83
6 PEMBAHASAN
6.1 Besaran Biaya Transaksi
Sebenarnya transaksi sebagai unit analisis pada KALAM dan KARTAR telah memenuhi kriteria yang ditetapkan, salah satunya adalah memiliki nilai
yang sama yaitu sebesar Rp 15 juta. Hal ini sebagaimana telah disepakati pada kontrak antara KALAMKARTAR dan mitra transaksinya sebagai penyandang
dana. Hanya saja, pada perjalanan selanjutnya hanya KARTAR yang mendapatkan besaran sejumlah kontrak yang disepakati sedangkan KALAM
baru menerima pembayaran awal saja sebesar Rp 7 juta. Oleh karena itu, untuk pembahasan selanjutnya maka biaya transaksi yang dihitung pada KARTAR
adalah sumber daya yang digunakan untuk membangun dan menjaga hak kepemilikan pada transaksi senilai Rp 7 juta tersebut. Menghadapi perbedaan
nilai sumber daya tersebut, maka pada pembahasan per tahapan akan dicantumkan penghitungan persentase biaya transaksi terhadap nilai sumber
daya riil. Untuk setiap tahapan baik itu tahap akuisisi, distribusi, maupun penjagaan
dana program, KARTAR selalu lebih tinggi nilai biaya transaksinya. Hasil menunjukkan bahwa biaya transaksi pada KALAM baik secara agregat maupun
untuk masing-masing tahapan meliputi akuisisi, distribusi, dan penjagaan lebih rendah dibandingkan dengan KARTAR. Hanya saja, jika dicermati antar tahapan
pada masing-masing kelembagaan maka dapat dilihat bahwa pada tahap penjagaan di KALAM biaya transaksinya lebih tinggi dibandingkan pada tahap
akuisisi. Hal ini berbeda dibandingkan KARTAR, biaya transaksi pada tahap penjagaan lebih rendah dibandingkan tahap akuisisi. Selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 14.
Tabel 14. Biaya transaksi untuk kesemua tahapan pada KALAM dan KARTAR
Rp biaya transaksi terhadap nilai
sumber daya Rp biaya transaksi
terhadap nilai sumber daya
Akuisisi 443,706.41
2.96 2,180,651.17
14.54 Distribusi
27,514.13 0.39
69,266.34 0.46
Penjagaan 602,168.12
8.60 1,433,428.43
9.56
Total 1,073,388.66
11.95 3,683,345.94
24.56 Tahap
KALAM KARTAR
84
Pada KALAM, biaya transaksi terbesar adalah pada tahap penjagaan yang mencapai 56 dari total biaya transaksi. Berbeda halnya dengan KARTAR,
biaya transaksi terbesar terdapat pada tahap akuisisi yaitu mencapai 59 dari total biaya transaksi. Kesamaan antara KALAM dan KARTAR adalah bahwa
tahap distribusi merupakan tahap dengan biaya transaksi paling rendah yaitu mencapai 3 pada KALAM dan 2 pada KARTAR. Selengkapnya dapat dilihat
pada Gambar 8.
Akuisisi 41
Distribusi 3
Penjagaan 56
Akuisisi 59
Distribusi 2
Penjagaan 39
Gambar 8 Komposisi biaya transaksi pada KALAM gambar kiri dan KARTAR gambar kanan.
Pembahsan mengenai tinggi rendahnya biaya transaksi pada KALAM dan KARTAR untuk setiap tahapan adalah sebagai berikut:
6.1.1 Tahap Akuisisi
Pada tahap akuisisi dana program, biaya transaksi pada KARTAR mencapai Rp 2.180.651,17 sedangkan KALAM sebesar Rp 443.706,41 atau
20,35 dari biaya transaksi pada KARTAR. Penghitungan besaran biaya transaksi ini dapat dilihat pada Tabel 15.
85
Tabel 15. Biaya transaksi pada tahap akuisisi dana program di KALAM dan KARTAR
Negosiasi awal dengan calon pemberi dana
1 orgx2 jam 7,696.26 Rentang waktu antara diterimanya
surat oleh pihak kelurahan dan disosialisasikannya informasi
tersebut kepada pihak KARTAR Nilai sumber
dayaxsuku bunga seminggu
16,781.25 Koordinasi internal
7 orgx4 jam 107,747.64 Mengikuti rapat sosialisasi oleh pihak
kelurahan 3 orgx1 jam
11,544.39 Pembuatan proposal
kegiatan dan bahan presentasi
1 orgx1 minggu 215,495.28 Koordinasi internal untuk membahas
hasil sosialisasi 15 orgx1 jam
57,721.95 Penyempurnaan
proposal dan bahan presentasi
6 orgx1 jam 23,088.78 Menyusun proposal dan
mengkonsultasikannya secara intensif dengan pihak kelurahan
meliputi Lurah, Sekretaris Lurah, dan Kasie Sosial
3 orgx15 hari 1,385,326.80
Rentang waktu antara awal penyusunan
proposal hingga menjadi proposal final
Nilai sumber dayaxsuku bunga
seminggu 16,781.25 Rentang waktu antara awal
penyusunan proposal hingga menjadi proposal final yang disetujui pihak
kelurahan 1 bulan
67,125.00
Presentasi dan negosiasi akhir
3 orgx30 menit 5,772.20 Menyampaikan proposal kepada
Kantor Kesbanglinmas 2 orgx3 kalix1 jam
23,088.78 Rentang waktu antara
negosiasi awal hingga akhir
Nilai sumber dayaxsuku
bunga seminggu 16,781.25 Merevisi proposal sebanyak dua kali
sesuai permintaan Kantor Kesbanglinmas
2 orgx2 kali revisix3 hari
369,420.48 Rentang waktu yang
dibutuhkan antara negosiasi akhir dengan
pencairan sumber daya Nilai sumber
dayaxsuku bunga
seminggux3 50,343.75 Rentang waktu antara penyampaian
proposal pertama kali hingga proposal hasil dua kali revisi
proposal final Nilai sumber
dayaxsuku bunga satu bulan
67,125.00
Membuka rekening di Bank Jabar 2 orgx2 jam
15,392.52 Biaya administrasi di bank
Saldo minimum yang tidak dapat ditarik
kembali, biaya administrasi bulanan
100,000 Rentang waktu antara penyampaian
proposal final hingga cairnya dana di rekening KARTAR
Nilai sumber dayaxsuku bunga satu
bulan 67,125.00
443,706.41 2,180,651.17
2.96 14.54
KALAM KARTAR
Total Distribusi
terhadap nilai sumber daya terhadap nilai sumber daya
Total
Pada tahap akuisisi ini, nilai sumber daya dana program masih sama antara KALAM dan KARTAR yaitu sebesar Rp 15 juta. Perbedaan nilai sumber
daya yang dikelola baru terjadi pada tahap selanjutnya yaitu tahap distribusi dan penjagaan. Hal ini dikarenakan yang dilakukan pada tahap akuisisi utamanya
adalah negosiasi hingga menghasilkan kontrak. Berdasarkan kontrak, nilai sumber daya dana program yang dikelola memang sebesar Rp 15 juta. Oleh
karena itu, persentase biaya transaksi terhadap nilai sumber daya sebagaimana tercantum pada Tabel 15 adalah persentase terhadap sumber daya senilai Rp 15
juta. Biaya transaksi terbesar pada tahap akuisisi dana program di KALAM
adalah pembuatan proposal kegiatan berikut bahan presentasinya yang dilaksanakan oleh satu orang dan memakan waktu satu minggu. Ditambah
dengan penyempurnaannya, maka aktivitas ini berkontribusi 57,55 terhadap total biaya transaksi. Hal ini sama dengan yang terjadi di KARTAR, proses
86
penyusunan proposal kegiatan berikut revisinya menjadi kontributor terbesar terhadap total biaya transaksi dengan persentasenya mencapai 66,61. Lebih
tingginya biaya transaksi pada saat penyusunan proposal kegiatan di KARTAR salah satunya disebabkan terlibatnya pihak kelurahan dalam aktivitas tersebut
sehingga waktu pengerjaan menjadi lebih lama. Penyusunan proposal kegiatan digolongkan sebagai biaya transaksi karena
aktivitas ini adalah untuk membangun hak kepemilikan establishment of property
rights atas sumber daya dana program. Proposal ini menjadi dasar bagi pertukaran sukarela
voluntary exchange antara jasa yang dimiliki KALAM dan KARTAR dengan dana program yang dimiliki pihak penyandang dana.
Pembuatan proposal adalah usaha yang dilakukan untuk menangkap kesejahteraan
wealth orang lain sekaligus mencegah kesejahteraannya sendiri diambil orang lain dan usaha ini merupakan biaya transaksi yang muncul pada
setiap pertukaran sukarela Allen 1991. Penyusunan proposal juga dapat digolongkan sebagai aktivitas
transaksional sebagai lawan dari aktivitas transformasional. Ostrom 1999, dalam Dasgupta Serageldin [ed.] 1999 memang membedakan antara aktivitas
transaksi dan aktivitas transformasi. Aktivitas transaksi adalah hubungan antar individu terkait yang membutuhkan waktu dan energi untuk menyelesaikan
aktivitas transformasi sedangkan aktivitas transformasi adalah digunakannya seperangkat input fisik untuk diubah menjadi bentuk output yang berbeda yang
nantinya dapat digunakan baik untuk aktivitas transformasi selanjutnya ataupun langsung dikonsumsi.
Menggunakan penggolongan biaya transaksi versi Williamson 1985 dan North 1990, penyusunan proposal kegiatan termasuk ke dalam
ex ante costs yaitu biaya yang meliputi perancangan, negosiasi, dan rencana pengamanan
safeguarding sebuah kesepakatan. Ex ante costs seringkali muncul pada saat sebelum kemitraan secara resmi dimulai Williamson 1985; North 1990; diacu
dalam Jobin 2005. Ex ante costs dapat digolongkan kembali menjadi biaya
pencarian search costs dan biaya pembuatan kontrak contracting costs. Biaya
pencarian meliputi biaya identifikasi dan evaluasi mitra potensial, sedangkan biaya pembuatan kontrak meliputi negosiasi dan penyusunan kesepakatan
antara mitra. Secara lebih spesifik, penyusunan proposal termasuk ke dalam golongan
contracting costs.
87
Sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat proposal ini dapat mencerminkan
contracting cost karena proposal adalah dasar dari kontrak. Tetapi, satu hal yang harus diperhatikan adalah
contracting cost tidak hanya meliputi pembuatan proposal saja, melainkan sumber daya yang dibutuhkan
hingga tercapainya kesepakatan dua pihak. Pada KALAM, ada sumber daya manusia yang dialokasikan untuk melaksanakan presentasi dan negosiasi akhir.
Pada KARTAR, proses yang dilalui menjadi lebih panjang karena ada dua kali permintaan untuk merevisi proposal yang dibuat. Revisi proposal itupun
melibatkan pihak kelurahan sehingga ada waktu yang dibutuhkan untuk berkoordinasi dan berkonsultasi. Secara keseluruhan,
contracting cost pada KALAM adalah sebesar Rp 262.137,51 sedangkan pada KARTAR sebesar Rp
1.912.086,06. Contracting cost pada KALAM hanyalah sebesar 13,66 terhadap
KARTAR. Rendahnya
contracting cost pada KALAM dikarenakan kontrak yang dibuat adalah kontrak yang tidak lengkap, tidak tertulis dan hanya berdasarkan
kesepakatan lisan saja sedangkan KARTAR sebagai kelembagaan formal diharuskan merumuskan kontrak yang mendekati lengkap
quasi-complete contract yang ditunjukkan dari panjangnya proses revisi proposal. Hal ini
menunjukkan bahwa bentuk kelembagaan mempengaruhi bagaimana organisasi-organisasi membangun kontrak.
Menurut Holmstrom dan Tirole 1989 diacu dalam Masten dan Saussier 2001, kontrak yang lengkap adalah kontrak yang i menyebutkan kewajiban dan
tanggung jawab masing-masing pihak pada setiap kemungkinan kondisi every
possible contingency, dan ii memberikan kemungkinan hasil terbaik the best possible outcome berdasarkan informasi yang tersedia saat kontrak dibuat
sehingga tidak akan diperlukan lagi revisi atau upaya untuk melengkapi. Meskipun begitu, tidak ada kontrak yang benar-benar lengkap. Hal ini
dikarenakan setiap pihak tidak dapat memperhitungkan seluruh kemungkinan yang dapat mempengaruhi transaksi termasuk respon optimal terhadap
kemungkinan-kemungkinan tersebut atau faktor rasionalitas terbatas bounded
rationality Saussier 2000. Hagedoorn Hesen 2005 menambahkan faktor kemungkinan oportunisme dari para pihak yang terlibat dalam kontrak. Selain itu,
juga ada faktor variabel-variabel untuk mengukur pemenuhan kontrak yang sulit untuk diverifikasi
non-verifiability variables. Jadi, alih-alih kontrak yang lengkap,
88
yang ada hanyalah kontrak yang lebih lengkap dibandingkan yang lain sebagaimana dinyatakan Saussier 2000:
“One contract is more complete than another if it gives a more precise definition of the transaction and of the means to carry it out.”
Kontrak yang tidak lengkap bukannya tidak memuat aturan sama sekali. Akan tetapi, aturan ini lebih didasarkan pada norma dalam berhubungan
relational norms. Norma ini bersumber pada konteks sosial dari kontrak tetapi tidak terekspresikan secara jelas dalam kontrak tersebut. Norma-norma tersebut
seperti solidaritas, integritas, dan kooperatif Hagedoorn Hesen 2005. Kontrak yang tidak lengkap membutuhkan biaya atas informasi
information cost yang lebih rendah Saussier 2000. Selain mengenai mengenai keuntungan
dan kerugian dari suatu transaksi, biaya informasi juga menyangkut penghitungan segala kemungkinan yang dapat mempengaruhi transaksi
termasuk juga penghitungan respon optimal terhadap kemungkinan- kemungkinan tersebut. Informasi memang tidak gratis. Allen 1991 menyatakan:
”Information regarding the number and levels of each good’s attributes is not free”. Meskipun demikian, biaya informasi
tidak selalu menjadi biaya transaksi. Biaya yang muncul atas pengumpulan informasi yang independen terhadap
suatu pertukaran, dalam arti biaya ini ada meskipun tanpa terjadinya sebuah pertukaran, adalah biaya informasi dan bukan biaya transaksi. Termasuk juga di
dalam hal ini adalah kegiatan-kegiatan seperti mencari mitra dagang, memilih barang-barang yang diperlukan, atau membandingkan dan mencari harga terbaik
yang tanpa diikuti dengan terjadinya transaksi adalah biaya informasi, dan bukan biaya transaksi Allen 1991.
Selain contracting costs tersebut, juga terdapat search costs. Di KALAM,
biaya pencarian muncul pada saat negosiasi awal sedangkan di KARTAR muncul pada saat sosialisasi oleh pihak kelurahan. Pada proses inilah biaya
pencarian muncul untuk mendapatkan informasi mengenai keuntungan atau kerugian dari suatu transaksi
cost of allocating information about opportunity of the exchange North Thomas 1973 diacu dalam Anggraini 2005. Biaya
pencarian juga meliputi biaya untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi mitra potensial Williamson 1985; North 1990; diacu dalam Jobin 2005.
Biaya transaksi paling rendah pada tahap akuisisi dana program di KALAM adalah presentasi dan negosiasi akhir dengan penyandang dana. Presentasi
89
berikut negosiasi akhir ini hanya membutuhkan waktu 30 menit hingga proposal diterima dan kesepakatan dicapai. Besaran biaya transaksinya hanyalah 1,3
terhadap total biaya transaksi. Hal ini sangat berlawanan dengan apa yang terjadi di KARTAR. Proses
negosiasi akhir memakan waktu satu bulan, ini dilihat dari waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan revisi proposal yang dimintakan oleh pihak penyandang dana
sebanyak dua kali. Keterlibatan pihak kelurahan dalam proses revisi proposal menjadi salah satu penyebab waktu pengerjaan yang semakin panjang.
Rendahnya biaya transaksi pada saat presentasi dan negosiasi akhir di KALAM dikarenakan telah saling mengenalnya antara KALAM dan penyandang
dana. Saling mengenal berikut kerjasama-kerjasama yang pernah dilakukan sebelumnya bisa jadi menimbulkan rasa saling percaya
trust. Sebagaimana dinyatakan oleh Allen 1991, pada saat pertukaran sukarela
voluntary exchange terjadi akan muncul biaya transaksi untuk mencegah kesejahteraan
sendiri diambil orang lain. Rasa saling percaya akan meminimumkan biaya transaksi karena berbekal kepercayaan tersebut maka tidak diperlukan usaha
berlebih untuk mencegah diambilnya kesejahteraan sendiri. Bahkan kesepakatan kerjasama atau kontrak antara KALAM dan pihak penyandang dana pun tidak
dibuat secara tertulis melainkan hanya lisan saja. Coleman diacu dalam Radaef 2002, diacu dalam Poel 2005
mendefinisikan kepercayaan sebagai keyakinan bahwa perilaku pihak yang dipercayai akan dapat diprediksi berikut memenuhi kewajibannya tanpa perlu
sanksi-sanksi khusus apapun. Ada definisi lain yang lebih ringkas dan mengena yaitu kepercayaan adalah kesediaan untuk mengabaikan risiko Rustiadi E Maret
2009, komunikasi pribadi. Dengan adanya kepercayaan, maka risiko-risiko seperti perilaku oportunistik atau tidak dipenuhinya kewajiban menjadi diabaikan
sehingga biaya transaksi pada saat negosiasi akhir di KALAM menjadi lebih rendah.
Faktor kepercayaan ini juga berkontribusi terhadap pilihan akan jenis kontrak sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Adanya kepercayaan antara
pihak yang akan bertransaksi menyebabkan kontrak yang dibuat cenderung ke kontrak yang tidak lengkap. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Poel 2005:
“When there is a high level of trust between two parties, contract costs are lower because it is not necessary to include all kinds of costly safeguards.”
90
Pilihan akan kontrak yang tidak lengkap juga dipengaruhi oleh asumsi KALAM dan mitra transaksinya bahwa biaya untuk melakukan penjagaan
nantinya enforcement costs akan murah. Sebagaimana dinyatakan oleh Allen
Lueck 2002, kontrak akan dibuat sederhana bahkan acapkali hanya kesepakatan lisan saja jika terdapat tiga kondisi yaitu i tidak adanya aset yang
spesifik yang ditransaksikan, ii murahnya biaya penegakan melalui mekanisme pasar
market enforcement, misalnya melalui ditutupnya kemungkinan untuk bekerjasama lagi pada masa mendatang jika kontrak tidak dipatuhi, dan iii
murahnya biaya penegakan akibat adanya praktek-praktek baik yang menjadi kelaziman sehingga segala bentuk penyelewengan terhadapnya akan mudah
teridentifikasi diistilahkan dengan common law. Artinya adalah, semakin murah
biaya penegakan maka akan semakin sederhana suatu kontrak dibuat. Asumsi KALAM dan mitra transaksinya bahwa
enforcement costs akan murah didasari oleh fakta bahwa KALAM dan mitranya telah saling mengenal
satu sama lain bahkan semenjak ketika KALAM pertama kali didirikan. KALAM dan mitra transaksinya pun bahkan bertempat di kelurahan yang sama. Saling
mengenalnya satu sama lain, domisili yang sama, dan bahkan juga jenis kegiatan yang serupa menyebabkan ada harapan untuk senantiasa bekerjasama
dalam jangka panjang. Perilaku curang pun akan dihindari karena dengan mudahnya dapat diketahui dan dapat pula disebarluaskan kepada pihak-pihak
lain. Harapan untuk bekerjasama dalam jangka panjang dan mudahnya perilaku curang dideteksi menyebabkan setiap pihak berusaha memupuk modal
reputasinya reputational capital Allen Lueck 2002 dan adanya reputasi ini
lantas memproduksi rasa saling percaya trust.
Hanya, satu hal yang perlu dipahami adalah bahwa kepercayaan dan biaya transaksi tidak hanya memiliki satu bentuk hubungan saja yaitu kepercayaan
mengurangi biaya transaksi. Ada ilmuwan-ilmuwan lain yang meyakini bahwa hubungannya sebenarnya sebaliknya: kepercayaan diciptakan melalui investasi
dalam biaya transaksi Poel 2005. Tesis ini ada benarnya jika dilihat pada contoh kasus negosiasi akhir yang dilakukan KALAM, rasa saling percaya antara
KALAM dan penyandang dana itu muncul karena telah saling mengenal sejak lama dan pengalaman bekerjasama sebelumnya.
Keterlibatan pihak ketiga dalam kasus KARTAR adalah pihak kelurahan merupakan karakteristik KARTAR dan ini tidak dialami oleh KALAM. Meskipun
91
keterlibatan pihak ketiga ini secara nyata meningkatkan biaya transaksi baik pada
search costs maupun contracting costs, namun keterlibatannya tidak dapat dihindarkan. Sebagai kelembagaan pemuda bentukan negara
state, KARTAR menjadi bagian sub-sistem dari sistem yang lebih besar. Hubungannya dengan
sub-sistem lain telah diatur secara tegas. Dengan kelurahan tempat Karang Taruna berada, hubungannya adalah kemitraan. Di tingkat pemerintah pusat,
hubungannya bersifat fungsional dengan Departemen Sosial melalui pembinaan dan pengembangan. Di tingkat pemerintah kota, pembinaan dan pengembangan
tersebut dilaksanakan bersama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Disnakersos. Hal ini sebagaimana diatur dalam Permendagri Nomor 5 Tahun
2007. Keterlibatan pihak ketiga memperbesar biaya transaksi di KARTAR utamanya pada
contracting costs. Hal ini sejalan dengan penelitian Rony 1996. Keterlibatan pihak ketiga
pada saat transaksi jual-beli lahan meningkatkan biaya transaksi utamanya pada biaya informasi. Namun keterlibatannya tidak dapat dihindarkan mengingat pihak
ketiga tersebut menyediakan segala informasi yang diperlukan sehingga calon pembeli dapat menghindarkan diri dari kerugian atas suatu transaksi.
Berbeda halnya dengan KALAM yang menjadi entitas yang berdiri sendiri. Jika Alston et al. [ed.] 1996 menyatakan bahwa kelembagaan formal dapat
berdiri sendiri dan terpisah dengan kelembagaan informal pada beberapa kondisi, maka demikian pula sebaliknya. Kelembagaan informal dapat berdiri
sendiri dan terpisah dari kelembagaan formal pada beberapa kondisi semisal: i
kondisi krisis sehingga keberlakuan hukum menjadi tidak pasti dan tidak cukup untuk mengatur perilaku,
ii kondisi ketika pemerintah tidak memiliki legitimasi yang kuat dan politikus
terpilih dianggap tidak mewakili kepentingan rakyat sehingga pemberlakuan sebuah hukum tidak mempengaruhi norma.
Selengkapnya mengenai komposisi search costs dan contracting costs
pada tahap akuisisi dapat dilihat pada Gambar 9.
92
- 500,000.00
1,000,000.00 1,500,000.00
2,000,000.00
Search cost Contracting cost
Biaya t ran
saksi R
p
KALAM KARTAR
Gambar 9 Komposisi
search cost dan contracting cost pada tahap akuisisi di KALAM dan KARTAR
6.1.2 Tahap Distribusi
Pembandingan biaya transaksi pada tahap distribusi antara KALAM dan KARTAR memiliki kendala tersendiri. Kendala tersebut tidak terdapat pada
penghitungan tahap sebelumnya yaitu tahap akuisisi. Kendala tersebut adalah perbedaan lama waktu pengerjaan program. Jika KARTAR melaksanakan
program selama 1,5 bulan, maka KALAM melaksanakannya hingga sembilan bulan. Perbedaan ini semata-mata dikarenakan mitra transaksi dan desain
program yang menghendaki. Tentu saja perbedaan lama waktu ini akan mempengaruhi besaran biaya transaksi.
Jika sekadar membandingkan besaran biaya transaksi tanpa mempertimbangkan kendala ini tentu akan membawa kepada kesimpulan yang
salah misleading. Pada KALAM, biaya transaksi pada tahap distribusi selama
sembilan bulan mencapai Rp 88.122,18 atau 19,86 dari biaya transaksi pada tahap akuisisi. Pada KARTAR, biayanya mencapai Rp 69.266,34 atau 3,42 dari
biaya pada tahap akuisisi. Artinya, biaya transaksi pada KALAM menjadi lebih tinggi 1,27 kalinya dibanding KARTAR padahal lama waktu pelaksanaan
program pada KALAM 6 kali lebih panjang dibanding KARTAR 1,5 bulan berbanding sembilan bulan.
Hal ini tidak menjadi kendala apabila perbandingan lama waktu pengerjaan program berbanding lurus dengan besaran biaya transaksi. Artinya, jika program
dikerjakan 6 kali lebih lama dan besaran biaya transaksi berada di kisaran 6 kali
93
lebih besar, maka membandingkan besaran biaya transaksi tanpa mempertimbangkan perbedaan lama waktu pengerjaan program tidak akan
menyebabkan kesimpulan yang salah karena menjadi benar bahwa KALAM memang lebih tinggi biaya transaksinya dibanding KARTAR. Akan tetapi, hasil
yang didapati menunjukkan bahwa perbandingan lama waktu pengerjaan program tidak berbanding lurus dengan besaran biaya transaksi.
Agar kesimpulan tidak menjadi salah maka untuk kepentingan perbandingan, biaya transaksi dihitung pada lama waktu yang sama yaitu 1,5
bulan. Data yang didapatkan pada KALAM mendukung untuk dilakukannya penyesuaian ini mengingat besaran biaya transaksi yang didapatkan adalah
besaran per bulan dan bulannya agregat selama program. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Biaya transaksi pada tahap distribusi dana program di KALAM dan KARTAR
2 orgx94,5 menit untuk
1,5 bulan 12,121.61
Rapat internal KARTAR untuk pengalokasian sumber daya
5 orgx3 kalix1 jam 57,721.95
untuk 9 bulan 72,729.66
Rapat KARTAR dengan pemerintah kelurahan untuk mendapatkan
persetujuan alokasi sumber daya 3 orgx1 jam
11,544.39 Mengalokasikan
sumber daya untuk pembelian barang
modal
8 orgx30 menit
15,392.52 27,514.13
88,122.18
0.39 0.46
Total 69,266.34
terhadap nilai sumber daya untuk nilai total selama 1,5 bulan
terhadap nilai sumber daya Total selama 1.5 bulan
Total selama 9 bulan
Mengalokasikan sumber daya untuk
kepentingan operasional program
KALAM KARTAR
Menggunakan lama waktu program yang sama yaitu 1,5 bulan, didapati bahwa biaya transaksi pada KALAM sebesar Rp 27.514,13. Besaran ini lebih
rendah dibanding dengan KARTAR atau hanya sebesar 39,72 dari biaya transaksi pada KARTAR.
Merujuk kembali kepada tahap akuisisi sumber daya, kontrak yang dibuat oleh KARTAR adalah kontrak yang lebih lengkap dibandingkan KALAM. Kontrak
yang lebih lengkap ini seharusnya mempermudah proses alokasi sumber daya karena kontrak tersebut telah mengaturnya. Seharusnya, kontrak yang lebih
lengkap dapat membuat biaya transaksi KARTAR pada tahap distribusi menjadi lebih rendah.
94
Hanya saja, besaran biaya transaksi pada tahap distribusi tidak hanya dipengaruhi oleh mapan tidaknya mekanisme alokasi sumber daya, tetapi juga
dipengaruhi oleh distribusi hak kepemilikan. Hal inilah yang dijelaskan oleh Coase melalui teorinya yang dikenal dengan Coase Theorem:
“in the absence of transaction costs, the allocation of resources is independent of the distribution of property rights”
Hal yang ingin ditunjukkan oleh Coase melalui teori ini sebenarnya bukanlah sebuah model yang berbasis
zero transaction costs melainkan sebaliknya: karena biaya transaksi itu selalu positif, maka alokasi sumber daya
ditentukan oleh distribusi hak kepemilikan. Segala bentuk analisis terhadap organisasi ekonomi harus memasukkan biaya transaksi sebagai bagian dari
kajian Allen 2002. KALAM mendistribusikan hak kepemilikan secara lebih lengkap
more complete property rights dibanding KARTAR. Penjelasannya adalah sebagai
berikut: baik pada KALAM maupun KARTAR, proses distribusi secara umum dilakukan melalui rapat pengurus untuk mengalokasikan dana program yang
telah dimiliki ke dalam beberapa pos pembelanjaan. Hanya bedanya, jumlah orang yang terlibat berikut lama waktu keterlibatan pada tahap distribusi di
KALAM lebih sedikit dibanding di KARTAR. Di KALAM, hanya dua orang meliputi ketua tim dan bendahara saja yang memutuskan alokasi sumber daya dan hanya
memakan waktu satu jam. Dengan waktu sesingkat itu tentunya sumber daya tidak dialokasikan secara detail ke dalam berbagai pos pembelanjaan. Karena
itu, jika terdapat kebutuhan-kebutuhan yang muncul kemudian maka kewenangan diberikan kepada bendahara untuk memutuskan pengalokasian
sumber dayanya. Di KARTAR, terdapat lima orang pengurus terlibat dalam pengalokasian
sumber daya melalui tiga kali rapat yang masing-masingnya memakan waktu satu jam. Hal ini menunjukkan bahwa setiap rupiah ditentukan peruntukannya
semenjak awal dan penentuan peruntukannya itu dilakukan atas sepengetahuan dan kesepakatan bersama. Tidak ada kewenangan yang didelegasikan kepada
individu untuk mengalokasikan sumber daya. Proses pendistribusian dapat dikaitkan dengan berkas hak
bundle of rights. Berkas hak adalah sekumpulan hak yang saling terpisah satu sama lain.
Berkas hak seringkali diibaratkan dengan seikat tongkat-tongkat bundle of
95
sticks dan setiap tongkat mewakili satu hak. Ikatan tongkat itu bisa membesar jika ditambahkan tongkat baru dan bisa mengecil jika tongkat yang ada diambil.
Misalkan untuk pemilik lahan, seikat tongkatnya dapat terdiri atas hak untuk menjual, menyewakan, menggadaikan, menghibahkan, dan membagi Meyer
2002. Berkas hak yang didistribusikan antara lain terdiri atas hak untuk memilih
bentuk-bentuk penggunaan sumber daya rights to the choice of use, hak untuk
mendapatkan manfaat rights to the services, dan hak untuk mempertukarkan
rights to exchange Alchian 2002. Ketiga hak ini secara keseluruhan membentuk hak kepemilikan privat. Distribusi hak kepemilikan yang dilakukan
oleh KALAM dan KARTAR tidak pada tingkatan mentransfer sumber daya menjadi hak kepemilikan privat. Hak yang didistribusikan adalah hak untuk
memilih bentuk-bentuk penggunaan sumber daya, dan hak ini pun tidak sepenuhnya karena ada kontrak yang mengatur tentang bentuk-bentuk
penggunaan tersebut. Jika kontrak mengatur bentuk-bentuk penggunaan yang bersifat lebih makro, maka KALAM dan KARTAR memiliki hak untuk memilih
bentuk-bentuk penggunaan yang bersifat lebih teknis. Dinamika kondisi dan kebutuhan pada saat pelaksanaan program juga dapat mengizinkan KALAM dan
KARTAR memilih bentuk-bentuk penggunaan yang lebih tepat. Hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi pun didistribusikan meskipun
hanya sebagian kecil saja dari total nilai sumber daya. Hal ini dikarenakan sifat KALAM dan KARTAR sebagai organisasi kepemudaan nirlaba sehingga
menggunakan sebagian besar sumber daya dana program untuk kepentingan pelaksanaan program. Satu kesamaan antara KALAM dan KARTAR adalah
sama-sama tidak mendistribusikan hak untuk mentransfer sumber daya. Hal inilah yang menyebabkan hak kepemilikan yang didistribusikan bukanlah hak
kepemilikan privat. Hak untuk memilih bentuk bentuk penggunaan membedakan derajat
kelengkapan hak kepemilikan antara KALAM dan KARTAR. Jika KALAM mendistribusikan hak ini kepada Ketua dan Bendahara Tim, maka tidak demikian
halnya dengan KARTAR. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, pada KARTAR tidak ada kewenangan yang didelegasikan kepada individu untuk
mengalokasikan sumber daya. Pada derajat tertentu dapat dikatakan bahwa hak
96
kepemilikan yang didistribusikan oleh KALAM bersifat lebih lengkap more
complete property rights dibanding pada KARTAR. Kondisi ini bisa diduga memiliki keterkaitan dengan rasa saling percaya
trust. Adanya rasa saling percaya menyebabkan hak kepemilikan didistribusikan secara lebih lengkap. Hal ini memberikan orang kontrol yang lebih
penuh meskipun tidak memiliki secara privat atas sumber daya. Dalam bahasa Rodrik 1999, kontrol merupakan kata kunci dari hak kepemilikan dan bukannya
kepemilikan ownership itu sendiri karena kontrol dapat dilakukan orang tanpa harus memiliki sumber daya secara legal.
Rupanya, hak kepemilikan yang lebih lengkap ini mampu meminimalkan biaya transaksi meskipun kontrak yang dibuat sebelumnya adalah kontrak yang
tidak lengkap. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Rony 1996 yang menyatakan bahwa hak kepemilikan yang semakin lengkap dapat
lebih menurunkan biaya transaksi. Hanya saja, jika penelitian tersebut mendapati bahwa biaya transaksi yang diturunkan oleh semakin lengkapnya hak
kepemilikan adalah biaya kontrak, maka pada penelitian ini didapati bahwa biaya transaksi yang diturunkan adalah pada tahap distribusi, khususnya pada alokasi
sumber daya yang dapat dilakukan secara lebih efisien. Alchian 2002 memberikan satu contoh ekstrim dari kasus hak kepemilikan
yang tidak lengkap yaitu pada kasus sumber daya milik bersama commonly
owned resources. Pada sumber daya milik bersama, tidak ada insentif bagi siapapun untuk menjaga sumber daya tersebut selain eksploitasi berlebihan.
Eksploitasi berlebihan itu menyebabkan biaya transaksi menjadi semakin mahal karena orang terpacu untuk membangun hak kepemilikan sebanyak-banyaknya
tanpa mempertimbangkan antara hasil yang didapat dengan sumber daya yang dikeluarkan
resources used to establish property right. Satu contoh dari sumber daya milik bersama ini adalah sumber daya perikanan laut. Sumber daya ini telah
mengalami overcapacity kapital sehingga penambahan modal tidak diikuti lagi
dengan penambahan hasil tangkapan. Hal ini menyebabkan inefisiensi dan economic waste Fauzi 2005.
Sejatinya, hak kepemilikan memang tidak pernah lengkap incomplete,
bahkan pada hak kepemilikan privat sekalipun. Ketidaklengkapan hak kepemilikan dikarenakan adanya eksternalitas atau peraturan-peraturan, baik
formal maupun informal, yang membatasi bentuk-bentuk penggunaan sumber
97
daya. Hak kepemilikan dikatakan tidak lengkap ketika sebagian hak berada di tangan orang lain. Hak kepemilikan yang tidak pernah lengkap menjadi salah
satu penyebab biaya transaksi bersifat ubiqitous ada dimana-mana Allen
2005. Selain perbedaan pada derajat kelengkapan hak kepemilikan, keterlibatan
pihak ketiga yaitu kelurahan pada tahap distribusi menjadi pembeda yang berkontribusi terhadap lebih besarnya biaya transaksi di KARTAR. Pihak
kelurahan terlibat untuk memberikan persetujuan atas distribusi sumber daya yang dirancang oleh KARTAR. Artinya, keterlibatan pihak ketiga tidak hanya
pada tahap akuisisi saja melainkan hingga saat pendistribusian sumber daya. Jika dibandingkan antar tahapan, biaya transaksi pada tahap distribusi
dana program lebih rendah dibanding tahap akuisisi baik pada KALAM maupun KARTAR. Biaya distribusi yang melebihi biaya akuisisi menandakan inefisiensi.
Kelembagaan yang inefisien tidak akan berusia panjang. KARTAR dan KALAM merupakan kelembagaan yang telah lama bertahan
long lived institutions menandakan efisiensi kelembagaan tersebut. Inilah yang disebut sebagai salah
satu karakter dasar New Institutional Economics Allen 2005.
Rendahnya biaya transaksi pada tahap distribusi juga disebabkan adanya kontrak sebelumnya dengan pihak penyandang dana mengenai alokasi sumber
daya dana program. Sebagai disebutkan sebelumnya, adanya kontrak ini mempermudah proses alokasi sumber daya karena kontrak tersebut telah
memuat aturan-aturannya. Ada kasus khusus di KALAM yang menunjukkan bahwa ketidaklengkapan
kontrak menyebabkan biaya transaksi yang nyata. Pembelian barang modal dalam bentuk seperangkat kamera digital adalah alokasi yang tidak diatur
sebelumnya di dalam kontrak. Untuk memutuskan alokasi ini, sebanyak delapan orang terlibat dalam proses alokasi ini meskipun memakan waktu yang tidak
lama yaitu setengah jam. Secara persentase, biaya transaksi yang ditimbulkan sangat nyata yaitu sebesar 55,94 dari total biaya transaksi pada tahap
distribusi. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat interdependensi antara tahap
distribusi dan tahap akuisisi sebelumnya. Tahap distribusi akan lebih murah biaya transaksinya jika i hak kepemilikan didistribusikan secara lebih lengkap,
dan ii kontrak dibuat secara lebih lengkap. Kontrak yang semakin lengkap akan
98
meningkatkan biaya transaksi pada tahap akuisisi tetapi pada gilirannya menyebabkan biaya transaksi pada tahap distribusi menjadi semakin menurun
karena alokasi sumber daya dapat dilakukan secara lebih efisien.
6.1.3 Tahap Penjagaan
Sebagaimana pada tahap distribusi, penghitungan biaya transaksi pada tahap penjagaan juga memerlukan penyamaan lama waktu penjagaan dilakukan
yaitu selama 1,5 bulan. Jika menghitung secara agregat tidak memperhitungkan perbedaan lama waktu, maka biaya transaksi pada tahap penjagaan di KALAM
mencapai Rp 2.270.216,87, lebih tinggi dibandingkan pada KARTAR yang sebesar Rp 1.433.428,43. Lebih tingginya biaya transaksi pada KALAM sebesar
1,58 kali dibanding pada KARTAR tidak berbanding lurus dengan perbedaan lama waktu ketika KALAM melakukan tahap penjagaan ini 6 kali lebih lama
dibanding KARTAR. Menggunakan penyamaan lama pelaksanaan tahap penjagaan yaitu 1,5
bulan, biaya transaksi pada KALAM lebih rendah yaitu sebesar Rp 602.168,12 atau 42,01 dibanding pada KARTAR yang sebesar Rp 1.433.428,43. Hal ini
menunjukkan bahwa pada kesemua tahapan meliputi akuisisi, distribusi, dan penjagaan, biaya transaksi pada KALAM selalu lebih rendah dibanding KARTAR.
Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa besaran biaya transaksi pada kelembagaan formal lebih tinggi dibandingkan dengan
kelembagaan informal. Selengkapnya mengenai biaya transaksi pada tahap penjagaan dapat dilihat pada Tabel 17.
99
Tabel 17. Biaya transaksi pada tahap penjagaan dana program di KALAM dan KARTAR
1 orgx4 haribulan
123,140.16bulan Pemegang dana
1 orgx1 bulan 769,626.00
selama 1,5 bulan 184,710.24
Koordinasi dengan pengurus lain setiap akan
menarik dana dari rekening
8 orgx4 kalix1 jam
123,140.16
selama 9 bulan 1,108,261.44
Rapat evaluasi akhir 13 orgx1 jam
50,025.69 6 orgx9 jam
selama 1,5 bulan
207,799.02 6 orgx31,5 jam
selama 9 bulan 727,296.57
biaya transportasi
selama 1,5 bulan 125,000.00
selama 9 bulan 350,000.00
Evaluasi rutin per dua minggu
4 orgx3 kalix1.5 jam
69,266.34 Rapat evaluasi
pendistribusian sumber daya bersama pihak
kelurahan 3 orgx5 kalix30
menit 28,860.98
Pembuatan laporan kegiatan
1 orgx1 kalix4 jam
15,392.52 Pembuatan laporan akhir
untuk Kantor Kesbanglinmas Provinsi
Jawa Barat berikut proses konsultasi pembuatannya
dengan pihak kelurahan
3 orgx5 hari 461,775.60
602,168.12 2,270,216.87
8.60 9.56
Penjagaan eksternal
Total 1,433,428.43
terhadap nilai sumber daya untuk nilai total selama 1,5 bulan
terhadap nilai sumber daya Total selama 1.5 bulan
Total selama 9 bulan
Mengkonversi in-cash resources menjadi in-
kind resources Mengevaluasi
penggunaaan sumber daya melalui diskusi
rutin
KALAM KARTAR
Penjagaan internal
Pemegang dana termasuk pembuatan
laporan keuangan
Menggunakan definisi biaya transaksi dari Allen 1991, 1999 yang menyatakan bahwa biaya transaksi adalah
”resources used to establish and maintain property rights”, maka tahap penjagaan merupakan komponen
” maintain”-nya. Hak kepemilikan yang terdefinisikan dan terlindungi dengan
sempurna well-defined and well-protected akan menggantikan persaingan
dengan kekerasan menjadi persaingan secara damai Alchian 2002. Jika penegakan atas hak akan suatu barangsumber daya terlalu mahal
untuk dilakukan too costly, maka hal ini akan menyebabkan hak kepemilikan
menjadi tidak sempurna imperfect property rights Allen 2005. Beda antara
imperfect dan incomplete property rights adalah: jika incomplete property rights adalah sebagian hak legal atas suatu sumber daya berada di tangan orang lain,
maka imperfect property rights adalah ketika keseluruhan hak legal berada di
tangan satu orang tetapi hak ekonomi dinikmati orang lain.
100
Melihat ketidaksempurnaan hak kepemilikan tidak bisa hanya dengan membandingkan besaran biaya transaksi pada tahap penjagaan antara KALAM
dan KARTAR. Meskipun biaya transaksi pada KARTAR lebih tinggi dibandingkan KALAM, bukan berarti bahwa hak kepemilikan di KARTAR menjadi lebih tidak
sempurna. Hal ini dikarenakan mahal tidaknya penegakan hak akan suatu
barangsumber daya bersifat relatif. Ketidaksempurnaan hak kepemilikan lebih tepat dilihat dari
seberapa sering hak ekonomi dinikmati oleh orang lain, karena jika hak ekonomi seringbanyak dinikmati oleh orang lain menandakan bahwa
penegakan itu terlalu mahal too costly untuk dilakukan.
Berdasarkan jawaban dari responden pelaku yaitu anggota KALAM dan KARTAR, diketahui bahwa sumber daya sama-sama tidak pernah digunakan
oleh orang yang tidak berhak. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun biaya transaksi pada KARTAR lebih tinggi dibandingkan KALAM tetapi tidak berarti
bahwa besaran itu terlalu mahal bagi KARTAR karena tidak ada hak ekonomi yang dapat dinikmati orang lain.
Jika dibandingkan antara tahap penjagaan internal dan eksternal, maka tahap penjagaan internal adalah kontributor terbesar terhadap total biaya
transaksi pada kedua lembaga. Pada KALAM, tahap penjagaan internal berkontribusi sebesar 85,94 terhadap total biaya transaksi sedangkan pada
KARTAR sebesar 65,77. Artinya, tahap penjagaan eksternal pada KARTAR lebih tinggi proporsinya dibanding KALAM yaitu 34,23 berbanding 14,06.
Komposisi biaya transaksi pada tahap penjagaan ini dapat dilihat pada Gambar 10.
101
Internal monitoring
86 External
monitoring 14
Internal monitoring
66 External
monitoring 34
Gambar 10 Komposisi monitoring internal dan eksternal pada tahap penjagaan di KALAM gambar kiri dan KARTAR gambar kanan.
Penjelasan mengenai lebih tingginya proporsi tahap penjagaan eksternal pada KARTAR dapat dikaitkan dengan pembahasan sebelumnya mengenai
tahap akuisisi. Kutipan dari pembahasan tahap akuisisi adalah sebagai berikut: ”Rendahnya biaya transaksi pada saat presentasi dan negosiasi akhir di KALAM
dikarenakan telah saling mengenalnya antara KALAM dan penyandang dana. Saling mengenal berikut kerjasama-kerjasama yang pernah dilakukan sebelumnya
bisa jadi menimbulkan rasa saling percaya trust. Sebagaimana dinyatakan oleh Allen 1991, pada saat pertukaran sukarela voluntary exchange terjadi akan
muncul biaya transaksi untuk mencegah kesejahteraan sendiri diambil orang lain. Rasa saling percaya akan meminimumkan biaya transaksi karena berbekal
kepercayaan tersebut maka tidak diperlukan usaha berlebih untuk mencegah diambilnya kesejahteraan sendiri. Bahkan kesepakatan kerjasama atau kontrak
antara KALAM dan pihak penyandang dana pun tidak dibuat secara tertulis melainkan hanya lisan saja”.
Telah saling mengenalnya antara KALAM dan mitra transaksinya, adanya harapan untuk bekerjasama dalam jangka panjang, mendorong masing-masing
pihak untuk memupuk modal reputasinya reputational capital Allen Lueck
2002 dan adanya reputasi ini lantas memproduksi rasa saling percaya trust.
Rasa saling percaya antara keduanya menyebabkan biaya transaksi untuk penjagaan eksternal menjadi rendah karena
market enforcement dapat dilakukan secara lebih murah. Sebaliknya, pada KARTAR proporsi penjagaan eksternal ini
menjadi besar karena kurang saling mengenalnya antara KARTAR dan penyandang dana sehingga tingkat kepercayaan menjadi lebih rendah.
Meskipun demikian, proporsi biaya transaksi pada tahap penjagaan internal di KALAM lebih tinggi dibandingkan KARTAR. Lagipula, jika dibandingkan antar
tahapan maka tahap penjagaan pada KALAM merupakan tahap dengan biaya transaksi paling tinggi dibanding dua tahapan lainnya. Jika dibandingkan dengan
tahap akuisisi, tahap penjagaan di KALAM adalah sebesar 135,71 dari tahap
102
akuisisi. Berbeda halnya dengan KARTAR, biaya transaksi pada tahap penjagaan adalah paling rendah dibanding dua tahapan lainnya. Jika
dibandingkan dengan tahap akuisisi, tahap penjagaan di KARTAR adalah sebesar 65,73 dari tahap akuisisi.
Lebih tingginya kontribusi tahap penjagaan internal di KALAM dibanding KARTAR disebabkan oleh tingkat kelengkapan hak kepemilikan yang
didistribusikan sebelumnya. KALAM mendistribusikan hak kepemilikan secara lebih lengkap
more complete property rights dibanding KARTAR meskipun tidak didistribusikan menjadi hak kepemilikan privat. Hak yang didistribusikan oleh
KALAM yang membuatnya menjadi lebih lengkap dibanding KARTAR adalah pada jenis hak untuk memilih bentuk-bentuk penggunaan sumber daya
rights to the choice of use. Hak ini didistribusikan kepada Ketua dan Bendahara tim.
Hak kepemilikan dapat dipahami sebagai kewenangan authority, dan
semakin lengkapnya hak kepemilikan menandakan semakin besarnya kewenangan yang dimiliki. Kewenangan yang semakin besar, dan pada kasus
KALAM berada di tangan Ketua dan bendahara tim, tentunya diikuti dengan kontrol oleh anggota lainnya. Kontrol dilakukan untuk menghindari perilaku
oportunistik dan meminimalkan informasi asimetris. Kontrol dilakukan dengan menggunakan sumber daya dan hal inilah yang
berkontribusi terhadap besarnya biaya transaksi pada tahap penjagaan. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 17, terdapat pos biaya transaksi pada
KALAM untuk mengevaluasi penggunaaan sumber daya secara rutin seminggu sekali. Besaran dari pos ini cukup nyata karena berkontribusi sebesar 34,51
terhadap keseluruhan biaya transaksi pada tahap penjagaan. Pos biaya transaksi semacam ini tidak dijumpai pada KARTAR. Hanya ada
biaya transaksi dalam bentuk koordinasi dengan pengurus lain setiap akan menarik dana dari rekening dan pos ini berbeda sifatnya dengan pos evaluasi
penggunaaan sumber daya yang terdapat pada KALAM. Jika koordinasi pada KARTAR dilakukan
sebelum sumber daya dapat digunakan karena hak kepemilikan kurang lengkap, maka evaluasi pada KALAM dilakukan
setelah sumber daya digunakan karena hak kepemilikan lebih lengkap. Biaya transaksi
KARTAR untuk melakukan kordinasi ini pun hanya separuh tepatnya 59,26 dari biaya transaksi KALAM untuk melakukan evaluasi. Jika dibandingkan
103
dengan total biaya transaksi pada tahap penjagaan di KARTAR, maka koordinasi ini hanya berkontribusi sebesar 8,59.
Hak yang lebih lengkap ini pada akhirnya diikuti dengan penjagaan internal yang lebih intensif dalam bentuk evaluasi rutin bersama seminggu sekali untuk
menghindari perilaku oportunistik dan informasi asimetris. Dapat dikatakan bahwa semakin lengkap hak kepemilikan, maka akan semakin besar biaya
penegakannya enforcement cost. Hak kepemilikan yang semakin lengkap
membuat biaya transaksi pada tahap distribusi semakin murah, tetapi tahap penjagaan menjadi semakin mahal. Itulah
trade-off-nya. Meskipun demikian, biaya transaksi pada tahap penjagaan di KALAM secara total masih lebih rendah
dibanding KARTAR dikarenakan murahnya market enforcement. Hasil yang
didapat ini sekali lagi menunjukkan interdependensi biaya transaksi antar tahap transaksi.
6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Biaya Transaksi