31
baik sebagai manajerpemasar fungsi transaksi sekaligus juga pembudidaya tanaman fungsi transformasi. Atas argumen inilah yang mungkin menjelaskan
mengapa penelitian semacam yang dilakukan oleh Wallis dan North menjadi penelitian pertama sekaligus terakhir Allen 1999.
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Masten, Meehan, dan Snyder 1991 dinilai Allen 1999 sebagai penelitian yang lebih kompleks untuk menghitung
biaya transaksi. Masten, Meehan, dan Snyder menyatakan bahwa kebanyakan pendekatan
proxies yang digunakan hanya melihat pada risiko dari pertukaran pasar the hazards of market exchange dan tidak melihat pada biaya
pengaturan internal internal cost of governance. Pendekatan macam ini akan
gagal untuk melihat antara biaya transaksi internal dan eksternal Allen 1999.
Masten, Meehan, dan Snyder yang melihat pada kasus pembuatan kontrak pembangunan galangan kapal Angkatan Laut menemukan bahwa biaya
organisasi organization costs adalah sebesar 14 dari total biaya. Jika yang
dipilih adalah kesepakatan kontrak yang salah, maka diperkirakan bahwa hal ini akan menyebabkan peningkatan biaya organisasi hingga mencapai 70 Allen
1999.
2.3.5 Keterkaitan antara Biaya Transaksi dengan Hak Kepemilikan
Penjelasan mengenai keterkaitan antara biaya transaksi dengan hak kepemilikan tentu harus diawali dengan pengertian akan hak kepemilikan itu
sendiri. Hak kepemilikan adalah kewenangan eksklusif yang dimiliki oleh pihak yang memiliki sumber daya untuk menentukan bagaimana sumber daya tersebut
digunakan. Anwar 1994 mendefinisikan hak kepemilikan property rights
sebagai penegasan secara legal mengenai hak-hak kepemilikan dari suatu sumber daya dengan disertai keterbatasan-keterbatasan dalam caranya sumber
daya tersebut dimanfaatkan. Akan tetapi hak kepemilikan bukan saja menjadi ada karena hukum
legal rights, melainkan juga ada karena kenyataan. Definisi yang dikemukakan oleh
Anwar 1994 adalah definisi yang belum lengkap. Alchian 1965, 1979, diacu dalam Allen 1999 menyebutkannya sebagai hak ekonomi
economic rights selain hak legal. Hak ekonomi melekat pada kepemilikan legal, tetapi tidak
berlaku sepenuhnya. Seseorang bisa jadi secara hukum memiliki sebuah sepeda motor meskipun pada kenyataannya sepeda motor tersebut ada di tangan
32
seorang pencuri, artinya hak ekonomi ada di tangan pencuri meskipun nilai dari barang curian itu lebih rendah jika dibandingkan ketika hak ekonomi berada di
tangan pemilik sahnya Allen 1999, 2005. Hak ekonomi adalah hak untuk memilih bentuk-bentuk penggunaan sumber daya yang dikehendaki, sedangkan
hak legal adalah bentuk-bentuk pilihan yang didukung oleh hukum Allen 1999. Seringkali kedua jenis hak ini saling tumpang tindih tetapi pembedaan yang
tegas perlu dilakukan karena perilaku ditentukan oleh hak ekonomi, bukan oleh
hak legal Allen 2005. Dalam bahasa Rodrik 1999, kata kunci dari hak kepemilikan bukanlah
kepemilikan ownership, melainkan kontrol. Tujuan paling mendasar dari adanya hak kepemilikan ini adalah
menghilangkan persaingan-persaingan yang bersifat merusakdengan kekerasan untuk mendapatkan kontrol atas suatu sumber daya. Hak kepemilikan yang
terdefinisikan dan terlindungi dengan sempurna well-defined and well-protected
akan menggantikan persaingan dengan kekerasan menjadi persaingan secara damai Alchian 2002. Menggunakan istilah Allen 2005, tidak terdefinisikannya
hak kepemilikan akan menyebabkan dunia menjadi dunia yang anarkis a world
of anarchy. Dibangunnya hak kepemilikan yang terjamin dan stabil menurut argumen
North Thomas 1973 dan North Weingast 1989 diacu dalam Rodrik 1999 adalah elemen kunci dari kemajuan negara-negara Barat sekaligus juga sebagai
pemicu pertumbuhan ekonomi modern. Alasan dari argumen ini adalah tanpa hak kepemilikan yang terjamin, maka seorang pengusaha tidak memiliki kontrol
yang cukup atas hasil dari suatu aset sehingga pengusaha tersebut tidak mempunyai insentif baik untuk mengumpulkan aset maupun berinovasi.
Berdasarkan rezim pengelolaan sumber daya, hak kepemilikan dapat digolongkan menjadi hak kepemilikan publikpemerintah
publicstate property dan hak kepemilikan privat
private property Alchian 2002. Diantara kedua golongan ini terdapat kategori residual yang disebut sebagai akses terbuka
open access dan hak kepemilikan bersama common property Kanbur 1992. Hak
kepemilikan privat dapat ditransfer menjadi hak kepemilikan publik. Ada kalanya transfer hak ini dapat membuat ekonomi berjalan lebih efektif, ada kalanya juga
membuat menjadi tidak efektif Alchian 2002. Rezim common property pun
dapat hancur dikarenakan faktor lingkungan yang berubah Kanbur 1992. Tentu yang terburuk adalah ketika hak kepemilikan dihilangkan Alchian 2002.
33
Hak kepemilikan privat tidak harus dipegang oleh satu individu saja. Hak kepemilikan tersebut bisa dibagi dan setiap orang yang memilikinya mendapat
bagian yang jelas dari nilai pasarnya sementara keputusan mengenai bentuk- bentuk penggunaan sumber daya dibuat melalui mekanisme yang disepakati
bersama. Contoh klasik dari hak kepemilikan privat ini adalah perusahaan corporation. Di dalam perusahaan, porsi kepemilikan terdefinisikan dengan
jelas dan hak untuk memutuskan bentuk-bentuk penggunaan sumber daya didelegasikan kepada manajemen. Hak kepemilikan privat memiliki tiga elemen
dasar i eksklusivitas hak untuk memilih bentuk penggunaan sumber daya, ii eksklusivitas hak untuk mendapatkan jasakeuntungan dari sumber daya, dan iii
hak untuk mempertukarkan sumber daya tersebut dengan berdasarkan pada kesepakatan bersama Alchian 2002.
Orang meningkatkan hak kepemilikan privatnya melalui tiga jalan i mencuri barang, ii privatisasi barang yang sebelumnya adalah barang publik,
dan iii bekerjasama dengan individu lain melalui sebuah kesepakatan yang membagi manfaat ekonomi yang didapatkan dari hak baru Allen 1999.
Hak kepemilikan publik tentunya ada terhadap barang-barang publik public
goods. Barang publik memiliki dua karakter utama i noneksklusif, artinya tidak ada pihak yang dapat dikecualikan untuk turut mendapatkan manfaat dari barang
tersebut atau jika dapat maka proses untuk mengecualikan pihak-pihak tertentu adalah sangat mahal, dan ii nonrival, artinya penambahan tingkat konsumsi
tidak mengakibatkan penambahan biaya produksi dan pengurangan konsumsi pihak lain. Tetapi, karena banyak juga jenis barang nonrival yang diproduksi
secara privat misalnya kolam renang dan jalan tol dimana konsumen harus membayar untuk menggunakannya maka barang publik lebih sering dikaitkan
dengan karakter noneksklusif Nicholson 1998. Allen 2005 menyatakan bahwa barang publik adalah barang yang ketika dikonsumsi salah satu pihak tidak
mengurangimenghalangi konsumsi yang bisa dilakukan pihak lain. Rezim
common property res communes sebelumnya sering dipertukarkan dengan rezim
open access res nullius. Hal ini dipicu oleh makalah Garrett Hardin pada tahun 1968 yang berjudul
The Tragedy of the Commons. Tragedi tersebut diilustrasikan oleh Hardin sebagai berikut: pada suatu ladang
penggembalaan yang terbuka bagi siapapun, maka para pengembala yang rasional akan memaksimalkan keuntungan masing-masing dengan terus
34
menambah hewan gembalanya hingga yang terjadi selanjutnya adalah jumlah rumput yang tidak mencukupi kebutuhan merumput. Inilah tragedi tersebut, dan
selanjutnya Hardin 1968 menyatakan bahwa “ freedom in a commons brings
ruin to all”. Salah satu mekanisme manajemen sumber daya adalah tidak ada
manajemen sama sekali, dan mekanisme inilah yang berlaku pada ilustrasi yang diberikan oleh Hardin. Mekanisme tanpa manajemen adalah rezim
open access yang mengarah menuju tragedi, sedangkan sumber daya yang dikelola secara
komunal untuk mengontrol eksploitasi disebut sebagai common property. Rezim
common property justru dapat mengelola sumber daya alam dengan baik selama ribuan tahun. Tragedi yang dimaksudkan oleh Hardin seharusnya bukanlah
the tragedy of the common property, melainkan the tragedy of the open access.
Open access tidak bisa saling dipertukarkan dengan common property sehingga keduanya menjadi dua kategori residual antara hak kepemilikan privat dan publik
Kanbur 1992. Hak kepemilikan yang lengkap
complete property right menyebabkan perilaku diskriminatif menjadi lebih mahal. Hal ini dikarenakan pada situasi hak
kepemilikan yang lengkap, maka nilai pasar akan lebih berpengaruh sedangkan status atau ciri-ciri seseorang yang turut berkompetisi menjadi kurang
berpengaruh karena status atau ciri-ciri tersebut dapat dikompensasi dengan penyesuaian harga. Sebagai contoh adalah seorang wanita kulit hitam yang ingin
menyewa apartemen dari seorang pemilik kulit putih. Jika si pemilik memiliki hak kepemilikan yang lengkap, maka ia dapat menentukan biaya sewa pada tingkat
berapapun yang diinginkan. Meskipun sebenarnya si pemilik lebih menghendaki penyewa kulit putih, wanita kulit hitam dapat mengkompensasinya dengan biaya
sewa yang lebih tinggi. Andaikan si pemilik pada akhirnya tetap menyewakan apartemennya kepada penyewa kulit putih yang membayar lebih rendah, maka si
pemilik menanggung biaya atas perlakuan diskriminatif Alchian 2002. Hak kepemilikan privat dapat dikurangi misalnya melalui mekanisme
kontrol harga dan pelarangan transfer hak kepemilikan. Menurut Alchian 2002 pengurangan hak kepemilikan privat ini berdampak buruk terhadap masyarakat.
Perilaku diskriminatif menjadi lebih murah, bahkan dapat menjadi nol, ketika pemerintah menerapkan kontrol sewa dengan menetapkan biaya sewa di
bawah tingkat pasar. Wanita kulit hitam pada contoh sebelumnya tidak dapat
35
mengkompensasi kekurangan fisiknya dengan membayar sewa lebih mahal. Si pemilik, yang tidak dapat lagi menerima harga penuh, akan memilih calon
penyewa dengan ciri-ciri pribadi yang disukai, seperi usia, jenis kelamin, etnis, dan agama, tanpa menanggung biaya atas perlakuan diskriminatif Alchian
2002. Hak kepemilikan yang dikurangi berakibat pada pengurangan tingkat
kesejahteraan, dan pada saat hak kepemilikan benar-benar tidak terdefinisikan maka kesejahteraan akan sama dengan nol. Contoh dari hal ini adalah budak
yang tidak memiliki hak legal dan hak ekonomi sehingga menjadi orang termiskin diantara semua orang miskin. Contoh lain adalah nilai barang curian yang lebih
rendah di pasar gelap menunjukkan bahwa hak kepemilikan yang dikurangi menyebabkan pengurangan kesejahteraan Allen 2005.
Dua contoh ekstrim dari kasus hak kepemilikan yang dikurangi adalah pada negara-negara sosialis dan sumber daya milik bersama
commonly owned resources. Pada sistem sosialis, agen-agen negara mengontrol sumber daya
secara penuh. Orang yang berpikir dapat memanfaatkan sumber daya tersebut secara lebih bernilai tidak dapat membeli hak kepemilikan karena hak tersebut
tidak dijual pada harga berapapun. Oleh karena itu, agen negara tidak mendapatkan apapun ketika nilai dari sumber daya yang dikelola meningkat,
demikian juga tidak kehilangan apapun ketika nilainya menurun. Akhirnya, tidak ada insentif bagi agen negara untuk memperhatikan perubahan nilai pasar.
Demikian pula halnya yang terjadi dengan sumber daya milik bersama, tidak ada insentif bagi siapapun untuk menjaga sumber daya tersebut selain eksploitasi
berlebihan Alchian 2002. Hak kepemilikan mengandung kompleksitas dan banyak permasalahan
yang sulit untuk dipecahkan. Salah satu kompleksitas tersebut adalah eksternalitas. Alchian 2002 dalam pertanyaannya menyebutkan:
“If I operate a factory that emits smoke, foul smells, or airborne acids over your land, am I using your land without your permission?”
“The cost of establishing private property rights-so that I could pay you a mutually agreeable price to pollute your air-may be too expensive.”
Terdapat jenis sumber daya yang terlalu mahal biaya untuk mengawasi dan mengontrolnya, misalnya adalah udara. Biaya inilah yang disebut dengan
biaya untuk membangun hak kepemilikan the cost of establishing property right.
Biaya inilah yang oleh Allen 1991, 1999 disebut sebagai biaya transaksi. Ketika
36
biaya ini menjadi terlalu mahal, maka hak kepemilikan menjadi lebih sulit untuk ditegakkan. Oleh karena itu dibutuhkan mekanisme kontrol lain misalnya melalui
kewenangan pemerintah dengan penetapan perundang-undangan Alchian 2002.
Fauzi 2005 menyatakan bahwa biaya transaksi yang diminimumkan ditambah dengan
well-established property rights menyebabkan eksternalitas negatif yang timbul dapat diinternalisasikan melalui proses
bargaining. Implikasi dari pernyataan ini adalah eksternalitas negatif menjadi muncul akibat biaya
transaksi yang terlalu mahal sehingga hak kepemilikan tidak well-established.
Sejatinya, hak kepemilikan memang tidak pernah lengkap incomplete
karena adanya eksternalitas atau peraturan-peraturan, baik formal maupun informal, yang membatasi bentuk-bentuk penggunaan sumber daya. Hak
kepemilikan dikatakan tidak lengkap ketika sebagian hak berada di tangan orang lain. Barang
goods adalah bendel hak kepemilikan bundle of rights, dan tidak keseluruhan dari bendel tersebut berada di tangan satu orang. Hak kepemilikan
juga tidak pernah sempurna imperfect, yaitu ketika penegakan hak tersebut
terlalu mahal too costly Allen 2005. Hak kepemilikan yang tidak pernah
lengkap dan tidak pernah sempurna menyebabkan biaya transaksi ada dimana- mana
ubiqitous.
2.3.6 Keterkaitan antara Biaya Transaksi dengan Kelembagaan