Mudah dan Akt if Belajar Biologi unt uk Kelas XII
92
Diagram Persilangan Ayam Berjengger Rose dan Ayam Berjenger Pea P
1
genotipe : RRpp
rrPP fenotipe
:
rose pea
gamet :
Rp rP
F
1
RrPp P
2
genotipe : RrPp
RrPp fenotipe
:
alnut alnut
gamet :
RP, rP, Rp, rp RP, rP, Rp, rp
F
2
Saat pembentukan gamet, dua pasang kromosom homolog dapat tersusun dalam dua cara yang berbeda saat metafase
Gambar 4.24c. Cara pertama menghasilkan gamet dengan susunan kromosom mirip induk
P
1
. M enghasilkan gamet dengan kombinasi gen YR dan yr. Cara kedua menghasilkan gamet rekombinasi kombinasi baru dengan kombinsi gen
yR dan Yr Gambar 4.24d. H asil kerja Sutton dan Boveri ini mem-
perlihatkan hubungan antara gen, kromosom, meiosis, dan pewarisan sifat yang dikemukakan M endel.
3. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
M eskipun hukum M endel merupakan dasar dari perwarisan sifat, penelitian lebih lanjut menemukan bahwa banyak gen yang tidak sesuai
hukum M endel. Jika perbandingan dengan fenotipe F
2
hasil persilangan monohibrid dan dihibrid berdasarkan hukum M endel adalah 3:1 dan
9:3:3:1, penelitian lain menghasilkan perbandingan F
2
yang berbeda. M isalnya, 9:3:4, 12:3:1, dan 9:7.
Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa hal tersebut disebabkan ol eh adanya i nt eraksi ant argen. I nt eraksi t ersebut menghasi l kan
perbandingan fenotipe yang menyimpang dari hukum M endel. Interaksi antargen yang menyebabkan penyimpangan semu hukum M endel dapat
berupa epistasis hipostasis, polimeri, kriptomeri , dan adanya gen
komplementer.
a. Epistasis dan Hipostasis
Fenomena ini diungkapkan kali pertama oleh illiam Bateson dan
R.C Punnett . M ereka mengawinkan berbagai macam ayam dengan memerhatikan bentuk jengger. Persilangan antara ayam berjengger tipe
rose
mawar dengan tipe
pea
ercis menghasilkan 100 ayam berjengger
alnut
. Semula, munculnya ayam berjengger
alnut
diduga merupakan sifat intermedier sifat antara yang muncul jika gennya heterozigot. A kan tetapi,
jika ayam F
1
berjengger
alnut
tersebut dikawinkan sesamanya, dihasilkan empat fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Selain fenotipe jengger ayam
rose
,
pea
, dan
alnut
muncul satu sifat baru lain, yakni
single
tunggal.
RRPP
alnut
RrPP
alnut
RRPp
alnut
RrPp
alnut
RRPp
alnut
RrPp
alnut
RRpp
rose
Rrpp
rose
RrPP
alnut
rrPP
pea
RrPp
alnut
rrPp
pea
RrPp
alnut
rrPp
pea
Rrpp
rose
rrpp
single
rP Rp
rp RP
RP rP
Rp rp
Sekilas Biologi
Penyimpangan semu hukum Mendel m enghasilkan perdebat an
di kalangan ilmuwan saat itu. Seorang ahli genetika Soviet, Trofim
Lysenko 1898–1976, m erupakan orang yang berpengaruh pada
zaman pemerintahan Stalin. Lysenko m engusir ahli-ahli genet ika
pengikut Mendel dan m endom inasi genetika Soviet selam a bertahun-
tahun.
Sumber: Jendela IPTEK: Evolusi, 1996
Reproduksi Sel dan Pew arisan Sifat
93
Jengger tipe
alnut
dan single merupakan tipe jengger baru yang muncul dan tidak dijumpai pada kedua induk. H al ini disebabkan oleh
adanya interaksi antargen. A danya empat sifat beda dengan perbandingan 9:3:3:1 memberikan petunjuk bahwa terdapat dua pasang alel yang berbeda
ikut mempengaruhi bentuk jengger ayam.
Sepasang alel RR menentukan tipe jengger
rose
dan sepasang alel PP menent ukan t ipe jengger pea. Int eraksi ant ar gen
rose
dan
pea
menghasilkan fenotipe
alnut
R-P- dan
single
rrpp. Gen R dominan terhadap alel r dan gen P dominan terhadap p. Satu
atau sepasang gen R dominan terhadap gen r, dalam hal ini menghasilkan fenotipe baru, yakni
alnut
. Sepasang gen rrpp menghasilkan fenotipe baru,
single
. M eskipun terdapat dominansi antara gen P dan gen R, gen- gen tersebut bukanlah gen sealel Suryo, 2001: 131.
Peristiwa sebuah atau sepasang gen yang menutupi atau mengalahkan ekspresi gen lain yang bukan sealel disebut
epistasis. A dapun gen yang kalah disebut
hipostasis. Terkadang, peristiwa epistasis dan hipostasis menghasilkan fenotipe baru Starr Taggart, 1995:179
Epistasis dapat dibedakan berdasarkan dominansi terhadap gen lain menjadi:
1 Epistasis dominan H al ini terjadi jika suatu gen bersifat epistasis terhadap gen lain jika
bersifat dominan terhadap alelnya. M isalnya, terdapat gen A dan B yang mengatur suatu ciri, maka pada epistasis dominan berlaku sifat gen:
A epistasis terhadap B dan b 2 Epistasis resesif
Pada epistasis ini, gen akan bersifat epistasis jika dalam keadaan resesif terhadap alelnya. Contohnya:
aa epistasis terhadap B dan b 3 Epistasis dominan dan resesif
Epistasis jenis ini terjadi jika pada suatu ciri yang dikendalikan oleh dua gen dan terdapat epistasis dominan dan resesif. Contohnya:
A epistasis terhadap B dan b bb epistasis terhadap A dan a
Sumber: Biology: The Unity and Diversity of Life, 1995
Single Pea
Rose Walnut
Gambar 4.25
Em pat t ipe jengger ayam
Charles Darw in m enam ai perist iw a m unculnya kem bali suat u sifat
ket urunan yang t elah m enghilang selam a beberapa generasi sebagai
atavisme. Perist iw a epit asis dapat m enyebabkan t im bulnya suat u sifat
yang t elah m enghilang selam a beberapa generasi. At avism e sering
dijum pai pada perkaw inan burung dara kipas yang dapat m enghasilkan anak
berekor lurus m enyerupai burung dara liar.
Sumber: Suryo, 2001
Fakta
Biologi