Macam-macam Penggolongan Biaya Transaksi

28

2.3.3 Macam-macam Penggolongan Biaya Transaksi

Williamson 1996 menggolongkan biaya transaksi ke dalam dua jenis yaitu i ex ante costs, dan ii ex post costs. Ex ante costs adalah biaya yang meliputi perancangan, negosiasi, dan rencana pengamanan safeguarding sebuah kesepakatan. Di dalam sebuah kemitraan, ex ante costs akan meningkat pada proses-proses awal. Ex ante costs dapat digolongkan kembali menjadi biaya pencarian search costs dan biaya pembuatan kesepakatan contracting costs. Biaya pencarian meliputi biaya identifikasi dan evaluasi mitra potensial, sedangkan biaya pembuatan kontrak meliputi negosiasi dan penyusunan kesepakatan antara mitra. Ex ante costs seringkali muncul pada saat sebelum kemitraan secara resmi dimulai Williamson 1985; North 1990; diacu dalam Jobin 2005. Ex post costs dibedakan atas biaya pengawasan monitoring costs dan biaya penegakan enforcement costs. Biaya pengawasan muncul pada saat dilakukannya pengawasan untuk memastikan bahwa setiap mitra memenuhi segala ketentuan yang tertuang dalam kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Biaya penegakan meliputi negosiasi ulang renegotiation atau ex post bargaining dan pemberian sangsi kepada mitra yang tidak dapat memenuhi kesepakatan yang dibuat Williamson 1985; North 1990; diacu dalam Jobin 2005. North Thomas 1973 membagi biaya transaksi ke dalam tiga tipe yaitu i biaya pencarian search cost yaitu biaya untuk mendapat informasi mengenai keuntungan atau kerugian dari suatu transaksi cost of allocating information about opportunity of the exchange, ii biaya negosiasi negotiation cost yaitu biaya untuk merundingkan syarat-syarat suatu transaksi cost of negotiating the terms of the exchange, dan iii biaya penegakan enforcement cost yaitu biaya untuk menegakkan suatu kontrak atau transaksi cost of enforcing the contract Anggraini 2005. Furubotn Richter 1997, diacu dalam Benham Benham 2001 diacu dalam Anggraini 2005 mendefinisikan dua varian dalam setiap tipe biaya transaksi yaitu i biaya transaksi tetap fixed transaction cost, yaitu investasi khusus dan ii biaya transaksi peubah variable transaction cost, yaitu biaya yang tergantung pada jumlah atau volume transaksi. Hal ini senada dengan permodelan yang dibangun oleh Cordella 2001 yaitu biaya transaksi T C 29 sebagai dependent variable dipengaruhi oleh independent variable meliputi biaya infrastruktur C I dan biaya koordinasi C C . Biaya infrastruktur adalah fixed cost, sedangkan biaya koordinasi adalah variable cost Cordella 2001. de Soto 1989, diacu dalam Anggraini 2005 menyatakan bahwa biaya transaksi juga muncul dari aspek-aspek non-pasar non-marketed transaction cost. Biaya transaksi non-pasar tersebut diantaranya adalah sumber daya yang dikeluarkandihabiskan dalam situasi menunggu resources spent in waiting, mendapatkan izin usaha, upacara peresmian cutting through red tapes, dan menyuap pejabat bribing officials. Biaya transaksi non-pasar ini merajalela rampant dalam pembangunan ekonomi. Terlihat bahwa kesemua penggolongan biaya transaksi tersebut adalah penggolongan berdasarkan mazhab neoklasik karena kesemua penggolongan tersebut ada pada situasi berlangsungnya transfer hak kepemilikan dan biaya transaksi yang muncul adalah biaya antar aktor pasar across market. Menggunakan mazhab hak kepemilikan, biaya transaksi tidak hanya muncul ketika ada transfer hak kepemilikan pada situasi pertukaran sukarela, tetapi juga muncul pada upaya-upaya untuk mencegah atau mengambil keuntungan dari pertukaran yang dipaksakan. Mazhab hak kepemilikan menyatakan bahwa biaya transaksi tidak hanya muncul sebagai biaya antar aktor pasar across market saja, melainkan juga biaya internal di dalam aktor pasar atau internal to the firms Cheung 1969, diacu dalam Allen 1999.

2.3.4 Pengukuran Biaya Transaksi

Dokumen yang terkait

Politik Organisasi Pemuda Tingkat Lokal: Kasus Keterlibatan Organisasi Pemuda dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005 di Kota Medan

5 116 193

Resistensi Masyarakat Terhadap Organisasi Kepemudaan (Studi Kasus Tentang Keberadaan Organisasi Pemuda Pancasila Di Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok)

4 96 149

Persepsi Masyarakat Terhadap Organisasi Sosial Kepemudaan (Studi Deskriptif pada Majelis Pimpinan Cabang Organisasi Pemuda Pancasila di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun)

4 97 99

RESEPSI ORGANISASI PEMUDA TENTANG MODEL KEPEMIMPINAN JOKOWI PADA PROGRAM “KABAR KHUSUS” DI TV ONE EDISI 22 JANUARI 2013 (Studi pada Pemuda Muhammadiyah dan Gerakan Pemuda Ansor Kota Malang)

0 5 45

RESEPSI ORGANISASI PEMUDA TENTANG MODEL KEPEMIMPINAN JOKOWI PADA PROGRAM “KABAR KHUSUS” DI TV ONE EDISI 22 JANUARI 2013 (Studi pada Pemuda Muhammadiyah dan Gerakan Pemuda Ansor Kota Malang)

0 18 45

MANAJEMEN ORGANISASI PEMUDA

0 4 13

membangun tim pada organisasi pemuda

0 0 7

A. Pedoman Wawancara untuk Organisasi Pemuda - Politik Organisasi Pemuda Tingkat Lokal: Kasus Keterlibatan Organisasi Pemuda dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005 di Kota Medan

0 1 43

Politik Organisasi Pemuda Tingkat Lokal: Kasus Keterlibatan Organisasi Pemuda dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005 di Kota Medan

0 2 18

BAB II PEMUDA PANCASILA DARI ORGANISASI KEMASYARAKATAN PEMUDA MENJADI ORGANISASI KEMASYARAKATAN 2.1 Organisasi Pemuda Pancasila sebagai Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) - Srikandi Pemuda Pancasila Sumatera Utara (1982 – 2007)

0 1 12