94 dan ditambahkan depresiasi akan menjadi aliran kas bersih. Penyusunan laporan rugi laba harus dibuat
sedemikian rupa agar mudah diikuti urutan jalannya perhitungan dari awal sampai akhir. Pendapatan adalah jumlah pembayaran yang diterima perusahaan dari penjualan produk.
Pendapatan dihitung dengan mengalikan kuantitas produk yang dihasilkan dengan harga satuan produksi yang dihasilkan dengan harga satuannya. Pada awal-awal proyek biasanya sarana produksi
tidak dipacu untuk berproduksi secara maksimal, tetapi naik perlahan-lahan sehingga pendapatan pun akan naik perlahan-lahan.
Pada industri tepung dan biskuit ikan diperkirakan setiap tahunnya perusahaan akan memperoleh pendapatan bersih setelah dikurangi pajak pendapatan adalah sebesar Rp 753.884.928
bila beroperasi pada kapasitas produksi penuh yang semakin meningkat. Besarnya proyeksi laba rugi ini dapat dilihat pada Tabel 8.3 dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 12.
Tabel 8.3 Proyeksi Laba Rugi Penjualan Biskuit Ikan dan Tepung Mix dalam 10 Tahun Produksi Tahun
ke- Total Penerimaan
RP Total
Pengeluaran RP
EBIT RP
Pajak Rp
Laba Bersih Rp
1 1.965.600.000
1.539.029.760 426.570.240
119.439.667 307.130.573
2 2.620.800.000
1.883.983.680 736.816.320
206.308.570 530.507.750
3 3.276.000.000
2.228.937.600 1.047.062.400
293.177.472 753.884.928
4 3.276.000.000
2.228.937.600 1.047.062.400
293.177.472 753.884.928
5 3.276.000.000
2.228.937.600 1.047.062.400
293.177.472 753.884.928
6 3.276.000.000
2.228.937.600 1.047.062.400
293.177.472 753.884.928
7 3.276.000.000
2.228.937.600 1.047.062.400
293.177.472 753.884.928
8 3.276.000.000
2.228.937.600 1.047.062.400
293.177.472 753.884.928
9 3.276.000.000
2.228.937.600 1.047.062.400
293.177.472 753.884.928
10 3.276.000.000
2.228.937.600 1.047.062.400
293.177.472 753.884.928
F. Proyeksi Arus Kas
Aliran kas dihitung dengan mengurangi aliran kas masuk dengan aliran kas keluar setiap tahunnya. Aliran arus kas proyek dikelompokkan menjadi tiga, yaitu aliran kas awal initial cash
flow, aliran kas periode operasi operatinal cash flow, dan aliran kas terminal terminal cash flow. Aliran kas masuk terdiri dari modal kerja sendiri initial cash flow, laba bersih, depresiasi
operational cash flow, dan pengembalian modal kerja terminal cash flow. Aliran kas keluar terdiri dari investasi tetap, dan modal kerja. Kas bersih didapatkan dengan mengurangi kas masuk dengan
kas keluar setiap tahunnya. Proyeksi arus kas industri tepung dan biskuit ikan dapat dilihat pada Tabel 8.4 dan rinciannya disajikan pada Lampiran 13.
95 Tabel 8.4 Proyeksi Arus Kas Industri Tepung dan Biskuit Ikan
Tahun ke- Total Kas Masuk
Rp Total Kas Keluar
Rp Aliran Kas Bersih
Rp -
884.335.000 884.335.000
1 363.211.573
65.520.000 297.691.573
2 586.588.750
65.520.000 521.068.750
3 809.965.928
- 809.965.928
4 809.965.928
- 809.965.928
5 809.965.928
- 809.965.928
6 809.965.928
- 809.965.928
7 809.965.928
- 809.965.928
8 809.965.928
- 809.965.928
9 809.965.928
- 809.965.928
10 809.965.928
- 1.137.565.928
G. Kriteria Kelayakan Investasi
Kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain adalah Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net BC, Pay Back Period PBP, Break Even Point BEP, dan
analisis sensitivitas. Perhitungan kriteria-kriteria ini didasarkan pada aliran kas bersih net cash flow pada proyeksi arus kas. Bunga modal yang digunakan sebesar 18. Berdasarkan proyeksi arus uang
tersebut dapat dihitung berbagai kriteria investasi.
1. Net Present Value NPV
Net Present Value NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya dari suatu proyek investasi. Perhitungan angka yang dihasilkan menunjukkan besarnya penerimaan
bersih selama 10 tahun setelah dikalikan discount factor yang dihitung pada masa kini. Berdasarkan investasi metode NPV, suatu investasi dikatakan layak untuk dijalankan jika nilainya lebih besar dari
nol. Rincian mengenai perhitungan NPV industri ini dapat dilihat pada Lampiran 14. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 14, nilai NPV menunjukkan angka positif, yaitu
pada discount factor 18 per tahun dengan umur investasi 10 tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa investasi yang ditanam perusahaan sepanjang 10 tahun ke depan memperoleh manfaat bersih
menurut nilai uang sekarang sebesar Rp 2.176.702.231.
2. Internal Rate of Return IRR
Internal Rete of Return IRR adalah discount factor pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen. Untuk menentukan layak tau tidaknya proyek dilaksanakan maka sebagai
patokan dasar pembanding adalah discount factor, yaitu ditetapkan sebesar 18. Jika nilai IRR lebih besar dibandingkan discount factor, maka usaha dinyatakan layak. IRR pada industri ini sebesar 61
yang berarti bahwa pendirian pabrik biskuit ikan layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh sangat besar karena produk yang dihasilkan merupakan produk yang bernilai tambah sangat tinggi.
Perhitungan nilai IRR dapat dilihat pada Lampiran 14.
96
3. Net Benefit Cost Ratio Net BC
Net benefit cost ratio, yaitu suatu perbandingan nilai kini arus manfaat bersih dibagi dengan nilai sekarang arus biaya bersih. Analisis ini merupakan perbandingan antara jumlah present value
dari net benefit yang bernilai negatif. Suatu investasi dikatakan layak apabila hasil perhitungan Net BC nya lebih besar atau sama dengan satu. Dari hasil perhitungan Net BC kegiatan investasi
produksi biskuit ikan diperoleh nilai sebesar Rp 3,yaitu setiap investasi Rp 1 yang dikeluarkan sekarang pada tingkat discount factor 18 akan memperoleh keuntungan bersih Rp 3. Perincian Net
BC disajikan pada Lampiran 14.
4. Payback Period PBP
PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih. Masa pengembalian ini dapat diartikan sebagai jangka
waktu pada saat NPV sama dengan nol. Nilai NPV yang besar menunjukkan jangka waktu pengembalian investasi yang ditanam semakin cepat. Dari hasil perhitungan PBP investasi produksi
biskuit ikan diperoleh tahun, yaitu investasi yang ditanam akan kembali setelah 2 tahun 1 bulan. Jangka waktu pengembalian investasi tergolong cukup cepat karena biskuit ikan yang dihasilkan
merupakan produk bernilai tambah sangat tinggi. Perincian perhitungan PBP dapat dilihat pada Lampiran 14.
5. Break Even Point BEP
Titik impas atau Break Even Point atau titik dimana total biaya produksi sama dengan penerimaan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang
sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Titik impas selama umur proyek industri tepung dan biskuit ikan ini berada pada penjualan saat harga jual biskuit ikan Rp 3.211 dan harga
tepung mix Rp 122.730. Titik impas selama umur proyek dalam bentuk unit, yaitu berada pada saat produksi biskuit ikan sebesar 751.218 bungkus dan 12.853 kg tepung mix. Perhitungan BEP di atas
didapatkan dari hasil perhitungan asumsi perusahaan memproduksi produk secara terpisah.
H. Analisis Sensitivitas
Kelayakan proyek dibuat berdasarkan sejumlah asumsi yang disebabkan banyaknya faktor ketidakpastian mengenai kondisi dan situasi di masa depan. Perubahan asumsi yang digunakan akan
berpengaruh pula terhadap keputusan akan layak atau tidaknya proyek. Karena itu perlu dilakukan analisis sensitivitas yang mengkaji sejauh mana unsur-unsur dalam aspek finansial ekonomi
berpengaruh terhadap keputusan yang diambil terhadap perubahan unsur-unsur tertentu. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat sensitivitas proyek terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi selama periode investasi seperti kenaikan harga bahan baku dan bahan utilitas. Dari hasil analisis sensitivitas, menunjukkan bahwa toleransi kenaikan biaya bahan baku dan
bahan utilitas 30 memberikan nilai Net BC sebesar 2. Hal ini berarti perusahaan masih dapat dijalankan, namun apabila terjadi kenaikan harga bahan baku lebih besar dari angka tersebut maka
perusahaan tidak layak lagi untuk dijalankan dalam jangka panjang. Perincian perhitungan analisis sensitivitas kenaikan harga bahan baku dan utilitas 30 dapat dilihat pada Lampiran 15 dan analisis
sensitivitas penurunan harga jual 20 pada Lampiran 16.
97
IX. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Permintaan pasar akan biskuit ikan dinilai cukup besar dan dibutuhkan oleh seluruh balita yang mengalami gizi kurang dan balita yang berada di daerah rawan bencana alam. Pasar potensial
yang dijadikan sasaran pasar biskuit ikan adalah kedua kategori balita di atas dengan memperhatikan jumlah dan penyebaran balita dengan status gizi kurang dan pemetaan daerah rawan bencana di
Indonesia. Pangsa pasar berdasarkan status gizi balita yang dijadikan sasaran diperkirakan bernilai sebesar 0,28 dari jumlah balita bergizi kurang dan buruk di Indonesia, yaitu berjumlah 8.153 jiwa
balita dari total seluruh balita bergizi kurang di Indonesia sebesar 2.911.627 jiwa, sedangkan potensi pasar biskuit ikan untuk balita korban bencana alam adalah sebesar 1 dari jumlah balita korban
bencana tsunami Aceh 2004, yaitu sebesar 500 jiwa balita. Oleh karena itu, dapat diperkirakan nilai total dari pangsa pasar biskuit ikan adalah seluruh volume kebutuhan biskuit ikan sejumlah 8.653 jiwa
balita. Industri tepung dan biskuit ikan lele dumbo yang akan didirikan di Darmaga Bogor, Jawa
Barat ini memiliki bentuk badan usaha perseroan terbatas. Berdasarkan hasil analisis aspek pasar dan pemasaran, potensi pasar biskuit ikan masih terbuka, oleh karena itu pendirian industri tepung dan
biskuit ikan lele dumbo menjadi potensial. Pabrik biskuit ikan lele dumbo yang akan didirikan memiliki kapasitas produksi total 3.120.000 keping biskuit per tahun dan 7.800 Kg tepung mix per
tahun. Tepung mix merupakan campuran antara tepung ikan daging dan kepala lele serta isolat protein kedelai yang digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan biskuit ikan. Bahan baku ikan lele
dumbo yang digunakan berasal dari beberapa tempat di Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat yang merupakan sentra produksi ikan lele dumbo di Indonesia. Berdasarkan informasi yang tersedia,
diperkirakan pasokan bahan baku ikan lele dumbo segar untuk industri dapat terpenuhi. Biskuit ikan akan dijual dengan harga Rp 3.300 per empat keping dan tepung mix dijual dengan harga Rp 90.000
per kilogram. Kebutuhan tenaga kerja untuk menjalankan industri tepung dan biskuit ikan lele dumbo
adalah 28 orang dengan kualifikasi sesuai dengan spesifikasi kerja yang menjadi tanggung jawab masing-masing pekerja. Dari hasil analisis lingkungan, industri tepung dan biskuit ikan lele dumbo
menghasilkan limbah berupa limbah cair, gas, dan padat yang tidak menimbulkan bahaya. Limbah yang dihasilkan diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke lingkungan.
Total keseluruhan biaya investasi sebesar Rp 884.335.000, yang terdiri dari biaya investasi tetap sebesar Rp 687.775.000, dan biaya modal kerja sebesar Rp 196.650.000 pada tahun pertama.
Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa industri tepung dan biskuit ikan lele dumbo ini layak untuk didirikan. Berdasarkan perhitungan kriteria investasi, diperoleh nilai NPV industri ini sebesar
Rp 2.176.702.231. Nilai IRR-nya sebesar 61. Nilai Net BC-nya sebesar 3. Payback period industri ini adalah selama 2 Tahun 1 Bulan. Titik impas selama umur proyek industri tepung dan biskuit ikan
lele dumbo berada pada saat harga jual biskuit ikan Rp 3.211 dan tepung mix Rp 122.730. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan industri tepung dan biskuit ikan lele dumbo memiliki sensitivitas
yang tidak terlalu tinggi terhadap kenaikan harga bahan baku dan utilitas sebesar 30. Namun, risiko yang cukup tinggi terjadi pada saat penurunan harga jual 20. Sehingga apabila terjadi kenaikan