Pembelajaran Belajar dan Pembelajaran Matematika

16 Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa definisi atau makna belajar dari perspektif kognitif merupakan proses mengonstruksi pengetahuan atau makna yang dipengaruhi interaksi antara pengetahuan sebelumnya dan pengetahuan baru dengan sedikit kesadaran atau otomatis yang melibatkan struktur kognitif working memory dan long- term memory sehingga menjadi pengetahuan yang sistematis.

b. Pembelajaran

Selain istilah belajar, pembelajaran juga merupakan istilah yang umum dalam dunia pendidikan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan 2007: 23 bahwa pembelajaran adalah usaha sengaja, terarah serta bertujuan untuk seseorang atau sekelompok orang termasuk guru dan penulis buku pelajaran agar orang lain termasuk siswa dapat memperoleh pengalaman yang bermakna. Usaha ini merupakan kegiatan yang berpusat pada kepentingan siswa. Sementara itu, dari perspektif umum oleh para ahli definisi atau makna pembelajaran antara lain: 1 Trianto 2010: 17 mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, di mana antara keduanya terjadi komunikasi transfer yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya, 2 menurut Sagala 2009: 61, pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh 17 siswa atau murid, 3 menurut Suherman, dkk 2003: 8 pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses interaksi seorang siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber atau fasilitas, dan teman-teman sesama siswa. Dengan kata lain, definisi atau makna pembelajaran secara umum berdasarkan penjabaran tersebut adalah di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses pendidikan dalam lingkup persekolahan berupa usaha atau interaksi yang disengaja, terarah serta bertujuan untuk individu atau kelompok sebagai pembelajar dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber fasilitas, serta antarpembelajar tersebut. Sedangkan dari perspetif yang lebih khusus, yakni perspektif kognitif oleh para ahli tentang definisi atau makna pembelajaran, diantaranya: 1 menurut Sweller 1994: 298 pembelajaran merupakan kegiatan yang memiliki fungsi self-evident melakukan schema automation serta mengelola schema acquisition , 2 menurut Mayer 1999: 3 – 4 pembelajaran merupakan proses perubahan pengetahuan yang relatif permanen pada seseorang berdasarkan pengalamannya. Mayer 1999: 3 – 4 menambahkan, ada tiga bagian definisi pembelajaran, pertama, permanent atau pembelajaran jangka panjang melibatkan memori jangka panjang, misalnya pembelajaran menggunakan program pengolah angka pada komputer. Kedua, change atau pembelajaran yang melibatkan perubahan kognitif sehingga tercermin pada pengetahuan dan ketrampilan seseorang, misalnya dari yang tidak mengetahui menjadi mengetahui bagaimana aturan operasi penjumlahan 18 dalam program pengolah angka pada komputer. Ketiga, experience-based atau pembelajaran bagaimana pembelajar dapat menginterpretasikan apa yang terjadi berdasarkan pengalaman pribadinya, misalnya membaca buku petunjuk penggunaka program pengolah angka pada komputer. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan definisi atau makna pembelajaran dari perspektif kognitif merupakan kegiatan yang memiliki fungsi membangun schema automation dan mengelola schema acquisition yang melibatkan perubahan kognitif sehingga tercermin pada perubahan pengetahuan dan ketrampilan seseorang yang bersifat permanen. Permendiknas No. 22 2006: 297 menjelaskan, Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Menurut Subanji 2011: 3, matematika dapat dipandang dari dua hal: Dalam pandangan tradisional, matematika adalah kumpulan aturan- aturan yang harus dimengerti, perhitungan-perhitungan aritmatika, per- samaan aljabar yang misterius, dan bukti-bukti geometris. Pandangan terhadap matematika yang lain bahwa matematika dipandang sebagai ilmu tentang pola keteraturan dan urutan yang logis. Menemukan dan mengungkap keteraturanpola atau urutan dan kemudian memberikan arti merupakan makna dari mengerjakan dan belajar matematika. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa dunia penuh dengan pola dan urutan. Menurut Herbert 1997, ada empat ciri budaya kelas matematika: 1 ide merupakan hal penting, tidak peduli milik siapa ide tersebut. Para siswa 19 dapat memiliki ide mereka sendiri dan membaginya dengan yang lain, 2 ide harus dipahami bersama di dalam kelas. Setiap siswa harus menghargai ide dari temannya dan mencoba menilai dan memahaminya, 3 kepercayaan harus dibangun dengan pemahaman bahwa membuat kesalahan tidak menjadi masalah. Siswa harus menyadari bahwa kesalahan adalah kesempatan untuk berkembang. Harus dibangun keyakinan pada siswa bahwa ide yang salahpun akan bisa didiskusikan sehingga bisa mengubah dan memperoleh kesimpulan yang benar, dan 4 siswa harus memahami bahwa matematika dapat dipahami atau masuk akal. Sebagai akibatnya kebenaran suatu hasil didasarkan pada matematika sendiri, bukan guru atau pihak lain. Menurut Depdiknas 2007: 346 tujuan umum pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama SMP agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1 memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2 menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3 memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4 mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5 memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, 20 perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Permendiknas No. 22 2006: 297, juga menjelaskan bahwa pembelajaran matematika mencakup pemecahan masalah, diantaranya masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Tujuan pelajaran matematika di sekolah Permendiknas No. 22, 2006: 297 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4 Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dengan kata lain, pada hakikatnya pemecahan masalah merupakan fokus pembelajaran matematika dalam setiap materi yang dipelajari. Pemecahan masalah dapat dilakukan apabila pembelajaran efektif dan bermakna. Berikut ini definisi pembelajaran efektif dan bermakna secara umum antara lain: 1 Muijs dan Reynold 2008: 338 berpendapat bahwa pembelajaran efektif dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian atau berfungsinya komponen pengajaran yang meliputi presentasi, perencanaan tujuan, tugas-tugas, cakupan materi, evaluasi, kedisiplinan, dan ketepatan waktu. Sedangkan pembelajaran matematika yang efektif melibatkan 21 pembelajaran untuk tujuan memahami dan menggunakan pemecahan masalah 2 Mulyasa 2007:31 menjelaskan bahwa pembelajaran efektif adalah bagaimana suatu pelaksanaan pembelajaran dapat bekerjasama secara kompak dan transparan untuk mencapai tujuan-tujuan atau target yang disepakati. Sedangkan efektivitas hasil dilihat dari seberapa jauh tujuan yang ingin dicapai dapat terealisasi dalam diri siswa, 3 Slavin 2008: 227 menyebutkan bahwa pembelajaran efektif ditentukan oleh empat indikator, yakni a kualitas pembelajaran, yaitu informasi yang disajikan; b kesesuaian tingkat pembelajaran, yakni sejauh mana siswa kesiapan siswa dalam mempelajari materi baru; c intensif, seberapa besar usaha siswa dan guru bekerjasama dalam kegiatan pembelajaran, dan d waktu, berapa lama siswa menyelesaikan pembelajaran. Dengan demikian, definisi atau makna pembelajaran efektif dan bermakna secara umum adalah pembelajaran yang memiliki tujuan tertentu berdasarkan indikator tertentu yang melibatkan guru dan siswa. Menurut Poerwodarminto 1999: 219, efektif dapat berarti membawa hasil. Dalam penelitian ini, definisi atau makna pembelajaran efektif dan bermakna dilihat dari perbedaan efektivitas antara model TGT berdasarkan CLT dan model individu berdasarkan CLT ditinjau dari keakuratan dan kecepatan pemecahan masalah matematika siswa. Keakuratan dan kecepatan pemecahan masalah siswa yang menggunakan model TGT lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model individu ataupun sebaliknya pada materi panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran dan 22 panjang sabuk lilitan minimal yang menghubungkan dua lingkaran atau lebih. Adapun model TGT dikatakan lebih baik daripada model individu ataupun sebaliknya ditinjau dari keakuratan dan kecepatan pemecahan masalah matematika siswa apabila memenuhi kondisi nilai rata-rata keakuratan dan kecepatan pemecahan masalah matematika siswa dengan model TGT lebih dari nilai rata-rata keakuratan dan kecepatan pemecahan masalah matematika siswa dengan model individu. Sementara itu, dari perspetif yang lebih khusus, berikut ini definisi atau makna pembelajaran efektif dan bermakna dari perspektif kognitif: 1 pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mendorong siswa untuk membangun pengetahuan dengan baik, sehingga dapat menggunakannya untuk mempelajari materi yang baru Retnowati, Sugiman Murdanu, 2015: 20, 2 Sweller, Ayres dan Kalyuga 2011 mengartikan pembelajaran efektif dapat dicapai melalui mengelola muatan kognitif intrinsik, mengurangi muatan kognitif extraneous dan meningkatkan beban kognitif germane, dan 3 Mayer 1999: 8 berpendapat bahwa pembelajaran efektif bermakna dapat bergantung pada aktivitas kognitf, dalam hal ini bagaimana memilih, mengolah dan memadukan model pembelajaran. Bahkan aktivitas kognitif dapat berlangung dalam keadaan kelas yang pasif, seperti siswa membaca buku atau mendengarkan guru. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan definisi atau makna pembelajaran efektif dan bermakna dari perspektif kognitif merupakan 23 pembelajaran yang mendorong siswa untuk membangun pengetahuan dengan baik yang berupa aktivitas kognitf, yakni dengan mengelola muatan kognitif.

2. Keakuratan dan Kecepatan Pemecahan Masalah Matematika

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

6 42 56

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENTIFIC DENGAN STRATEGI TEAM GAME TOURNAMENT DAN NUMBERED Implementasi Pendekatan Pembelajaran Scientific Dengan Strategi Team Game Tournament Dan Numbered Head Together Ditinjau Dari Komunikasi Matematika Siswa(Ek

0 1 15

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENTIFIC DENGAN STRATEGI TEAM GAME TOURNAMENT DAN NUMBERED Implementasi Pendekatan Pembelajaran Scientific Dengan Strategi Team Game Tournament Dan Numbered Head Together Ditinjau Dari Komunikasi Matematika Siswa(Ek

0 1 14

PERBEDAAN EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN INDIVIDU BERBASIS COGNITIVE LOAD THEORY (CLT) UNTUK SISWA SMP DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA.

1 7 535

KEEFEKTIFAN TEAM’S GAME TOURNAMENT DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH (STUDI EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEYEGAN) | Nuryadi | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 10894 22896 1 SM

0 0 13

Virtual Mathematics Media Effectiveness Based Teams Game Tournament Reviewed From Cognitive Load Theory Nuryadi, Nanang Khuzaini,

0 0 13

View of PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA BELAJAR

0 1 10

PENGARUH MODEL TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEDISIPLINAN SISWA KELAS IV A SDN PEKIRINGAN 02

0 0 15