39 Dikaji dari jumlah kebutuhan yang potensial akan biskuit ikan dan tepung mix yang cukup
tinggi, maka peluang untuk mendirikan industri ini diduga cukup prospektif, terutama ditelaah dari besarnya angka status gizi kurang dan jumlah balita di daerah rawan bencana di Indonesia. Hal ini
mendukung pendirian industri biskuit berbasis tepung ikan lele dan isolat protein kedelai untuk menjadi salah satu bahan pangan bergizi yang digunakan dalam peningkatan gizi balita Indonesia.
B. Analisis Persaingan
Bila diamati akhir-akhir ini, banyak sekali industri biskuit yang menawarkan produk ataupun merek baru baik lokal maupun impor bagi segmen balita, anak-anak maupun remaja. Dengan banyak
bermunculan perusahaan baru di industri biskuit maka makin memperketat persaingan pasar yang telah terjadi sebelumnya sehingga diharapkan para ‘pemain baru’ ini mampu bersaing dengan industri
biskuit yang sejenis agar mendapat tempat di hati konsumen. Salah satu pembagian jenis biskuit yang
tersedia di pasar adalah berdasarkan usia pengguna, yaitu balita usia enam bulan hingga lima tahun. Peruntukan biskuit balita ini adalah sebagai makanan pendamping asi. Biskuit yang diberikan adalah
biskuit yang memang ditujukan untuk balita berusia enam hingga lima tahun yang mengandung zat gizi seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan vitamin karena balita pada usia tersebut memang
memerlukan makanan tambahan pendamping asi dengan kandungan zat gizi yang memang diperlukan dalam tahap tumbuh kembang balita. Beberapa contoh biskuit balita beserta detail keterangannya
dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Biskuit Balita dan Detail Keterangannya
Nama Biskuit Jumlah Kemasan
keping Berat Bersih
gr Harga
Kemasan Rp
Komposisi Protein
AKG Gambar Kemasan
Farley Classic 12
120 8.900
9
Toddler 15
120 11.900
5
Milna 12
130 10.900
10
SUN 24
130 7.900
10
Biskuit balita yang ditawarkan kepada para konsumen cukup banyak jenis dan mereknya, seperti Milna, Toddler, Farley, Sun dan masih banyak lagi. Biskuit balita, seperti Farley, Toddler, dan
Milna memiliki kemasan berupa karton dengan gambar yang menarik di depannya, sedangkan biskuit Sun merupakan biskuit bayi jenis marie dengan kemasan plastik LDPE nilon. Takaran per sajian
biskuit bayi ini antara 2 hingga 4 keping dengan massa berkisar antara 20-23 gram. Berdasarkan
40 persen AKG, biskuit balita yang banyak tersedia di pasaran memiliki komposisi protein paling tinggi
sebesar 10. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan di Giant Supermarket Botani Square
Bogor, menunjukkan bahwa merek biskuit balita yang biasa dibeli oleh konsumen ibu balita adalah biskuit balita Farley jenis classic. Alasan konsumen yang paling utama dalam membeli biskuit Farley
Classic adalah karena teksturnya yang lembut dan langsung cair apabila terkena air liur, sehingga tidak membahayakan balita yang belum mempunyai gigi. Media informasi yang paling berpengaruh
yang menjadi sarana konsumen dalam mengenal dan mengetahui produk biskuit adalah melalui media mouth to mouth.
Melihat salah satu kenyataan yang terjadi di pasar, biskuit balita Farley Classic merupakan biskuit yang mendominasi pasar konsumen menengah ke atas. Sehingga dapat dikatakan pesaing
utama biskuit ikan untuk kalangan konsumen menengah ke atas adalah biskuit Farley Classic. Namun sangat disayangkan ketidaktersediaan biskuit balita untuk konsumen menengah ke bawah, biasanya
konsumen kalangan ini mendapatkan biskuit makanan pendamping asi yang berasal dari posyandu ataupun para ibu dari kalangan ini biasa memberikan balita mereka bubur hasil buatan sendiri. Biskuit
yang diberikan oleh posyandu hanya berupa biskuit susu yang tinggi kandungan karbohidrat. Untuk itu, biskuit ikan yang kaya protein sangat cocok untuk diberikan pada balita dari kalangan menengah
ke bawah. Selain itu, pesaingnya juga tidak sebanyak dan sekuat biskuit untuk kalangan menengah ke atas. Di lain pihak, biskuit ikan belum memiliki pesaing yang benar-benar sejenis, dalam artian belum
ada biskuit balita yang terbuat dari tepung ikan. Pesaing terdekat dari biskuit ikan adalah biskuit WFP. Biskuit WFP merupakan biskuit yang
diproduksi oleh PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yang menjalin kerjasama dengan United Nations Word Food Programe WFP dalam produksi biskuit. Biskuit yang dihasilkan oleh PT. TPS atau biasa
disebut dengan biskuit WFP tidak untuk dijual, karena biskuit WFP merupakan program bantuan perbaikan gizi balita dan anak sekolah dasar. Biskuit WFP disumbangkan bagi anak-anak Sekolah
Dasar SD dan Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas dengan daerah tujuan seperti Makasar, Medan,Surabaya, Jakarta, Kupang dan Aceh. Biskuit WFP ini dilengkapi atau difortifikasi dengan 9
vitamin dan 5 mineral. Biskuit yang diproduksi PT. TPS termasuk biskuit keras yang mengandung 70 tepung terigu, sehingga biskuit WFP yang dihasilkan memiliki rasa manis susu gurih, aroma khas
milk, bentuk persegi empat dengan tulisan WFP, warna kuning kecoklatan, kadar air 1,8-5. Berat biskuit tiap pack dengan standart 50 gr
Endah Yulianingsih, 2007. Biskuit ikan dan biskuit WFP memiliki tujuan utama yang sama, yaitu untuk memperbaiki
gizi balita Indonesia. Namun, kandungan yang terdapat dalam biskuit ikan sangat berbeda dengan kandungan yang terdapat dalam biskuit WFP. Biskuit WFP merupakan biskuit yang kaya akan
karbohidrat, karena mengandung 70 tepung terigu yang memang lebih banyak mengandung karbohidrat dibandingkan protein. Sedangkan untuk meningkatkan status gizi balita zat gizi proteinlah
yang lebih diperlukan daripada karbohidrat, seperti protein yang terkandung dalam biskuit ikan, yaitu sebesar 25 berdasarkan AKG. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa biskuit ikan masih
mempunyai peluang pasar yang cukup besar untuk memasuki pangsa pasar makanan bantuan perbaikan gizi balita Indonesia.
41
C. Strategi Pemasaran