12
Penguatan kelembagaan menjadi istilah yang populer dan kerap kali didengungkan oleh banyak pihak dari beragam sektor. Hal ini salah satunya
didasari oleh kecenderungan bahwa banyak kelembagaan, baik formal maupun informal, yang semakin melemah sehingga tidak mampu lagi mengatur dan
membentuk pola perilaku para anggotanya. Kelembagaan yang ada pun banyak diduga tidak efisien secara sosial melainkan hanya melayani kepentingan pihak
yang memiliki kuasa untuk membentuk peraturan-peraturan. Menurut Rachbini 2001, pembangunan kelembagaan adalah unsur paling lemah dalam
pemerintahan Indonesia selama 30 tahun terakhir ini. Cepatnya pertumbuhan ekonomi tidak didukung oleh kelembagaan yang modern dan kuat sehingga
Indonesia tergelincir ke dalam krisis sosial politik yang akut. Penguatan kelembagaan tidak lengkap dipahami dan dilakukan hanya
melalui pembuatan atau revitalisasi aturan main saja. Penguatan kelembagaan yang menjadi agenda penting nasional dan dilaksanakan oleh multi sektor dan
multi pihak ini hanya dapat utuh dipahami dan dilakukan jika memperhatikan sisi minimalisasi biaya transaksi yang memang menjadi fitrah dari kelembagaan:
kesepakatan yang meminimumkan biaya transaksi Fauzi 2005. Atas dasar
inilah penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui besaran biaya transaksi pada dua kelembagaan pemuda yang menjadi studi kasus.
2. Mengetahui faktor-faktor dari kelembagaan yang berpengaruh terhadap minimalisasi biaya transaksi.
3. Mengetahui efektivitas kedua kelembagaan dalam mencapai tujuannya.
13
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masyarakat dan Interaksi antar Anggotanya
Di dalam kehidupan bermasyarakat selalu terjadi interaksi. Setiap masyarakat merupakan suatu kesatuan individu yang antara satu dan lainnya
berada dalam hubungan interaksi yang berpola mantap Koentjaraningrat 2002 dan salah satu bentuk interaksi itu adalah pertukaran ekonomi. Interaksi tersebut
dapat dijalankan karena pada masyarakat terdapat prasarana untuk berinteraksi seperti jaringan jalan, jaringan telekomunikasi, media massa baik cetak maupun
elektronik, hingga upacara-upacara pada hari-hari besar tertentu Koentjaraningrat 2002.
Tetapi bukan berarti sekumpulan manusia yang saling berinteraksi tersebut dapat serta merta disebut sebagai masyarakat, karena bisa jadi sekumpulan
manusia itu sebenarnya adalah kerumunan crowd. Anggota kerumunan bisa
jadi saling berinteraksi satu sama lain. Hal yang membedakan antara masyarakat dengan kerumunan adalah bahwa masyarakat memiliki pola tingkah laku yang
khas mengenai semua faktor kehidupan, dan pola tingkah laku itu bersifat mantap dan berkesinambungan, atau telah menjadi adat istiadat yang khas. Pola
tingkah laku itu dapat menjadi mantap dan berkesinambungan karena adanya sistem norma, hukum, dan aturan-aturan khas Koentjaraningrat 2002.
Terakhir, ciri lain yang melekat pada sekumpulan manusia yang disebut masyarakat adalah dimilikinya rasa identitas diantara para warga atau
anggotanya. Rasa identitas ini membuatnya menjadi satu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya Koentjaraningrat 2002.
Konsep interaksi sangat penting dalam menganalisis masyarakat. Interaksi itu terjadi bila seorang anggota masyarakat berbuat demikian rupa sehingga
menimbulkan respon atau reaksi dari anggota lainnya. Dalam menganalisis proses interaksi harus dibedakan dua hal pokok antara i kontak, dan ii
komunikasi. Kontak antar individu tidak hanya mungkin terjadi pada jarak dekat seperti misalnya berhadapan muka atau sejauh jangkauan panca indera manusia
saja, melainkan dapat terjadi pada jarak yang teramat jauh melalui alat-alat kebudayaan masa kini seperti buku, media massa, telepon, dan teknologi
informasi. Ketika buku dibaca, maka telah terjalin kontak antara pembaca dengan penulis. Komunikasi muncul setelah terjadi kontak dalam bentuk reaksi
14
pihak kedua sebagai akibat ditangkapnya pesan yang dikeluarkan oleh pihak pertama Koentjaraningrat 2002.
Adanya kontak belum berarti adanya komunikasi, seperti misalnya seorang pembaca yang tidak dapat memahami tulisan seorang penulis. Sering terjadi
juga ketika pesan yang dikeluarkan oleh pihak pertama ditangkap secara berbeda oleh pihak kedua sehingga menimbulkan reaksi yang tidak diharapkan.
Banyak proses interaksi di masyarakat yang berlangsung semacam itu sehingga menimbulkan berbagai ketegangan Koentjaraningrat 2002.
2.2 Kelembagaan