Kerusakan Sel Hati Secara Mikroskopis

4.9. Kerusakan Sel Hati Secara Mikroskopis

Pemeriksaan derajat kerusakan sel-sel hati mencit dilakukan dengan melihat adanya “halo” di sekitar inti sel, vena sentralis dan sinusoid yang tidak utuh, dan degenerasi lemak. Gambaran kerusakan sel-sel hati dapat dilihat pada Tabel 4.9. dan Gambar 4.9. Tabel 4.9. Hasil Rata-rata Kerusakan Sel Hati Mencit Mus musculus L. Secara Mikroskopis Sesudah Perlakuan Perlakuan Kerusakan Sel Hati Mencit Rata-rata ± SD K 0,00±0,00 a P1 28,57±8,13 P2 b 0,00±0,00 P3 a 19,05±6,30 c Keterangan: K=kelompok kontrol P1=kelompok timbal P2=kelompok soyghurt P3=kelompok timbal dan soyghurt Dari Tabel 4.9. secara mikroskopis terlihat gambaran derajat kerusakan sel hati yang tertinggi adalah pada kelompok P1 dengan nilai kerusakan 28,57 ± 8,13, dan pada kelompok P3 adanya kerusakan sel hati dengan nilai kerusakan 19,05 ± 6,30. Sedangkan pada kelompok kontrol K dan kelompok P2 tidak terdapat nilai kerusakan, hal ini sejalan dengan gambar histologi hati mencit yang normal tidak terdapat kerusakan pada sel-sel hati, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kelompok K Gambar 4.9a dan kelompok P2 Gambar 4.9b, pada ke dua gambar tampak terlihat vena sentralis yang dikelilingi oleh sel-sel hati dan sinusoid-sinusoid yang tersusun secara radier. Gambar 4.9a. Gambaran histologi hati mencit Mus musculus L. secara mikroskopis. K= kelompok kontrol, 1= vena sentralis, 2= sinusoid, 3= sel hati. K 1 2 3 10 µm Gambar 4.9b. Gambaran histologi hati mencit Mus musculus L. secara mikroskopis. Keterangan: P2= kelompok soyghurt, 1= vena sentralis, 2= sinusoid, 3= sel hati Sedangkan pada kelompok P1 adalah kerusakan sel hati yang paling tinggi, gambaran kerusakan sel-sel hati ini terlihat adanya halo disekitar inti sel. Keadaan ini terjadi karena membran sel yang merupakan salah satu komponen sel yang terpenting terganggu permeabilitasnya, diduga karena timbal yang bersifat toksik melekat pada membran sel yang nonpolar hidrofobik, hal ini menyebabkan perubahan komposisi membran sel dan terjadilah pelarutan membran sel sehingga memudahkan masuknya molekul air dari ekstrasel ke intrasel secara berlebihan Sikkema et al., 1995. Bila terjadi akumulasi air yang cukup banyak di dalam sel hati mengakibatkan terbentuknya vakuola besar disekitar inti sel dan tampak seperti cincin halo, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.9c. Masuknya air biasanya akan membentuk vakuola-vakuola jernih, kecil, dan banyak. Selanjutnya vakuola tersebut dapat bersatu dan menghasilkan vakuola lebih besar atau vakuola tunggal yang menempati di dalam sitoplasma dan menggantikan inti sel. Perubahan ini biasanya diikuti dengan sel mengalami pembengkakan dan sitoplasma tampak keruh Anggraini, 2008. Hal tersebut juga berdampak terhadap struktur jaringan yang lain, diantaranya keutuhan vena sentralis dan sinusoid yang tampak menjadi memanjang dan melebar. Terlihat juga pada sinusoid-sinusoid terjadinya kongesti. Kongesti adalah pembendungan darah secara berlebihan di pembuluh darah suatu jaringan tertentu. Pada umumnya kongesti hati terjadi di vena sentralis dan sinusoid-sinusoid disekelilingya. Hal ini merupakan respon umum akibat penggunaan zat-zat toksik Ganiswarna, 1995. P2 1 2 3 10 µm Gambar 4.9c. Gambaran histologi hati mencit Mus musculus L. secara mikroskopis. Keterangan: P1= kelompok timbal, 2= sinusoid, 4= halo disekitar inti, 5= kongesti Pada kelompok timbal dan soyghurt P3 dengan derajat kerusakan 19,05 ± 6,30 secara statistik menunjukkan berbeda nyata P0.05 dengan kelompok timbal P1. Gambaran kerusakan sel-sel hati pada kelompok timbal dan soyghurt P3 ini masih terjadi namun derajat kerusakan lebih rendah dibanding dengan derajat kerusakan pada kelompok P1 Gambar 4.9d. Gambar 4.9d. Gambaran histologi hati mencit Mus musculus L. secara mikroskopis. Keterangan: P3= kelompok timbal dan soyghurt, 1= vena sentralis, 2= sinusoid Perbaikan kerusakan sel-sel hati mencit pada kelompok P3 jika dihitung secara matematika sederhana terjadi perbaikan sekitar 33, hal ini diduga karena mencit diberikan soyghurt. Soyghurt sebagai produk makanan fermentasi kaya akan zat-zat nutrisi seperti vitamin A, B, C, D, dan E. Vitamin-vitamin ini berperan sebagai antioksidan, yang berfungsi untuk menghambat dan menetralkan radikal bebas akibat paparan timbal, dan mencegah terjadinya stres oksidatif P1 4 2 5 P3 2 1 10 µm 10 µm sehingga kerusakan sel-sel hati tidak terjadi Donkor, 2007. Gabungan vitamin A β-karoten, vitamin C asam askorbat, dan vitamin E α-tokoferol dapat menghambat dan menetralkan radikal bebas yang baru terbentuk, dengan cara menghentikan reaksi rantai radikal bebas pada oksidasi lipid Kumar et al., 2003. Vitamin E dan A bersifat hidrofobik, sehingga dapat berperan pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid. Sebaliknya vitamin C bersifat hidrofilik dan berperan dalam sitosol. Karena keberadaannya dalam membran sel vitamin E dapat bereaksi dengan radikal bebas kemudian mereduksinya sehingga kerusakan sel hati lebih lanjut dapat dicegah Suryohudoyo, 1993. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mahdi et al. 2007, menyatakan bahwa yoghurt sebagai produk fermentasi kaya akan zat-zat nutrisi seperti vitamin dan asam-asam amino yang perannya sebagai antioksidan dan penyusun antioksidan dalam tubuh akibat paparan formalin. Begitu juga dengan penelitian Smith 2003 bahwa yoghurt banyak mengandung berbagai vitamin, terutama vitamin A, B, C, D, dan E. Vitamin-vitamin dan asam amino yang terdapat pada yoghurt berperan sebagai antioksidan dan detoksikan yang potensial Eltean, 2005 dalam Mahdi et al., 2007. Selain itu soyghurt yang bahan dasarnya adalah kedelai mengandung senyawa isoflavon. Isoflavon merupakan komponen bioaktif pada kedelai, dengan kandungan cukup tinggi mencapai 5,1-5,5 mgg Alrasyid, 2007. Berbagai jenis isoflavon terkandung dalam kedelai tetapi jenis genistein, daidzein, dan glisitein adalah yang paling banyak. Ketiga jenis senyawa isoflavon ini berpotensi sebagai antioksidan dan berperan melindungi sel untuk melawan radikal bebas Cavallini et al., 2009; Pyo dan Song, 2009; Vij et al., 2011; Chen et al., 2012. Vij et al. 2011 menyatakan selain berfungsi untuk mencegah kanker senyawa isoflavon genistein, daidzein, dan glisitein ini juga berfungsi menurunkan resiko terkena penyakit jantung, diabetes, mencegah aterosklerosis, arthritis, dan osteoporosis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan pemberian soyghurt dengan lama fermentasi 8 jam pada inkubasi 40 o C maka jumlah koloni bakteri asam laktat sebesar 1,71 x 10 9 cfuml, ternyata dapat memperbaiki kerusakan sel- sel hati. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Mahdi et al. 2007, suplementasi yoghurt dapat memperbaiki kerusakan jaringan hati tikus yang terpapar formalin yang diberikan secara bersamaan dengan yoghurt sebanyak 2 ml selama 7 hari.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Asam Laktat Dalam Soyghurt Dan Efektifitas Pada Penyembuhan Gastritis Lambung Mencit (Mus musculus L) Yang Diinduksi Dengan Aspirin

9 90 130

Efektifitas Pemberian Soyghurt Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Dalam Darah Mencit (Mus musculus) Dengan Jumlah Bakteri Asam Laktat Dan Suhu Inkubasi Yang Optimum

0 28 119

PENGARUH PEMBERIAN JUS MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP KERUSAKAN SEL GINJAL MENCIT (Mus musculus) YANG DIPAPAR PARASETAMOL.

0 0 11

Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Asam Laktat Dalam Soyghurt Dan Efektifitas Pada Penyembuhan Gastritis Lambung Mencit (Mus musculus L) Yang Diinduksi Dengan Aspirin

0 0 20

Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Asam Laktat Dalam Soyghurt Dan Efektifitas Pada Penyembuhan Gastritis Lambung Mencit (Mus musculus L) Yang Diinduksi Dengan Aspirin

0 0 14

Efektifitas Pemberian Soyghurt yang Mengandung Bakteri Asam Laktat dalam Memperbaiki Kerusakan Jaringan Hati Mencit (Mus musculus L.) yang Dipapar Timbal

0 0 22

Efektifitas Pemberian Soyghurt yang Mengandung Bakteri Asam Laktat dalam Memperbaiki Kerusakan Jaringan Hati Mencit (Mus musculus L.) yang Dipapar Timbal

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Timbal 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Timbal - Efektifitas Pemberian Soyghurt yang Mengandung Bakteri Asam Laktat dalam Memperbaiki Kerusakan Jaringan Hati Mencit (Mus musculus L.) yang Dipapar Timbal

0 0 31

BAB 1 PENDAHULUAN - Efektifitas Pemberian Soyghurt yang Mengandung Bakteri Asam Laktat dalam Memperbaiki Kerusakan Jaringan Hati Mencit (Mus musculus L.) yang Dipapar Timbal

0 0 7

EFEKTIFITAS PEMBERIAN SOYGHURT YANG MENGANDUNG BAKTERI ASAM LAKTAT DALAM MEMPERBAIKI KERUSAKAN JARINGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIPAPAR TIMBAL TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ma

0 0 18