Biji Jarak Pagar dan Toksisitasnya

25 berasal dari pembakaran batu kapur CaCO 3 tanpa perendaman dengan bahan kimia tertentu. Sementara itu, pemurnian biodiesel dilakukan dengan menggunakan bentonit yang diaktivasi dengan asam sulfat.

2.3.4 Proses Transesterifikasi Biodiesel secara In situ

Beberapa penyebab tingginya biaya produksi biodiesel adalah biaya penyediaan bahan baku yang tinggi dan implementasi proses produksi yang secara operasional tidak efisien. Salah satu alternatif adalah melakukan integrasi antara ekstraksi minyak dan transesterifikasi Hernandez 2005. Proses ini dinamakan dengan transesterifikasi in+situ Harrington and Evans 1985. Transesterifikasi in situ Harrington dan D Arcy Evans 1985; Siler Marinkovic dan Tomasevic 1998; Kildiran et al. 1996; Hass et al. 2004, merupakan sebuah metode produksi biodiesel yang memanfaatkan produk produk asli pertanian mengandung minyak sebagai sumber trigliserida untuk langsung di transesterifikasi kan. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa metode ini sangat menjanjikan untuk dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel, suhu, konsentrasi pelarut, kadar air dan pengadukan berpengaruh terhadap hasil dan selektivitas Hernadez et al. 2005; Georgogianni 2008 dan penggunaan metanol alkali sebagai pelarut dapat menurunkan kandungan toksik dari biji seperti pada biji kapuk sehingga bungkil biji kapuk tersebut dapat digunakan sebagai sumber pakan kaya protein Qian et al. 2008.

2.3.5 Kualitas biodiesel dan faktor faktor yang mempengaruhi

Indonesia telah menyusun Standar Nasional Indonesia untuk kualitas biodiesel SNI 04 7182 2006. Standar ini disusun dengan memperhatikan standar sejenis yang sudah berlaku di luar negeri seperti ASTM D6751 di Amerika Serikat dan EN 14214:2002 E untuk negara Uni Eropa. Syarat mutu biodiesel ester alkil dan metode uji yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 11. 26 Tabel 11 Syarat mutu biodiesel ester alkil dan metoda uji yang digunakan pada S-I 04+7182+2006 No Parameter Satuan Nilai Metoda Uji 1 Massa jenis pada 40 o C kgm 3 850 890 ASTM D 1298 2 Viskositas kinematik pada 40 o C Mm2s cSt 2,3 – 6,0 ASTM D 445 3 Angka setana Min.51 ASTM D 613 4 Titik nyala mangkok tertutup o C Min.100 ASTM D 93 5 Titik kabut o C ASTM D 2500 6 Korosi lempeng tembaga 3 jam pada 50 o C Maks. No.3 ASTM D 130 7 Residu karbon dalam contoh asli dalam 10 ampas distilasi massa Maks.0,05 Maks.0,30 ASTM D 4530 8 Air dan sedimen vol Maks 0,05 ASTM D 2709 ASTM D 1796 9 Suhu distilasi 90 o C Maks. 360 ASTM D 1160 10 Abu tersulfatkan massa Maks.0,02 ASTM D 874 11 Belerang ppm m mgkg maks.100 ASTM D 5453 ASTM D 1266 12 Fosfor ppm m mgkg Maks. 10 AOCS Ca 12 55 13 Angka asam Mg KOHg Maks.0,8 AOCS Cd 3 63 ASTM D 664 14 Gliserol bebas massa Maks.0,02 AOCS Ca 14 56 ASTM D 6584 15 Gliserol total massa Maks.0,24 AOCS Ca 14 56 ASTM D 6584 16 Kadar ester alkil massa Min. 96,5 Dihitung 17 Angka iod massa Maks.115 AOCS Cd 1 25 18 Uji Halphen negatif AOCS Cd 1 25 Catatan: Kadar ester massa = 100 A s A a 4,57G ttl A s dengan pengertian: A s Adalah angka penyabunan yang ditentukan dengan metoda AOCS Cd 3 25, mg KOHg biodiesel A a Adalah angka asam yang ditentukan dengan metoda AOCS Cd 3 63 atau ASTM D 664, mg KOHg biodiesel G ttl Adalah kadar gliserol total dalam biodiesel yang ditentukan dengan metoda AOCS Ca 14 56, massa Kualitas biodiesel dipengaruhi oleh: kualitas minyak feedstock, komposisi asam lemak dari minyak, proses produksi dan bahan lain yang digunakan dalam proses dan parameter pasca produksi seperti kontaminan Gerpen 2004. Kontaminan tersebut diantaranya adalah bahan tak tersabunkan, air, gliserin 27 bebas, gliserin terikat, alkohol, ALB, sabun, residu katalis, sulfur, aromatik dan abu Gerpen 1996; Bajpai and Tyagi 2006. Viskositas kinematik menunjukkan “resistansi aliran cairan pada kondisi gravitasi”. Viskositas kinematik sama dengan viskositas dinamikdensitas. Parameter ini merupakan spesifikasi rancangan dasar untuk injektor bahan bakar yang digunakan pada mesin diesel Gerpen et al. 2004. Viskositas adalah sifat yang paling penting dari biodiesel karena mempengaruhi pengoperasian peralatan injeksi bahan bakar, terutama pada suhu rendah saat kenaikan viskositas mempengaruhi fluiditas bahan bakar. Biodiesel memiliki viskositas yang mendekati bahan bakar diesel Arisoy 2008. Bila viskositas tinggi, maka injektor tidak akan bekerja dengan baik Gerpen et al. 2004. Densitas adalah berat biodiesel per satuan volume. Ia merupakan sifat penting lainnya dari biodiesel. Alat injeksi bahan bakar bekerja pada basis ukuran volume, sehingga apabila densitas lebih besar akan menyebabkan massa yang diinjeksikan lebih besar pula Arisoy 2008. Densitas biodiesel akan meningkat dengan meningkatnya jumlah ikatan rangkap dan berkurangnya panjang rantai Mittelbach and Remschmidt 2004. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Densitas biodiesel berdasarkan panjang rantai dan ikatan rangkapnya Mittelbach and Remschmidt 2004 FAME Densitas kgm 3 FAME Densitas kgm 3 C 6 : 0 889 C 16:0 884 C 8 : 0 881 C 18:0 852 C 10 : 0 876 C 18:1 874 C 12 : 0 873 C 18:2 894 C 14 : 0 867 C 18:3 904 28 Minyak nabati memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan biodiesel. Viskositas yang tinggi ini akan mempengaruhi kecepatan alir bahan bakar melalui injektor sehingga dapat mempengaruhi atomisasi bahan bakar di dalam ruang bakar. Selain itu, viskositas yang tinggi juga berpengaruh secara langsung terhadap kemampuan bahan bakar bercampur dengan udara. Dengan demikian, viskositas yang tinggi tidak diharapkan pada bahan bakar mesin diesel. Hal inilah yang mendasari perlunya dilakukan proses kimia transesterifikasi, untuk menurunkan viskositas minyak tumbuhan sehingga mendekati viskositas solar Knothe 2005. Menurut Krisnangkura et al. 2006 viskositas dipengaruhi oleh jumlah karbon dari asam lemak penyusun biodiesel dan suhu. Jumlah karbon yang lebih banyak dan suhu yang lebih rendah cenderung menyebabkan meningkatnya kekentalan Gambar 10. Angka setana menunjukkan seberapa cepat bahan bakar mesin diesel yang diinjeksikan ke ruang bakar dapat terbakar secara spontan setelah bercampur dengan udara. Semakin cepat bahan bakar mesin diesel terbakar setelah diinjeksikan ke dalam ruang bakar, semakin tinggi angka setana bahan bakar tersebut Prakash 1998. Gambar 10. Viskositas kinematika asam lemak rantai pendek pada berbagai perbedaan suhu Krisnangkura et al. 2006