Strategi Produk Biskuit Ikan

45 dalam komposisi besar dan menghasilkan karbohidrat tinggi tanpa mementingkan zat gizi lain yang memang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh balita untuk tumbuh kembangnya. Salah satu pesaing utama biskuit ikan adalah biskuit balita seperti Farley Classic yang memiliki atribut positioning berupa keberadaannya sebagai biskuit balita paling pertama dan kedudukannya sebagai biskuit balita paling diminati dan dikenal oleh konsumen.

4. Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran marketing mix merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Alat-alat itu diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P dalam pemasaran, yaitu produk product, harga price, tempat place, dan promosi promotion Kotler, 2000.

1. Strategi Produk

Strategi produk sangat perlu disiapkan dengan baik oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkannya. Strategi produk yang tepat akan menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan yang lebih unggul daripada pesaingnya. Produk yang dihasilkan oleh industri berbasis tepung ikan lele dan isolat protein kedelai adalah biskuit ikan dan tepung mix.

a. Strategi Produk Biskuit Ikan

Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Menurut tujuan pemakaian, biskuit ikan yang diproduksi merupakan barang konsumsi, karena dapat langsung dikonsumsi oleh konsumennya, yaitu untuk memenuhi kebutuhan para balita, terutama balita berstatus gizi kurang. Standarisari yang digunakan dalam produksi biskuit ikan pada perusahaan ini mengacu pada SNI 01-4445-1998 sebagai syarat mutu biskuit bayi dan balita. Standar syarat mutu biskuit bayi dan balita SNI 01-4445-1998 dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Syarat Mutu Biskuit Bayi dan Balita SNI 01-4445-1998 Tahun 1998 Kriteria Uji Persyaratan Mutu Parameter Disajikan dengan Susu Disajikan tanpa Susu Keadaan bau,warna,rasa,tekstur Normal Normal Kadar air bb Minimum 5.0 Minimum 5.0 Kadar Protein bb Maksimum 6.5 Maksimum 10.0 Kadar Abu bb Maksimum 2.0 Maksimum 2.0 Kadar Lemak bb 6.0-11.0 6.0-11.0 Serat Kasar bb Maksimum 0.5 Maksimum 0.5 Karbohidrat bb Minimum 75.0 Minimum 70.0 Kalori kal100 gr Minimum 370.0 Minimum 390.0 Bahan Tambahan Makanan - pewarna dan pemanis buatan Tidak boleh ada Tidak boleh ada Besi, Fe mgkg Maksimum 140.0 Maksimum 140.0 Kalsium, Ca bb Maksimum 1.0 Maksimum 1.0 Cemaran logam: - Timbal, Pb mgkg Maksimum 0.3 Maksimum 0.3 - Tembaga, Cu mgkg Maksimum 5.0 Maksimum 5.0 - Seng, Zn mgkg Maksimum 40.0 Mansimum 40.0 46 Tabel 4.6 Syarat Mutu Biskuit Bayi dan Balita SNI 01-4445-1998 Tahun 1998 Lanjutan Kriteria Uji Persyaratan Mutu Parameter Disajikan dengan Susu Disajikan tanpa Susu - Timah, Sn mgkg Maksimum 40.0 Maksimum 40.0 - Raksa, Hg mgkg Maksimum 0.03 Maksimum 0.03 - Arsen, As mgkg Maksimum 0.1 Maksimum 0.1 Cemaran Mikroba - TPC kolonig Maks 1.0 x 10 4 Maks 1.0 x 10 4 - E.coli APMg 3 3 - Salmonela koloni25 g Negatif Negatif - Staphylococcus aureus cfug Maks 1.0 x 10 2 Maks 1.0 x 10 2 Sumber: Badan Standarisasi Nasional, LIPI 1998 Biskuit ikan yang dihasilkan dari tepung ikan lele dan isolat protein kedelai memiliki pesaing kuat dalam industri makanan, selain industri yang menghasilkan produk yang sama, yang menjadi pesaing utama dalam pasar adalah produk sejenis yang dihasilkan dari bahan baku tepung lain. Pesaing utama biskuit ikan adalah industri penghasil biskuit dari bahan baku tepung terigu, dimana biskuit dari bahan tepung terigu saat ini paling banyak tersedia di pasaran. Namun, biskuit ikan yang dihasilkan ini memiliki keunggulan dibanding produk substitusinya, yaitu tingkat kandungan gizi yang tinggi dan terstandar untuk mendukung perbaikan kualitas gizi balita. Untuk lebih jelasnya kandungan mutu biskuit ikan dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini. Tabel 4.7 Kandungan Mutu Biskuit Ikan Kriteria Uji Parameter Kandungan Gizi Keadaan bau,warna,rasa,tekstur Normal Kadar air bb 3.96 Kadar Protein bb 18.77 Kadar Abu bb 2.42 Kadar Lemak bb 21.99 Karbohidrat bb 53.72 Kalori kal100 gr 480 Sumber: Mervina 2009 Jika dibandingkan dengan persyaratan mutu biskuit bayi dan balita berbahan baku tepung terigu pada SNI, kandungan gizi yang dimiliki biskuit dengan pelengkap tepung ikan lele dan isolat protein kedelai memang berbeda. Hal ini disebabkan karena kandungan gizi yang dimiliki bahan baku penyusunnya, yaitu tepung ikan dan isolat protein kedelai. Pada dasarnya perbedaan nilai gizi bukan suatu permasalahan dan biasanya memang diperlukan suatu standar produk yang berbeda terhadap suatu produk baru yang dihasilkan, dalam hal ini adalah biskuit ikan. Menurut Manley 2000, biskuit merupakan produk yang tepat untuk dijadikan pangan sehat atau pangan fungsional yang menyediakan zat gizi tertentu yang dibutuhkan oleh tubuh. Dalam pembuatan biskuit ini zat gizi yang dimaksud adalah protein. Biskuit yang diperkaya protein akan menurunkan proporsi kandungan zat gizi lainnya. Dalam hal biskuit ikan, zat gizi yang mengalami penurunan adalah karbohidrat. 47 Berat satu keping biskuit ikan kurang lebih 12.5 gram dengan diameter 5 cm yang dikemas per empat keping biskuit dalam kemasan primer berupa poly propylene PP berukuran 15.2 cm x 7.7 cm dengan ketebalan rata-rata 0.069088 mm. Biskuit ikan yang telah terbungkus kemasan primer dimasukan kedalam kemasan sekunder, yaitu berupa berupa kardus yang terbuat dari karton berukuran 48 cm x 16 cm x 7 cm dengan keterangan nama biskuit, tanggal produksi, masa kadaluarsa, dan kandungan gizi. Dalam satu kemasan sekunder terdapat 6 bungkus biskuit ikan berkemasan primer, sedangkan kemasan tertier berbahan sama seperti kemasan sekunder dengan ukuran 50 cm x 34 cm x 8 cm yang memuat 6 kotak kemasan sekunder. Sehingga dalam satu dus terdapat 144 keping biskuit. Untuk lebih jelasnya tampilan biskuit ikan beserta kemasan primer, dan sekunder dapat dilihat pada Gambar 4.4, 4.5, dan 4.6. Gambar 4.4 Biskuit Ikan Gambar 4.5 Kemasan Primer Gambar 4.6 Kemasan Sekunder Biskuit ikan dengan bahan baku hewani tergolong ke dalam produk baru yang memerlukan pengujian produk untuk mengukur kandungan dalam bahan, rancangan, dan biaya operasi. Pada industri tepung dan biskuit ikan yang akan didirikan, pengujian produk telah dilakukan sebelumnya oleh seorang mahasiswi tingkat sarjana Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor sebagai bahan penelitian. Sistem pengujian biskuit ikan berupa formulasi, sifat fisik penetapan rendemen, daya serap air, tekstur, sifat kimia analisis proksimat, kandungan energi, daya cerna protein, dan uji organoleptik yang dilakukan oleh panelis semi terlatih, balita, dan ibu balita. Selain itu, saat ini juga sedang dilakukan penelitian pengembangan produk biskuit ikan, yaitu biskuit ikan probiotik. 48

b. Strategi Produk Tepung Mix