk analisis kelayakan investasi meliputi berbagai perhitungan kriteria investasi yang telah umum digunakan. Kriteria kelayakan yang digunakan adalah Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net BC, Pay Back Period PBP, Break Even Point BEP, dan analisis sensitivitas.

A. Asumsi Perhitungan Finansial

Analisi finansial memerlukan beberapa penetapan asumsi yang disesuaikan dengan kondisi pada saat kajian dilakukan dan didasarkan pada hasil-hasil perhitungan yang telah dilakukan pada analisis aspek-aspek yang lain, standar pendirian usaha, serta peraturan yang berlaku. Asumsi-asumsi dasar yang menjadi perhitungan dalam analisis finansial digunakan untuk dapat menentukan kelayakan industri tepung dan biskuit ikan. Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut. a. Analisis finansial ini dilakukan dengan biaya investasi untuk pendirian usaha baru. b. Umur ekonomi proyek diasumsikan selama 10 tahun, disesuaikan dengan umur ekonomi mesin dan peralatan. c. Nilai sisa bangunan pada akhir proyek adalah 50 dari nilai awal, nilai sisa mesin dan peralatan adalah 5 dari nilai awal dan nilai sisa kendaraan adalah 20 dari nilai awal. d. Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan adalah 2 dari harga mesin dan peralatan. e. Kapasitas produksi biskuit ikan sebesar 10.000 keping per hari dan tepung mix sebesar 25 kg per hari dengan bahan baku ikan lele segar sebesar 84 kg per hari. f. Jumlah hari kerja per tahun adalah 312 hari dengan asumsi dalam sebulan terdapat 26 hari kerja dan dalam setahun terdapat 12 bulan. g. Bunga modal diasumsikan sebesar 18 h. Pajak dihitung berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 untuk pajak badan usaha, yaitu sebesar 28. i. Modal kerja dihitung berdasarkan asumsi biaya modal kerja adalah 10 dari penjualan tahun berikutnya. 91 j. Kapasitas produksi pada tahun pertama adalah 60, kapasitas produksi pada tahun kedua adalah 80, sedangkan kapasitas produksi tahun ketiga dan seterusnya adalah 100. k. Proyek dimulai pada tahun ke- 0, sedangkan produksi pertama dimulai pada tahun ke- 1. Asumsi- asumsi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.

B. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan untuk mendirikan industri tepung dan biskuit ikan. Biaya investasi yang diperlukan meliputi biaya investasi tetap dan biaya modal kerja. Biaya investasi tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan harga tetap, pembiayaan kegiatan praoperasi, serta biaya lain yang berkaitan dengan pembangunan pabrik sampai pabrik siap beroperasi. Modal tetap meliputi biaya pengadaan lahan, pendirian bangunan, pengadaan mesin dan peralatan produksi, biaya kegitan awal prainvestasi, biaya kontingensi, serta pengadaan fasilitas pendukung lainnya. Adapun total biaya investasi yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 884.335.000 dengan kebutuhan modal tetap Rp 687.775.000 dan kebutuhan modal kerja Rp 196.560.000. Perincian kebutuhan investasi tetap disajikan pada Lampiran 7 dan ringkasan biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 8.1. Industri tepung dan biskuit ikan akan didirikan pada lahan seluas 72 m 2 dengan luas bangunan yang sama. Asumsi harga tanah di daerah Darmaga Hijau, Kabupaten Bogor adalah sebesar Rp 1.000.000, dengan demikian dana yang dibutuhkan untuk pembelian tanah adalah sebesar Rp 72.000.000. Biaya untuk pembangunan pabrik dan kantor diperkirakan sebesar Rp 50.000.000. Biaya prainvestasi adalah biaya yang digunakan untuk melaukan berbagai kegiatan yang diperlukan sebelum produksi mulai berjalan. Biaya prainvestasi meliputi studi kelayakan, izin sertifikasi BPOM, perizinan lokasi usaha, dan akte perusahaan, serta pengesahan. Biaya prainvestasi pada proyek ini diperkirakan sebesar Rp 75.000.000. Karena berbagai faktor, suatu perkiraan biaya tidak mungkin sepenuhnya tepat, karena itu dalam suatu proyek biasanya terdapat suatu kontingensi yang disiapkan untuk menutupi kekurangan yang mungkin terjadi. Biaya kontingensi adalah biaya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga yang diperkirakan akan terjadi seperti bencana alam atau kesalahan perhitungan awal. Selain itu, biaya kontingensi juga disiapkan untuk mengantisipasi kenaikan harga yang mungkin terjadi selama berlangsungnya pelaksanaan proyek. Pada analisis finansial ini biaya kontingensi dihitung dengan cara memisahkan komponen-komponen biaya yang termasuk dalam biaya investasi dalam dua golongan, yaitu yang termasuk dalam perkiraan biaya tetap dan biaya tidak tetap. Golongan biaya tetap adalah biaya-biaya yang selama pengerjaan proyek mungkin mengalami perubahan harga, seperti biaya bahan-bahan bangunan, biaya pengurusan administrasi, dan lain-lain. Cadangan dana yang disiapkan adalah sebesar 10 dari biaya-biaya tetap, sehingga total biaya kontingensi adalah sebesar Rp 62.525.000. 92 Tabel 8.1 Komponen Biaya Investasi Tetap yang Dibutuhkan dalam Pendirian Industri Tepung dan Biskuit Ikan No. Komponen Nilai Total Rp 1. Biaya prainvestasi 75.000.000 2 Tanah dan bangunan 122.000.000 3. Fasilitas penunjang 27.500.000 4. Mesin dan peralatan 233.150.000 5. Alat kantor 17.600.000 6. Sarana distribusi 150.000.000 Subtotal 625.250.000 Kontingensi 10 62.525.000 Total 687.775.000 Modal kerja adalah dana awal yang diperlukan untuk membiayai kebutuhan operasional dan produksi pada waktu pertama kali dijalankan. Total biaya modal kerja yang dibutuhkan pada awal pendirian pabrik diasumsikan sebesar 10 dari total penjualan tahun berikutnya. Modal kerja yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 196.560.000 pada tahun pertama, sedangkan tahun kedua sebesar Rp 262.080.000, dan tahun ketiga Rp 327.600.000. Pada tahun berikutnya tidak dibutuhkan tambahan untuk modal kerja karena produksi pada tahap sebelumnya sudah mampu terjual dan menutupi biaya modal kerja yang dibutuhkan.

C. Perhitungan Depresiasi