18
Gambar 2   Struktur molekul gliserol Trigliserida  terbentuk  dari  satu  molekul  gliserol,  dikombinasikan  dengan
tiga asam lemak pada masing masing kelompok OH Gambar 3.
Gambar  3        Contoh  struktur  molekul  trigliserida  trilaurin.    Bagian  kiri  adalah asam lemak dan bagian kanan adalah gliserol
Secara  kimia,    biodiesel  merupakan  alkil  ester  dari  asam  lemak.    Molekul biodiesel  dapat dilihat pada Gambar 4.    Ester biodiesel ini mengandung rantai
asam lemak pada satu sisi, dan pada sisi yang lain adalah hidrokarbon atau yang disebut  alkana.    Oleh  karena  itu,  biodiesel  merupakan  alkil  ester  asam  lemak.
Biasanya  bentuk  alkananya  yang  disebutkan  dalam  penamaan  alkil  ester,  seperti dalam menamakan “metil ester” atau “etil ester”.
19
Gambar    4    Molekul  Biodiesel.    Pada  bagian  atas  adalah  metil  ester,  di  bawah adalah etil ester
Solar  dan  biodiesel  keduanya  merupakan  campuran  senyawa  organik. Molekul solar yang ideal adalah setana.  Dibandingkan dengan setana, alkil ester
agak  lebih  panjang    dan,    lebih  penting  lagi,  mengandung  dua  atom  oksigen Turner 2005.   Kedua molekul ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar  5   Molekul setana atas dan etil ester bawah. Biodiesel  dan  solar  memiliki  komposisi  kimia  yang  agak  berbeda.    Solar
umumnya  terdiri  dari  30 35  hidrokarbon  aromatis  dan  65 70  paraffin  dan sedikit  olefin,  umumnya  terdiri  dari  alkil  ester  dengan    rantai  C
10
sampai  C
16
Chang  et  al.    1996.    Sebaliknya,    biodiesel  yang  berasal  dari  rapeseed,  kedele atau bunga biji matahari memiliki alkil ester dengan rantai C
16
sampai C
18
dengan
20 satu  sampai  tiga  ikatan  rangkap  setiap  molekulnya.    Minyak  solar  tidak
mengandung  oksigen,  sementara  oksigen  biodiesel  berkisar  11.    Perbedaan dasar antara minyak solar dengan biodiesel dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9   Perbedaan dasar antara minyak solar dengan biodiesel Mittelbach and Remschmidt  2004
Bahan bakar Solar Minyak Rapseed
Biodiesel rapseed
Komposisi C  :  H  :  O =
86,6: 13,4: 0 C  :  H  :  O =
77,6 : 11,5 : 10,9 C  :  H  :  O =
77,2 : 12,0 : 10,8 BM rata rata
120 320 883
296
2.3.2   Proses Produksi Biodiesel
Prinsip  dasar  pembuatan  biodiesel  adalah  transesterifikasi  trigliserida  dan esterifikasi asam lemak bebas. Reaksi transesterifikasi trigliserida dengan metanol
dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6  Reaksi transesterifikasi trigliserida dengan metanol menghasilkan metil ester dan gliserol
dimana  R
1
,  R
2
,  R
3
adalah  hidrokarbon  rantai  panjang,    kadang kadang  disebut rantai  asam  lemak.    Biasanya,  ada  lima  jenis  rantai  utama  dalam  minyak  nabati
dan  minyak  hewani:  palmitat,  stearat,  oleat,  linoleat,  dan  linolenat.    Bila trigliserida dikonversikan secara bertahap menjadi digliserida, monogliserida, dan
akhirnya ke gliserol, 1 mol ester lemak dibebaskan pada setiap langkah  Ma dan Hanna  1999.    Biasanya,  metanol  merupakan  alkohol  yang  lebih  disukai  untuk
memproduksi biodiesel karena biaya rendah.
21 Secara stoikiometri, reaksi transesterifikasi  memerlukan 3 mol alkohol per
1 mol trigliserida untuk menghasilkan 3 mol alkil ester dan 1 mol gliserol. Reaksi ini merupakan reaksi yang dapat balik.   Agar reaksi   transesterifikasi bergeser ke
kanan,    maka  diperlukan    alkohol  berlebih  di  dalam  reaksi.  Laju  reaksi memberikan  level  tertinggi  jika  kelebihan  100    metanol  digunakan.    Dalam
proses  industri,  nisbah  molar  alkohol:minyak    6:1  biasanya  digunakan  untuk memperoleh hasil metil ester yang yang lebih dari  98
Srivastava and  Prasad 2000; Meher et al. 2006.   Biasanya, katalis digunakan untuk  meningkatkan laju
reaksi dan konversi  Meher et al. 2006. Tabel  10  menunjukkan  perbandingan  berbagai  teknologi  untuk
menghasilkan  biodiesel.  Metode  yang  umum  digunakan  untuk  produksi biodiesel  adalah  transesterifikasi  minyak  nabati  dengan  metanol,  dengan
menggunakan katalis alkali, asam, enzim atau tanpa katalis alkohol superkritis. Metode  alkohol  superkritis  adalah  metode  transesterifikasi  trigliserida  dengan
alkohol  pada  suhu  dan  tekanan  diatas  titik  kritis alkoholnya  tanpa  menggunakan katalis Saka and Kusdiana 2001;  Kusdiana and Saka 2004;  Song et al.  2008.
Tabel  10  Perbandingan berbagai teknologi untuk menghasilkan biodiesel Sharma et al. 2008
o  Variabel Katalis Alkali
Katalis Lipase Katalis Asam
Superkritis Alkohol
1 Suhu Reaksi
K 60 70
30 40 55 80
339 385 2
ALB dalam bahan baku
Produk tersabunkan
Metil Ester Ester
Ester 3
Air dalam bahan baku
Mengganggu reaksi
Tidak berpengaruh
Mengganggu Reaksi
4 Hasil metil
ester Normal
Lebih Tinggi Normal
Bagus 5
Perolehan kembali
gliserol Sukar
Mudah Sukar
6 Pemurnian
metil ester Pencucian
Ulang Tidak ada
Pencucian berulang
7 Biaya Katalis
dalam produksi
Murah Relatif mahal
Murah Sedang
22 Variabel penting yang mempengaruhi hasil biodiesel  dari transesterifikasi;
mereka  adalah:  suhu  reaksi,    nisbah  molar  alkohol  dan  minyak,  katalis,  lama reaksi, kehadiran air, ALB, dan intensitas pengadukan Ma et al.  1999;
Srivastava and    Prasad
2000; Caili  and    Kusefoglu
2008;    Akgun  and  Iscan  2008.      Laju reaksi  sangat  ditentukan  oleh    suhu  reaksi.    Reaksi  ini  biasanya  dilakukan  dekat
titik didih alkohol pada tekanan atmosfer Srivastava and  Prasad
2000. Minyak  nabati  dan  lemak  dapat  mengandung  sejumlah  kecil  air  dan  ALB.
Untuk transesterifikasi menggunakan katalis alkali, katalis alkali yang digunakan akan bereaksi dengan ALB untuk membentuk sabun dan air Gambar 7.  Reaksi
ini  tidak  diinginkan  karena  sabun  menurunkan  hasil  biodiesel  dan  menghambat pemisahan  ester  dari  gliserol.    Selain  itu,  ia  berikatan  dengan  katalis,    hal  ini
menyebabkan  katalis  akan  diperlukan  lebih  banyak  dalam  reaksi  dan  dengan demikian proses akan melibatkan biaya yang lebih tinggi Gerpen et al.  2004.
Gambar  7      Reaksi  transesterifikasi  ALB  dengan  katalis  alkali  menghasilkan sabun dan air reaksi penyabunan
Air,  baik  berasal  dari  minyak  dan  lemak  atau  dibentuk  selama  reaksi penyabunan akan memperlambat transesterifikasi reaksi melalui reaksi hidrolisis.
Ia  dapat  menghidrolisis  trigliserida  menjadi    digliserida  dan  membentuk  ALB. Reaksi hidrolisis ini ditunjukkan pada Gambar 8  Leung et al.  2010.
Gambar  8    Reaksi  hidrolisis  trigliserida  dengan  air  menghasilkan  asam  lemak bebas dan digliserida
23 Namun  demikian,  ALB  dapat  bereaksi  dengan  alkohol  membentuk  ester
biodiesel  melalui  reaksi  esterifikasi  menggunakan  katalis    asam.    Reaksi  ini sangat berguna untuk penanganan minyak atau lemak dengan ALB tinggi, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 9 Leung et al. 2010.
Gambar 9      Reaksi esterifikasi ALB dengan metanol menghasilkan metil ester dan air
Perbedaan  transesterifikasi  dengan  esterifikasi  adalah,  pada  reaksi  yang pertama,  tri ester  dikonversi  menjadi  ester  secara  individu,  maka  disebut dengan
transesterifikasi.  Pada reaksi yang kedua, ester baru diciptakan, sehingga disebut dengan esterifikasi Turner 2005.
.
2.3.3    Proses  Transesterifikasi  Biodiesel  Menggunakan  Katalis  Kalsium Oksida CaO
Produksi  biodiesel  atau  lebih  umum  metil  ester  asam  lemak  dapat dikategorikan  menjadi  metode    homogen,  heterogen  dan  metode  non katalitik
tergantung  pada  jenis  katalis  yang  digunakan  dalam  proses.  Secara  tradisional, metode  homogen  merupakan  metode  yang  digunakan  dalam  banyak  produksi
biodiesel  komersial.  Namun,  metode  ini  memiliki  banyak  kelemahan.  Seperti dilaporkan  dalam  berbagai  kepustakaan,  metode  transesterifikasi  heterogen
terbukti  lebih  unggul  dibandingkan  dengan  metode  transesterifikasi  homogen terutama pada pemisahan dan pemurnian produk metil ester Ma and Hanna 1999;
Fukuda  et  al.  2001;    Van  Gerpen  2005;  Demirbas  2007;  Singh  2008.    Dalam metode  homogen,  reaktan,  katalis  dan  metil  ester  semua  berada  dalam  fase  cair,
sehingga  menghasilkan  proses  pemisahan  cair cair  yang  komplek.    Pemulihan katalis  homogen  juga  susah,  sehingga  mengakibatkan  hilangnya  bahan  berguna.
Katalis  larut  sepenuhnya  dalam  lapisan  gliserin  dan  sebagian  di  lapisan  metil ester.   Akibatnya,  biodiesel  harus  dibersihkan melalui  proses  pencucian air yang
lambat dan tidak ramah lingkungan.   Gliserin yang terkontaminasi dengan katalis
24 memiliki nilai lebih murah di pasar saat ini Demirbas 2007.  Di sisi lain, metode
heterogen, yang menggunakan katalis padat,  tidak memiliki keterbatasan seperti katalis homogen.  Proses pemisahan padat cair relatif lebih mudah dibandingkan
dengan  proses  pemisahan  cair cair  membuat  pemulihan  katalis  padat  jauh  lebih mudah.    Disamping  itu,    metode  heterogen  menghilangkan  pembentukan  sabun,
sehingga menghilangkan kebutuhan air dan mencegah pembentukan emulsi dalam campuran yang dapat menyulitkan proses pemisahan dan pemurnian.
Saat  ini  ada  banyak  katalis  heterogen  layak  digunakan  dalam  proses transesterifikasi seperti oksida logam Kim et al. 2004;   Xie et al.  2006;    Liu  et
al.  2007;    Yang  and    Xie  2007;  Granados  et  al.  2007;  Kansedo  et  al.  2009; kompleks logam Ferreira et al. 2007,  logam aktif dimuat pada penyangga Xie
and  Li  2006;  Xie  et  al.  2006,  zeolit  Suppes  et  al.  2004  ,    resin  Shibasaki Kitikawa et al.  2007; Lo´pez et al. 2007  membran Guerreiro et al.  2006; Dube
et  al.  2007,  lipase  Ranganathan  et  al.  2008    dan  hidrotalsit  Chantrell  et  al. 2005.    Beberapa  katalis  heterogen  ini  sudah  dipatenkan  dan  digunakan  dalam
produksi  komersial  biodiesel  Bournay  et  al.    2005.      Katalis  ini  telah  terbukti memiliki  aktivitas  tinggi  terhadap  proses  transesterifikasi.  Di  antara  beragam
katalis,  CaO  adalah  salah  satu  katalis  heterogen memiliki  sifat  yang  baik  seperti kebasaan lebih tinggi,  kelarutan rendah, harga yang lebih murah, dan lebih mudah
untuk menangani daripada  KOH Huaping et al 2006. Berbagai  percobaan  transesterifikasi  menggunakan  katalis  CaO  telah
dilaporkan. Namun, sebagian besar dari katalis tersebut ditambahkan bahan kimia tertentu  dan  digunakan  pada  minyak  selain  minyak  jarak,  seperti  pada  minyak
kedelai  Kouzu  et  al.  2007  dan  2008;  Liu  et  al.  2008,  minyak  bunga  matahari Granados  et  al.  2007;  Demirbas  2007;  Yan  et  al.  2008    Veljkovic´et  al.  2009;
Kawashima et al.  2009;  minyak rapeseed Huaping et al.  2006; Yan et al. 2008 dan microalgae Umdu et al.  2009.   Hanya satu dari katalis ini digunakan pada
jarak  pagar  Huaping  et  al.    2006,  dimana    CaO  komersial  direndamkan  pada larutan  ammonium  karbonat  sebelum  dikalsinasi.    Karena  metode  cuci  air  tidak
cocok  untuk  memurnikan  biodiesel  yang  disintesis  menggunakan  katalis  CaO, maka  pemurnian biodiesel dilakukan dengan menggunakan asam sitrat  Huaping
et  al.  2006.    Dalam  penelitian  ini,  katalis  yang  digunakan  adalah  CaO  yang
25 berasal  dari  pembakaran  batu  kapur  CaCO
3
tanpa  perendaman  dengan  bahan kimia  tertentu.  Sementara  itu,  pemurnian  biodiesel  dilakukan  dengan
menggunakan bentonit yang diaktivasi dengan asam sulfat.
2.3.4  Proses Transesterifikasi Biodiesel secara In situ
Beberapa  penyebab  tingginya  biaya  produksi  biodiesel  adalah  biaya penyediaan bahan baku yang tinggi dan implementasi proses produksi yang secara
operasional tidak efisien.  Salah satu alternatif adalah melakukan integrasi antara ekstraksi  minyak  dan  transesterifikasi  Hernandez  2005.    Proses  ini  dinamakan
dengan transesterifikasi in+situ Harrington and Evans 1985. Transesterifikasi  in situ Harrington dan D Arcy Evans 1985; Siler Marinkovic dan Tomasevic 1998;
Kildiran  et  al.  1996;    Hass  et  al.    2004,  merupakan  sebuah  metode  produksi biodiesel yang memanfaatkan produk produk asli pertanian mengandung  minyak
sebagai sumber
trigliserida untuk
langsung di transesterifikasi kan.
Beberapa  penelitian  terbaru  menunjukkan  bahwa  metode  ini  sangat menjanjikan untuk dikembangkan.    Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
partikel,  suhu,  konsentrasi  pelarut,  kadar  air  dan  pengadukan  berpengaruh terhadap  hasil  dan  selektivitas  Hernadez  et  al.  2005;    Georgogianni  2008  dan
penggunaan  metanol  alkali  sebagai  pelarut  dapat  menurunkan  kandungan  toksik dari  biji  seperti  pada  biji  kapuk  sehingga  bungkil  biji  kapuk  tersebut  dapat
digunakan sebagai sumber pakan kaya protein Qian et al.  2008.
2.3.5  Kualitas biodiesel dan faktor faktor yang mempengaruhi
Indonesia  telah  menyusun  Standar  Nasional  Indonesia  untuk  kualitas biodiesel  SNI  04 7182 2006.      Standar  ini  disusun  dengan  memperhatikan
standar  sejenis  yang  sudah  berlaku  di  luar  negeri  seperti  ASTM  D6751  di Amerika  Serikat  dan  EN  14214:2002  E  untuk  negara  Uni  Eropa.    Syarat  mutu
biodiesel ester alkil dan metode uji yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 11.
26 Tabel 11  Syarat mutu biodiesel ester alkil dan metoda uji yang digunakan pada
S-I 04+7182+2006 No  Parameter
Satuan Nilai
Metoda Uji
1 Massa jenis pada 40
o
C kgm
3
850 890
ASTM D 1298
2 Viskositas
kinematik pada
40
o
C Mm2s cSt
2,3 – 6,0
ASTM D 445
3 Angka setana
Min.51
ASTM D 613
4 Titik nyala mangkok tertutup
o
C Min.100
ASTM D 93
5 Titik kabut
o
C
ASTM D 2500
6 Korosi  lempeng  tembaga  3
jam pada 50
o
C Maks.
No.3
ASTM D 130
7 Residu karbon
dalam contoh asli dalam 10 ampas distilasi
massa Maks.0,05
Maks.0,30
ASTM D 4530
8 Air dan sedimen
vol Maks 0,05
ASTM D 2709 ASTM D 1796
9 Suhu distilasi 90
o
C Maks. 360
ASTM D 1160
10 Abu tersulfatkan
massa Maks.0,02
ASTM D 874
11 Belerang
ppm m mgkg
maks.100
ASTM D 5453 ASTM D 1266
12 Fosfor
ppm m mgkg
Maks. 10
AOCS Ca 12 55
13 Angka asam
Mg KOHg Maks.0,8
AOCS Cd 3 63 ASTM D 664
14 Gliserol bebas
massa Maks.0,02
AOCS Ca 14 56 ASTM D 6584
15 Gliserol total
massa Maks.0,24
AOCS Ca 14 56 ASTM D 6584
16 Kadar ester alkil
massa Min. 96,5
Dihitung
17 Angka iod
massa Maks.115
AOCS Cd 1 25
18 Uji Halphen
negatif
AOCS Cd 1 25
Catatan: Kadar ester  massa = 100 A
s
A
a
4,57G
ttl
A
s
dengan pengertian: A
s
Adalah  angka  penyabunan  yang  ditentukan  dengan  metoda  AOCS  Cd  3 25,  mg  KOHg biodiesel
A
a
Adalah  angka asam  yang  ditentukan dengan  metoda AOCS  Cd  3 63 atau  ASTM  D 664, mg KOHg biodiesel
G
ttl
Adalah kadar gliserol total dalam biodiesel  yang ditentukan dengan metoda AOCS Ca 14 56, massa
Kualitas biodiesel dipengaruhi oleh: kualitas minyak feedstock, komposisi asam  lemak  dari  minyak,  proses  produksi  dan  bahan  lain yang  digunakan  dalam
proses  dan  parameter  pasca produksi  seperti  kontaminan  Gerpen  2004. Kontaminan  tersebut  diantaranya  adalah  bahan  tak  tersabunkan,  air,  gliserin
27 bebas,  gliserin  terikat,  alkohol,  ALB,  sabun,  residu  katalis,  sulfur,  aromatik  dan
abu Gerpen 1996;  Bajpai and Tyagi 2006.
Viskositas  kinematik  menunjukkan  “resistansi  aliran  cairan  pada  kondisi
gravitasi”.    Viskositas  kinematik  sama  dengan  viskositas  dinamikdensitas. Parameter ini merupakan spesifikasi rancangan dasar untuk injektor bahan bakar
yang digunakan pada mesin diesel Gerpen et al.  2004.   Viskositas adalah sifat yang paling penting dari biodiesel karena mempengaruhi pengoperasian peralatan
injeksi  bahan  bakar,  terutama  pada  suhu  rendah  saat  kenaikan  viskositas mempengaruhi  fluiditas  bahan  bakar.  Biodiesel  memiliki  viskositas  yang
mendekati  bahan  bakar  diesel    Arisoy  2008.    Bila  viskositas  tinggi,  maka injektor tidak akan bekerja dengan baik Gerpen et al.  2004.
Densitas  adalah  berat  biodiesel  per  satuan  volume.    Ia  merupakan  sifat
penting lainnya dari biodiesel.  Alat injeksi bahan bakar bekerja pada basis ukuran volume,  sehingga  apabila  densitas  lebih  besar  akan  menyebabkan  massa  yang
diinjeksikan lebih besar pula Arisoy 2008.  Densitas biodiesel  akan meningkat dengan  meningkatnya  jumlah  ikatan  rangkap  dan  berkurangnya  panjang  rantai
Mittelbach and Remschmidt 2004.   Hal ini dapat dilihat pada  Tabel 12.
Tabel 12   Densitas  biodiesel berdasarkan panjang rantai dan ikatan rangkapnya Mittelbach and Remschmidt 2004
FAME Densitas kgm
3
FAME Densitas kgm
3
C 6 : 0 889
C 16:0 884
C 8 : 0 881
C 18:0 852
C 10 : 0 876
C 18:1 874
C 12 : 0 873
C 18:2 894
C 14 : 0 867
C 18:3 904
28 Minyak  nabati  memiliki  viskositas  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan
biodiesel.    Viskositas  yang  tinggi  ini  akan  mempengaruhi  kecepatan  alir  bahan bakar  melalui  injektor  sehingga  dapat  mempengaruhi  atomisasi  bahan  bakar  di
dalam  ruang  bakar.      Selain  itu,  viskositas  yang  tinggi  juga  berpengaruh  secara langsung  terhadap  kemampuan  bahan  bakar  bercampur  dengan  udara.    Dengan
demikian, viskositas yang tinggi tidak diharapkan pada bahan bakar mesin diesel. Hal  inilah  yang  mendasari  perlunya  dilakukan  proses  kimia  transesterifikasi,
untuk  menurunkan  viskositas  minyak  tumbuhan  sehingga  mendekati  viskositas solar Knothe  2005.
Menurut  Krisnangkura  et  al.    2006  viskositas  dipengaruhi  oleh  jumlah karbon dari asam lemak penyusun biodiesel dan suhu.  Jumlah karbon yang lebih
banyak  dan  suhu  yang  lebih  rendah  cenderung  menyebabkan  meningkatnya kekentalan  Gambar 10.
Angka setana menunjukkan seberapa cepat bahan bakar mesin diesel yang
diinjeksikan  ke  ruang  bakar  dapat  terbakar  secara  spontan  setelah  bercampur dengan  udara.    Semakin  cepat  bahan  bakar  mesin  diesel  terbakar  setelah
diinjeksikan  ke  dalam  ruang  bakar,  semakin  tinggi  angka  setana  bahan  bakar tersebut  Prakash  1998.
Gambar    10.  Viskositas  kinematika  asam  lemak  rantai  pendek  pada  berbagai perbedaan suhu Krisnangkura et al.  2006
29 Cara  pengukuran  angka  setana  yang  umum  digunakan,  seperti  standar
ASTM D613 atau ISO 5165, adalah dengan menggunakan heksadekana C
16
H
34
, yang memiliki nama setana sebagai patokan tertinggi angka setana = 100, dan
2,2,4,4,6,8,8 heptamethylnonane HMN yang memiliki komposisi C
16
H
34
sebagai patokan  terendah  angka  setana  =15  Knothe  2005;  Arisoy  2008.      Menurut
Prakash  1998,  dari  skala  tersebut  dapat  diketahui  bahwa  hidrokarbon  jenuh dengan  rantai  lurus  memiliki  angka  setana  yang  lebih  tinggi  dibanding
hidrokarbon  rantai  bercabang  atau  senyawa  aromatik  pada  berat  molekul  dan jumlah  atom  karbon  yang  sama.    Angka  setana  berkorelasi  dengan  tingkat
kemudahan  penyalaan  pada  suhu  rendah  cold  start  dan  rendahnya  kebisingan pada  kondisi  diam.    Angka  setana  yang  tinggi  juga  berhubungan  dengan
rendahnya polutan NO
x
Knothe 2005. Secara  umum  biodiesel  memiliki  angka  setana  yang  lebih  tinggi  daripada
solar Gambar 11 Prakash 1998.   Panjangnya rantai hidrokarbon yang terdapat pada  ester  alkil  ester  asam  lemak,  misalnya  menyebabkan  tingginya  angka
setana  biodiesel  dibandingkan  dengan  diesel  Knothe  2005.    Hal  inilah  yang merupakan  keunggulan  yang  nyata  biodiesel  dibanding  dengan  solar  berkenaan
dengan penampilan mesin dan emisi dan membuat mesin yang diberi bahan bakar biodiesel lebih lancar dan kurang berisik.
Gambar 11  Perbandingan angka setana  metil ester dari berbagai minyak nabati dengan minyak solar nilai diambil dari Mittelbach and Remschmidt
2004
30 Pada  ester  yang  berasal  dari  lemak  jenuh,  angka  setana  dari  alkil  ester
meningkat  dengan  meningkatnya  panjang  rantai  asam  lemaknya.    Sebaliknya, angka  setana  akan  menurun  dengan  meningkatnya  jumlah  ikatan  rangkapnya.
Untuk lebih jelasnya hal ini dapat dilihat pada Tabel 13.
Titik  nyala  merupakan  kemampuan  terbakar  flammability  bahan  bakar
yang  merupakan  parameter  untuk  mengetahui  dampak  berbahaya  selama perjalanan  atau penyimpanannya Mittelbach and Remschmidt 2004.  Titik nyala
dari metil ester murni  200
o
C, diklasifikasikan sebagai “tidak mudah terbakar”. Walau  bagaimanapun,  selama  produksi  dan  pemurnian  biodiesel,  tidak  semua
metanol dapat dihilangkan, sehingga membuat biodiesel menjadi mudah terbakar dan  lebih  berbahaya  untuk  menangani  dan  disimpan jika  titk  nyala  ini  di  bawah
130
o
C Gerpen et al.   2004. Tabel  13      Perbandingan  angka  setana    beberapa  alkil  ester  dari  berbagai  asam
lemak  Mittelbach and Remschmidt 2004
C10:0 C12:0
C14:0 C16:0
C18:0 C18:1
C18:2 C18:3
Metil ester asam lemak Angka
setana 47,9
60,8 73,5
74,3 75,7
55,0 42,2
22,7 Etil ester asam lemak
Angka setana
76,8 53,9
37,1 26,1
1 propil ester asam lemak Angka
setana 69,9
55,7 40,6
26,8 2 propil ester asam lemak
Angka setana
82,6 96,5
86,6
Air dan sedimen merupakan ukuran untuk kebersihan bahan bakar.  Jumlah
air yang tinggi harus dihindari karena air dapat bereaksi dengan ester membentuk asam  lemak  bebas,  dan  dapat  mendorong  pertumbuhan  mikroba  pada  tangki
penyimpanan  yang  dapat  menyebabkan  terbentuknya  sedimen  Gerpen  et  al. 2004;  Bajpai  and  Tyagi  2006.    Sedimen  dapat  menyumbat  saringan  dan  dapat
31 berkontribusi  pada  pembentukan  deposit  pada  injektor  dan  kerusakan  mesin
lainnya.      Jumlah  sedimen  pada  biodiesel  dapat  meningkat  sepanjang  waktu sebagaimana  bahan  bakar  ini  mengalami  degradasi  selama  penyimpanan  yang
lama Gerpen et al.  2004.
Gliserol  bebas  merupakan  gliserol  yang  hadir  sebagai  molekul  gliserol
dalam  bahan  bakar.    Gliserol  bebas  merupakan  hasil  dari  pemisahan  yang  tidak sempurna dari ester dan gliserol hasil reaksi transesterifikasi. Keberadaan gliserol
bebas  dapat menjadi  sumber  deposit  karbon  pada  mesin  disebabkan  pembakaran yang tidak sempurna Gerpen at al.  2004.
Gliserol  total  merupakan  jumlah  gliserol  bebas  dan  gliserol  terikat.
Gliserol  terikat  merupakan  bagian  gliserol  dari  mono ,  di ,  dan  trigliserida. Peningkatan  jumlah  gliserol  total  merupakan  indikator  reaksi  esterifikasi  yang
tidak sempurna Gerpen at al.  2004.
Bilangan iod pada biodiesel menunjukkan tingkat ketidakjenuhan senyawa
penyusun  biodiesel.      Disatu  sisi,  keberadaan  senyawa  lemak  tak  jenuh meningkatkan  performansi  biodiesel  pada  suhu  rendah,  karena  senyawa  ini
memiliki titik leleh melting point yang lebih rendah sehingga berkorelasi dengan titik  kabut  cloud  point  dan  titik  tuang  pour  point  yang  juga  rendah  Knothe
2005.    Namun  di  sisi  lain,  banyaknya  lemak  tak  jenuh  di  dalam  biodiesel memudahkan  senyawa  tersebut  bereaksi  dengan  oksigen  di  atmosfir  dan
terpolimerisasi Azam et al. 2006. Bilangan  iod  yang  tinggi  cenderung  membentuk  polimer  dan  membentuk
deposit  pada  injector  nozel,  cincin  piston  dan  cincin  piston  jika  ia  dipanaskan. Namun  demikian  hasil  uji  mesin  mengindikasikan  bahwa  reaksi  terjadi  secara
signifikan  hanya  pada  ester  asam  lemak  yang  mengandung  3  atau  lebih  ikatan rangkap.  Itulah  sebabnya  lebih  baik  membatasi  kandungan  ketidakjenuhan  yang
tinggi dalam biodiesel dibandingkan total ketidakjenuhan seperti yang dinyatakan oleh bilangan iod Mittelbach and Remschmidt 2004
Bilangan  asam  merupakan  ukuran  langsung  dari  asam  lemak  bebas  pada
biodiesel.    Asam  lemak  bebas  dapat  menyebabkan  korosi.    Bilangan  asam  ini dapat  meningkat  menurut  waktu  disebabkan  bahan  bakar  akan  mengalami
degradasi disebabkan kontak dengan udara dan air Gerpen at al.  2004.
32
Stabilitas  penyimpanan  berhubungan  dengan  kemampuan  bahan  bakar
untuk  menahan  perubahan  kimia  selama  penyimpanan.      Perubahan  ini  biasanya terdiri  dari  oksidasi  disebabkan  adanya  kontak  dengan  oksigen  dari  udara.
Komposisi  asam  lemak  biodiesel  merupakan  faktor  penting  dalam  menentukan stabilitas terhadap udara Gerpen et al.  2004.
Angka  setana,    panas  pembakaran  heat  of  combustion,  titik  cair  dan  titik didih,  viskositas  akan  meningkat  dengan  meningkatnya    panjang  rantai  dan
kejenuhan    dan  menurun  dengan  meningkatnya  ketidakjenuhan  asam  lemak Graboski 1997; Prakash 1998; Knothe 2005.   Tabel 14 menggambarkan profil
asam  lemak  dari  berbagai  sumber  minyak  dan  pengaruhnya  terhadap  sifat  fisik biodiesel.    Sementara  Tabel  15  menunjukkan    pengaruh  struktur  kimia  terhadap
titik cair dan titik didih asam lemak dan metil esternya. Tabel  14    Profil  asam  lemak  beberapa  minyak  dan  sifat  sisik  biodiesel  yang
dihasilkannya Soriano et al.  2006
Jenis Minyak
Komposisi asam lemak Sifat Fisik Biodiesel
Jenuh 16:0
18:0 18:1
18:2 18:3
Viskositas dinamik,cp
Viskositas Kinematik,cSt
Titik  tuang ,
o
C Titik
kabut,
o
C Titik
nyala,
o
C SFO
6 3
17 74
3,75 ± 0,01 4,30 ± 0,01
5,0 ±  0.0 1,0 ± 0.0
181 ±  1 9
SBO 12
3 23
55 6
3,58 ± 0,01 4,12 ± 0,01
2,0 ±  0.0 1,0 ± 1.0
186 ±  2 15
PMO 45
4 40
10 ± 0,00
5,15 ±  0,02 12,0 ±  0.00
18,0 ±  1.0 179 ± 3
50 RSO
3 1
64 22
8 3,85 ± 0,01
4,43±  0,02 13 ±  1.0
4,0 ±  1.0 178 ±  0
4
Mengandung sekitar 1 asam lemak  14:0. SFO   minyak biji bunga matahari;  SBO   minyak kedele;  PMO – minyak sawit; RSO – minyak rapseed
33 Tabel 15   Pengaruh struktur kimia terhadap titik cair dan titik didih asam lemak
dan metil esternya Graboski, 1997; cit. Prakash, 1998; Knothe 2005
Rantai Asam
Jumlah Karbon
Struktur Asam
Metil ester
Titik Cair
o
C Titik
Didih
o
C Titik
Cair
o
C Titik
Didih
o
C
Kaprilat 8
CH
3
CH
2 6
COOH 16,5
239 40
193 Kaprat
10 CH
3
CH
2 8
COOH 31,3
269 18
224 Laurat
12 CH
3
CH
2 10
COOH 43,6
304 5,2
262 Miristat
14 CH
3
CH
2 12
COOH 58,0
232 19
295 Palmitat
16 CH
3
CH
2 14
COOH 62,9
349 30
415 Palmitoleat
16 CH
3
CH
2 5
CH=CHCH
2 7
COOH 33
Stearat 18
CH
3
CH
2 16
COOH 69,9
371 39,1
442 Oleat
18 CH
3
CH
2 7
CH=CHCH
2 7
COOH 16,3
19,9 Linoleat
18 CH
3
CH
2 4
CH=CHCH
2
CH=CHC H
2 7
COOH 5
35 Linolenat
18 CH
3
CH
2
CH=CHCH
2
CH=CHCH
2
C H= CHCH
2 7
COOH 11
Arakidat 20
CH
3
CH
2 18
COOH 75,2
50 Eikosenoat
20 CH
3
CH
2 7
CH=CHCH
2 9
COOH 23
15 Behenat
22 CH
3
CH
2 20
COOH 80
54 Erukat
22 CH
3
CH
2 7
CH=CHCH
2 11
COOH 30
Pengaruh  panjang  rantai  dan  ketidakjenuhan  pada  beberapa  sifat  bahan bakar FAME  murni ditunjukkan pada Gambar 12 Soriano et al. 2006. Semakin
panjang  rantai  asam  lemaknya  maka  semakin  tinggi  titik  tuang,  titik  kabut, viskositas  dan  titik  nyala.    Namun  demikian  sifat  tersebut  akan  turun  dengan
adanya ikatan rangkap.
34
Gambar 12   Pengaruh panjang rantai dan ketidakjenuhan terhadap titik tuang, titik kabut, titik nyala, dan  viskositas biodiesel Soriano et al.   2006
2.3.6  Sifat Biodiesel pada Suhu Dingin Cold temperature properties
Sifat  bahan  bakar  terhadap  perubahan  suhu  merupakan  kriteria  mutu  yang penting  pada  daerah  beriklim  dingin.    Untuk  menguji  sifat  biodiesel  pada  suhu
dingin Cold temperature properties beberapa parameter disarankan, diantaranya adalah:    Titik  kabut  cloud  PointCP,  titik  tuang  Pour  pointPP,    cold+filter
plugging point CFPP dan low+temperature flow test LTFT serta cristalisation onset  temperature  Tco  Mittelbach  and  Remschmidt  2004.    Untuk  lebih
jelasnya hal ini dapat dilihat pada Tabel 16.
35 Seperti  halnya  bahan  bakar  solar  yang  merupakan  fraksi  minyak  bumi,
biodiesel  juga  akan  menjadi  berkabut  cloudy  pada  saat  udara  dingin,  minyak akan  berubah  menjadi  kristal  lilin  yang  akan  menyumbat  saluran  filter  bahan
bakar.  Titik kabut Cloud Point merupakan suhu dimana kristal tersebut terlihat
Mittelbach  and  Remschmidt  2004.  Titik  kabut  merupakan  faktor  kritis  dalam penampilan hampir semua mesin diesel pada cuaca dingin Gerpen et al. 2004.
Tabel  16    Nilai  CP,  PP  dan  CFPP  solar  dibandingkan  dengan  biodiesel Mittelbach and Remschmidt 2004
Nilai Solar
Rape seed
Zaitun Biji bunga
matahari kedele
kelapa sawit
tallow
CP 15
2 2
1 12
13 14
PP 33
9 6
3 2
12 CFPP
18 15
9 3
2 8
1 13
Bila udara menjadi lebih dingin, maka kristal lilin tersebut akan menjadi gel dan  memadat  sehingga  tidak  dapat  mengalir.    Suhu  terendah  dimana  biodiesel
mulai  tidak  mengalir  disebut  dengan  titik  tuang    pour  point  Mittelbach  and Remschmidt 2004.
Alkohol  yang  lebih  panjang    atau  alkohol  sekunder  memperbaiki  sifat mengalir    flow  properties  dari  biodiesel  yang  dihasilkan    Foglia  et  al.  1997
dan  Lang et al. 2001.  Untuk melihat pengaruh panjang rantai alkohol terhadap sifat mengalir  flow properties dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17   Pengaruh alkohol yang lebih panjang  atau alkohol sekunder terhadap sifat  mengalir    flow  properties  dari  alkyl  ester biodieselFoglia  et
al. 1997
Alkil ester CP
o
C PP
o
C CFPP
Metil ester 17
15 9
Etil ester 15
12 8
1 propil ester 12
9 7
1 butil ester 9
6 3
2 butil ester 9
4
36
2.4   Konversi Minyak Jarak Pagar Menjadi Biodiesel
Biodiesel  atau  alkil  ester  dari  minyak  jarak  pagar  dapat  dihasilkan  dengan proses  esterifikasi  dan  transesterifikasi  trigliserida  minyak.  Transesterifikasi
berfungsi  untuk  menggantikan  gugus  alkohol  gliserol  dengan  alkohol  sederhana seperti  metanol  atau  etanol.      Katalis  yang  biasa  digunakan  adalah  NaOH  atau
KOH.      Komposisi  asam  lemak  minyak  jarak  dibandingkan  dengan  minyak rapseed  dan  kedele    tercantum  pada  Tabel  18.    Sementara  itu  bagaimana
perbandingan  sifat  solar  diesel,  minyak  jarak  dan  biodiesel  dari  jarak  pagar dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel  18        Distribusi  asam  lemak  minyak  jarakpagar,  rapeseed  dan  kedelai berat
No Asam lemak
Minyak jarak
b
Minyak Rapeseed Minyak kedelai
1 Asam miristat
0 0,1 1
0,1 2
Asam palmitat 14,1 15,3
3,5 11,4
3 Asam stearat
3,7 9,8 0,9
3,2 4
Asam arakidat 0 0,3
0,4 2,4 0,2
5 Asam behenat
0 0,2 0,6 2,5
0,3 2,4 6
Asam palmitoleat 0 1,3
0 0,1 0,1 1
7 Asam oleat
34,3 45,8 64,1
21,8 8
Asam linoleat 29 44,2
12 22 54,9
9 Asam linolenat
0 0,3 7 9
8,3
a
Diadopsi dari Guvitz, Mittelbach and Trabi 1999
Tabel 19     Sifat solar, minyak  dan metil ester dari minyak jarak pagar Mittelbach and Remschmidt 2004
Sifat Solar
Minyak jarak Metil ester
minyak jarak Metanol
1. Densitas kg m
3
840 918,6
880 790
2. Kalori kJ kg
1
42490 39774
38450 19674
3. Viskositas cSt 4.59
49,93 5,65
4. Bilangan setana 45 55
40 45 50
3 5 5. Titik nyala
o
C 50
240 170
6. Residu Karbon 0,1
0,64 0,5
0,0
37 Tabel  20  menunjukkan hasil  penelitian  mengenai    produksi  biodiesel jarak
pagar pada  berbagai kondisi.   Jenis dan jumlah variabel seperti  alkohol, ALB, rasio  molar,  katalis,  reaksi  suhu,  waktu  reaksi,  kecepatan  dan  cara  mengaduk
mempengaruhi  hasil  dan    konversi  biodiesel.    Ada  beberapa  variasi    proses transesterifikasi  minyak  nabati  dalam  produksi    biodiesel  jarak  pagar  yang
tersedia saat ini.   Di antaranya  adalah  perlakuan menggunakan katalis homogen Foidl et al. 1996;   Sudrajat et al. 2005;  Tiwari et al. 2007;  Sarin et al.  2007;
Chitra et al. 2008;  Berchmans and Hirata 2008 ;   katalis heterogen Huaping et al.  2006;  Vyas  et  al.  2009  atau  katalis enzim   Su  et al.  2007;  Shah and  Gupta
2007;    Rathore  and  Madras  2007;    Shah  and  Gupta  2007;  Devanesan  et  al. 2007; Tamalampudi et al. 2008;  Su et al. 2009,  alkohol superkritis tanpa katalis
Rathore and Madras 2007;  Tang et al. 2007 dan katalisis menggunakan enzim lipase dan ekstraksi secara in situ Su et al. 2007,  hidrolisis dan esterifikasi tanpa
katalis Su et al. 2009 and Shuit et al.  2010.
38 Tabel 20   Produksi biodiesel dari jarak pada  berbagai kondisi proses
o Minyak
Tahapan Trans
esterifikasi Alkohol
Donor alkil Molar Ratio
alkohol donor  alkil
:minyak Katalis
Suhu Reaksi
K Waktu
Pengadukan
Hasil bobot
Referensi
1 ALB
0,29 1,27
Dua tahap Katalis alkali
Katalis alkali Metanol
Metanol 4,50: 1 mol
dua bagian satu bagian
KOH 1.5wt dua bagian
satu bagian 333
333 30 mnt
30 mnt ada
ada 92
Foidl et al. 1996
Foidl et al. 1996
ALB 0,29
1,27 Dua tahap
Katalis alkali Katalis asam
Etanol Etanol
6,9:1,14 mol KOH 1.5wt
H
2
SO
4
, 2wt 348
353 90 mnt
6 jam ada
ada 88.4
2 ALB
3.09 Satu tahap
Metanol 20 ww
NaOH 1wt 333
90 mnt ada
98 Chitra et al.
2005 3
ALB 44.15
Dua tahap: Katalis asam
Katalis alkali Metanol
Metanol 20 vv
40 vv H
2
SO
4
2 KOH 0.3
333 333
90 mnt 90 mnt
Sudradjat et al. 2005a
4
Tidak dijelaskan
Dua tahap Katalis asam
Katalis alkali Metanol
Metanol 20 vv
10 vv HCl 1
NaOH 0.5 333
333 42 mnt
30 mnt Sudradjat et
al. 2005b 5
Tidak dijelaskan
Satu tahap Propan 2 ol
4:1 30
Candida antarctica
lipase B
diimmobilisasi pada macroporous acrylic
323 8 jam
150 rpm 92,8
Modi et al. 2006
6
Tidak dijelaskan
Satu tahap metanol
9:1 CaO diaktivasi 1,5
343 2,5 jam
Huaping  et al. 2006
39
Tabel 20   Lanjutan..............................
7
Tidak dijelaskan
Satu tahap Etil asetat
Nisbah Etil asetat:
minyak 11:1 10  of  Novozym 435
immobilisasi  Candida antarctica lipase B
323 12 jam
150 rpm Modi et al.
2007
8 KA
4.62 Satu  tahap:  In
situ reactive
extraction Metil
asetat Etil asetat
Nisbah pelarutbiji
7.5:1 30 ww of
Novozym435 lipase B from Candida
antarctica, di immobilisasi pada
macroporous acrylic 323
36 jam 180 rpm
86,1 87,2
Su et al. 2007
9
Tidak dijelaskan
Satu tahap Metanol
3:1 NaOHKOH
1 wt 2 4 jam
ada Sarin et al.
2007 10
2,71 ALB
Satu  tahap Biocatalyst
Etanol 4:1
Pseudomonas  cepacia lipase diimobilisai pada
celite 323
8 jam 200 rpm
98 Shah and
Gupta 2007 11
ALB 14
Dua tahap: Katalis asam
Katalis Alkali Metanol
Metanol 0,28 vv
0,16 vv H
2
SO
4
, 1.43 vv KOH
3,5+bilangan asam wv
333 333
88 min 24 min
99 Tiwari et al.
2007 12
ALB 14,9
14,9 Satu tahap
Katalis alkali Dua tahap
Katalis asam Katalis Alkali
Metanol Metanol
70 ww 60 ww
24 ww NaOH, 3,3wt
H
2
SO
4
, 1wt NaOH 1.4 ww
338 323
323 2 jam
1 jam 2 jam
400 rpm 55
90 Berchmans
and Hirata 2007
13 ALB
8,7 Satu tahap
Metanol 4 : 1
Immobilized P
flourescence  6  wv dari minyak
313 48 jam
150 osicillation
min shaking 72
Devanesan et al.  2007
14 air
1,5wt Satu tahap
Metanol 3 : 1
Lipase  6  wt    dari minyak
303 60 jam
150 rpm 80
Tamalampudi 2008
40
15 RBDO
Satu tahap Metanol
Etanol 9 : 1
9 : 1 NaOCH
3
0.8 NaOCH
3
0.8 318
318 30 mnt
45 mnt 300 rpm
300 rpm 96,29
96,29 Tapanes et al.
2008 16
ALB 5.29
Satu Tahap Metanol
12:1 Katalis
35KNO
3
Al
2
O
3
6 343
6 jam 600 rpm
84 Vyas
et al.
2009 17
ALB 4,3
Satu Tahap Metanol
Tidak dijelaskan
KOH 296
2 jam 5000rpm
98 De  Oliveira  et
al. 2009 18
ALB 7 Dua tahap
Metanol Metanol
12wt 20:1 to ALB
6:1 H
2
SO
4
, 1 Metatitanic acid, 4
KOH, 1,3 343
373 337
2 jam 90 mnt
20 mnt 1500rpm
97 98
Lu et al. 2009
19 Tidak
dijelaskan
Dua Tahap Air
dimetil karbonat
4:1 vv 217:1
Hidrolisis Non katalitik
543 27MPa
573 9MPa
25 mnt 15 mnt
97 Ilham  and  Saka
2010
20
Bubuk jarak
Dua tahap n Hexane
metanol etanol
10:1ww+ 5:1 ww
3:1 3:1
Novozym435, 10ww
Novozym435, 10ww
6 jam 2jam
10jam 180rpm
180 rpm 180rpm
180rpm 45,9
59,4 Su et al. 2009
21
Bubuk jarak
Satu tahap insitu
dimetil karbonat
dietil karbonat
Novozym435, 10ww
323 10jam
180 rpm. 77,6
84,2 Su et al. 2009
22
Tidak dijelas
kan
Dua tahap Air:asam
asetat  99 100 ml:
0,25 ml Metanol
10 ml minyak
Hidrolisis Non katalitik
54311 Mpa
56311 1 MPa
1 jam 15 menit
92 99
Chen et
al. 2010
23
20 g, bubuk
daging biji
Satu Tahap Metanol
Metanol:biji 7.5mlg
H
2
SO
4
15 wt dari biji dan  n hexane
10 vol of solvent 333
24 jam 99,8
Shuit et
al. 2010
41
41
2.5   Potensi Bungkil Jarak Pagar sebagai Sumber Protein untuk Pakan
Meskipun  biji  jarak  pagar  kaya  dengan  minyak  dan  protein,    namun  ia sangat beracun sehingga tidak cocok untuk konsumsi manusia atau hewan secara
langsung King et al.  2009.  LD
50
bagi  konsumsi forbol ester untuk tikus jantan adalah 27,34 mg  kg massa tubuh;  dan LD
5
dan LD
95
adalah 18,87 dan 39,62 mg kg massa tubuh, masing masingnya Li et al. 2010.  Pemanfaatan bungkil jarak
pagar  yang  layak  dan  sukses  tidak  dapat  dicapai  tanpa    penghilangan  semua senyawa  anti  gizi  Gaur  2009.    Martınez Herrera  et  al.  2006  mempelajari
kualitas  gizi  dan  dampak  berbagai  perlakuan  teknik  pemrosesan  hidrotermal, ekstraksi  pelarut,  ekstraksi  pelarut  ditambah  NaHCO
3
dan  perlakuan  dengan radiasi  ion  untuk  menonaktifkan  faktor  antigizi  daging  buah  jarak  pagar  yang
lemaknya  telah  dihilangkan  pada  varitas  yang    beracun  dan  tidak  beracun  dari berbagai  daerah  di  Meksiko.      Inhibitor  tripsin  dengan  mudah  dapat  di
nonaktifkan menggunakan uap panas dengan suhu 121
o
C selama 25 menit.  Fitat dapat diturunkan sedikit dengan  irradiasi pada 10 kGy.  Kandungan saponin dapat
dikurangi melalui ekstraksi dengan etanol dan irradiasi.   Ekstraksi dengan etanol, diikuti  dengan  NaHCO
3
0,07    menurunkan  aktivitas    lektin    dan  forbol  ester sebesar    97,9  dalam  biji.    Sementara  digestabilitas  in  vitro    akan  meningkat
antara 78,6 dan  80,6.  Ia meningkat sekitar 86 melalui perlakuan panas. Bungkil jarak pagar yang diperoleh dari perlakuan  4,0 NaOH pada suhu
121
o
C    selama  30  menit  diikuti  baik  dengan  mencuci  dua  kali  dengan  92 metanol  atau  empat  kali  dengan  air  suling,    memperlihatkan  hasil  detoksifikasi
yang  bagus.    Kandungan  forbol  ester  bungkil  jarak  setelah  detoksifikasi  dengan perlakuan ini menjadi tidak dapat dideteksi.  Namun demikian, pada bungkil yang
hanya dicuci dengan air,  bungkil ini masih memiliki bau NaOH yang kuat dan hal ini  memberikan  dampak  penerimaan  yang  negatif  di  dalam  asupan  makanan.
Pencucian dengan metanol terlihat menjanjikan untuk detoksifikasi bungkil jarak asalkan metanol yang digunakan dapat didaur ulang sehingga biaya detoksifikasi
menjadi ekonomis
Aregheore  et al.  2003.
Hasil  penelilitian  Chivadi  et  al.  2004  menunjukkan  bahwa  detoksifikasi bungkil jarak dengan pelarut hexan dan etanol diikuti dengan perlakuan uap panas
121
o
C  selama  30  menit  belum  dapat  menghilangkan  lektin  dan  tripsin  secara
42 keseluruhan dan masih meninggalkan residu forbol ester 1,90 mgg daging biji.
Angka  ini  lebih  tinggi  daripada  kandungan  forbol  ester  pada  jarak  pagar  yang tidak beracun 0,11 mgg daging biji.
Rakshit et al. 2008 menyelidiki pengaruh panas dan detoksifikasi  bungkil secara kimia dan mengevaluasi perlakuan bungkil tersebut pada pertumbuhan dan
histologinya  pada  tikus.     Hasil  penelitiannya  mengindikasikan  bahwa  perlakuan 2 NaOH atau 2 CaOH
2
diikuti dengan uap panas dari autoklaf pada suhu 131
o
C  selama  30  menit  dan  pencucian  dengan  air  1:5  wv  dapat  menurunkan kandungan  forbol  ester  secara  sangat  berarti.  Namun  demikian  pada  uji  diet
terhadap    tikus  jantan  menunjukkan  masih  terjadi  penurunan  berat  badan  dan kematian  tikus  dihari  ke 9.      Hal  ini    disebabkan  kandungan  forbol  ester  masih
lebih  besar  daripada  kandungan  forbol  ester  pada  varitas  jarak  pagar  tidak beracun.      Untuk  menghilangkan  forbol  ester  tersebut,  maka  pada  penelitian  ini
pencucian  bungkil  jarak  setelah  perlakuan  2  NaOH  adalah  dengan menggunakan  metanol  dan  air.      Menurut  Goel  et  al.  2007,    perlakuan  panas
yang  diikuti  dengan  ekstraksi  kimia  dapat  menghilangkan  forbol  ester  dan menurunkan  antigizi  dan  zat  racun  secara  berarti.    Bungkil  jarak  yang
diperlakukan  dengan  cara  ini  dapat  menjadi  tidak  berbahaya  bagi  tikus  Makkar and Becker 1997 dan ikan Goel et al.  2007. Kandungan forbol ester daging biji
jarak dirangkum pada  Tabel 21. Disamping adanya kandungan toksik dan faktor antigizi, bungkil jarak juga
mengandung  jumlah  kulit  biji  yang  banyak  apabila  kulit  biji  tidak  dibuang sebelum  dilakukan  pengepresan  minyak,  maka  ia    tidak  cocok  digunakan  pada
diet  binatang.      Makkar  et  al.  2008  melakukan  penelitian  untuk  mendapatkan konsentrat  protein  dari  bungkil  tersebut.  Hasil  konsentrat  protein  yang  paling
tinggi  diperoleh  apabila  bungkil  tersebut  dilarutkan  lebih  dahulu  dengan  NaOH sehingga  pH nya  menjadi  11  selama  1  jam  dan  suhu  60
o
C,  setelah  itu  protein diendapkan  dengan  menurunkan  pH nya  menjadi  4  menggunakan  HCl.
Konsentrat  protein  yang  dihasilkan  dari  perlakuan  ini  masih  mengandung  forbol ester  0,86  –  1,48  mgg,  inhibitor  tripsin  diperkirakan  sepuluh  kali  lipat  di  dalam
konsentrat protein dibandingkan dengan yang ada dalam bungkil.
43 Tabel   21  Kandungan forbol ester   daging biji jarak pagar J. curcas L.
No Substansi yang dianalisis
Kandungan Forbol
ester mgg kernel
Rujukan
1 Kernel varitas Cape Verde
2,70 Makkar and
Becker 1997 2
Kernel varitas Nicaragua 2,17
Makkar and Becker 1997
3 Kernel varitas Mexico tidak beracun
0,11 Makkar and
Becker 1997 4
Bungkil yang diperoleh setelah ekstraksi dengan heksan dan dipanaskan
1,78 Aregheore et al.
2003 5
Bungkil yang diperoleh setelah perlakuan dengan 4.0 NaOH bb dipanaskan pada
121
o
C selama 30 menit diikuti dengan dua kali pencucian dengan methanol
Tidak terdeteksi
Aregheore et al. 2003
6 Bungkil yang diperoleh setelah perlakuan
dengan 4.0 NaOH bb dipanaskan pada 121
o
C s elama 30 menit diikuti dengan dua kali pencucian dengan air distilata
Tidak terdeteksi
a
Aregheore et al. 2003
7 Kernel Varitas dari India
6,05 Gaur 2009
8 Bungkil yang diperoleh  setelah
diekstraksi dengan  heksan 4,3
Gaur 2009 9
Bungkil yang diperoleh  setelah diekstraksi dengan  campuran
heksan:methanol 9:1 2,1
Gaur 2009
10 Bungkil yang diperoleh  setelah
diekstraksi dengan  heksan metanol I metanol II
0,15 Gaur 2009
11 Bungkil yang diperoleh  setelah
diekstraksi dengan  heksan isopropil alkohol I isopropil alkohol II
1,5 Gaur 2009
12 Bungkil yang diperoleh  setelah
diekstraksi dengan  heksan selama 1 hari metanol selama 3 hari
0,06 Gaur 2009
a
walaupun  forbol  estertidak  terdeteksi,  namun  karena  kuatnya  aroma  -aOH, maka  diet  pada  tikus  menggunakan  bungkil  ini  secara  organoleptik  tidak  dapat
diterima
44 Sementara  itu  lektin  dan  fitat  juga  ada  pada  level  yang  tinggi.    Hasil  ini
mengindikasikan  bahwa  konsentrat  protein  mesti  didetoksifikasi  dengan menghilangkan forbol ester dan menonaktifkan inhibitor lektin dan tripsin melalui
perlakuan panas Makkar et al. 2008.
2.6  Perancangan Proses dan Kajian Tekno ekonomi Pembuatan Biodiesel
Perancangan proses
dimulai dengan
adanya masalah
yang mengekspresikan situasi saat ini dan adanya peluang untuk memenuhi kebutuhan
manusia.    Peluang  itu  diwujudkan  dengan  melakukan  serangkaian  percobaan laboratorium.      Sebelum  sampai  kepada  perancangan  proses  yang  lebih  detail
maka  data  laboratorium  perlu  melewati  tahap  verifikasi  lebih  lanjut,  yang  dapat dilakukan melalui percobaan pada kondisi dan kapasitas yang kita inginkan untuk
mendapatkan  basis  data  yang  lebih  detail,    pengujian  skala  pilot  atau mempersiapkan model simulasi Seider et al. 1999.  Pada penelitian ini, tahapan
yang  dipilih  adalah  melalui  simulasi.    Simulasi proses  industri  yang  melibatkan banyak  satuan  operasi  seperti  layaknya  sebuah pabrik,  dilakukan  sebelum kajian
tekno ekonomi  dan  analisis  dampak  lingkungan.      Simulasi  proses  banyak dilakukan dengan bantuan perangkat lunak HYSYS   Zhang et al.  2003a.
Walaupun    terdapat  perbedaan  antara  keputusan  simulasi  proses  dengan pengendalian  proses  yang  sebenarnya,  perangkat  lunak  simulasi  proses  seperti
HYSYS  3.2  dapat    memberikan  informasi    pengendalian  proses  yang  bisa dipercaya karena mempunyai paket  termodinamik serta kaedah perhitungan  yang
komprehensif.      Karena  proses  produksi  biodiesel  dilakukan  secara  batch,  maka hasil    perhitungan  simulasi  perancangan  proses  oleh  HYSYS  disesuaikan  dengan
kondisi operasi sistem batch menggunakan spreadsheet Microsoft Excel. Langkah pertama  dalam mengembangkan simulasi proses batch ini adalah
perancangan  dasar  basic  design  yaitu  dengan    membangun  bagan  alir  proses, menghitung kesetimbangan massa,  mengembangkan  bagan waktu setiap proses,
menghitung  kesetimbangan  energi    dan      membuat  daftar  peralatan  yang digunakan.    Langkah  berikutnya  adalah  memperkirakan  biaya  produksi  yang
meliputi  biaya  peralatan,  biaya  pabrik  secara  keseluruhan,  biaya  peubah,  dan biaya lainnya yang berguna untuk kajian tekno ekonomi Sakai et al. 2009.
45 Studi  yang  berkenaan  dengan  tekno ekonomi  proses  produksi  biodiesel
telah banyak dipublikasikan.  Diantara peubah sistem produksi yang dikaji,   harga bahan  baku  minyak  merupakan  faktor    utama  yang  menjadi  kendala      dalam
komersialisasi biodiesel.  Disamping itu  kapasitas pabrik,  teknologi proses, dan harga gliserol merupakan peubah paling nyata yang mempengaruhi kelangsungan
hidup ekonomi produksi biodiesel Nelson et al.  1994, Zhang et al. 2003b; Van Kasteren and Nisworo 2007; You et al.  2008;  West et al.  2008; Marchetti and
Errazu  2008;   Sakai et al.  2009;    Lim  et  al.    2009.     Pada  Tabel  22  dirangkum beberapa hasil penelitian berkenaan dengan kajian tekno ekonomi proses produksi
biodiesel.
46 Tabel 22      Kajian tekno ekonomi berbagai  proses produksi biodiesel
No Kapasitas
pabrik tontahun
Teknologi Proses
Katalis Minyak
Biaya produksi
ton Biaya
Pabrik juta
Hasil Kajian Referensi
1 8.000
Sinambung Homogen basa
virgin vegetable oil
Kapasitas pabrik dan harga bahan baku minyak dan biodiesel
merupakan faktor yang paling berpengaruh yang mempengaruhi
keberlanjutan secara ekonomi
Zhang et al. 2003b
8.000 Sinambung
Homogen   basa Minyak
goreng bekas 8.000
Sinambung Homogen  asam
Minyak goreng bekas
8.000 Sinambung
Homogen  asam dan menggunakan
Heksana
Minyak goreng bekas
2 8.000
Sinambung Tidak ada
Minyak goreng bekas
442 2,0
Semakin besar kapasitas pabrik, maka biaya produksi biodiesel akan
semakin rendah
Van Kasteren and
Nisworo 2007
125.000 Sinambung
Tidak ada 152
10,40 3
8.000
Sinambung Homogen basa
Kedele 625
1,35 Kapasitas yang paling layak secara
ekonomi adalah 100.000 tontahun. Kapasitas pabrik, harga bahan baku
minyak dan biodiesel, hasil gliserol dan biodiesel merupakan peubah
yang paling signifikan
You et al. 2008
30.000
Sinambung Homogen basa
Kedele 582
4,04 100.000
Sinambung Homogen basa
Kedele 547
11,67
4 8.000
Sinambung Homogen basa
Minyak goreng bekas
520 1,59
Proses katalis  Heterogen Asam merupakan proses yang paling
sederhana, mempunyai biaya produksi paling rendah dan
mempunyai nilai kembali modal yang paling tinggi
West et al. 2008
8.000
Sinambung Homogen Asam
Minyak goreng bekas
476 1,99
8.000
Sinambung Heterogen Asam
Minyak bekas 388
0,63 8.000
Sinambung Tidak ada
a
Minyak  bekas 459
2,15
47
5 36.036
Sinambung Homogen basa
Minyak goreng bekas
429 7,42
Penggunaan katalis heterogen merupakan alternative teknologi
masa depan untuk produksi biodiesel tidak hanya karena jumlah
efluen yang lebih rendah dan bersahabat dengan lingkungan, tapi
juga menghasilkan gliserol dengan tingkat kemurnian yang tinggi
sehingga harganya lebih kompetitif.
Marchetti and Errazu
2008 36.036
Sinambung Homogen asam
Minyak goreng bekas
439 7,33
36.036 Sinambung
Heterogen asam Minyak
goreng bekas 425
5,15 36.036
Sinambung Tidak ada
a
Minyak goreng bekas
918 8,44
6 7.260
Curah KOH W
b
Homogen basa Minyak
goreng bekas 598
6,48
Dalam rentang produksi 1.452 tonth – 14.520 tonth, proses Curah
CaO W proses yang paling murah biaya produksinya
Sakai et al. 2009
7.260 Curah
KOH D
c
Homogen basa Minyak
goreng bekas 641
7,99 7.260
Curah CaO
W
b
Heterogen basa Minyak
goreng bekas 584
6,76 7.260
Curah CaO D
c
Heterogen basa Minyak
goreng bekas 622
8,30 7
8.000 Sinambung ,
300  C, tekanan 350
bar, 30 menit Tidak ada
a
Rapeseed 2,16
Biaya modal total proses superkritis 1.5 1.6 kali lebih tinggi dari metode
konvensional menggunakan katalis homogen alkali.
Lim et al. 2009
8.000 Sinambung,
350 C, tekanan 430
bar,  4 menit Tidak ada
a
Rapeseed 2,01
8.000 Sinambung,
310 C, tekanan 350
bar,  25 menit Tidak ada
a
Rapeseed 2,10
Keterangan:
a
metode alkohol superkritis;
b
metode metode pemurnian biodiesel dengan pencucian;
c
metode pemurnian biodiesel dengan distilasi
48
2.7    Analisis  Penilaian  Daur  Hidup  LCA    dan  Aplikasinya  dalam Pengembangan Proses
Setiap produk
mempunyai “daur
hidup life”,
mulai dari
perancanganpengembangan  produk,  diikuti  oleh  ekstraksi  sumberdaya,    proses produksi,  penggunaankonsumsi,  dan  akhirnya  aktivitas  akhir  hayatnya
pengumpulan,  penyortiran,  pemanfaatan  kembali,  daur  ulang,  pembuangan limbah.    Kesemua  aktivitas  atau  proses  ini    akan  menghasilkan  dampak
lingkungan  dikarenakan  konsumsi  sumberdaya,  emisi  dari  bahan bahan  yang digunakan ke lingkungan alam, dan perubahan lingkungan lainnya.  Pembangunan
yang  berkelanjutan  yang  baik  memerlukan  metode  dan  alat  yang  membantu menghitung dan membandingkan dampak lingkungan dari barang dan jasa itu ke
masyarakat  Rebitzer  et  al.  2004.  Alat  pengelolaan  lingkungan  yang memungkinkan menghitung beban lingkungan dan dampak potensialnya di dalam
seluruh daur hidup produk, proses atau kegiatannya adalah  Life Cycle Assessment LCA Azapagic 1999.
LCA merupakan kerangka metodologis untuk memperkirakan dan  menilai dampak lingkungan dikaitkan dengan daur hidup suatu produk, seperti perubahan
iklim,  penipisan  lapisan  ozon,  penciptaan  troposfir  ozon,  eutrofikasi,  asidifikasi, keracunan  pada  manusia  dan  ekosistem,  penipisan  sumberdaya,  penggunaan  air,
penggunaan lahan, kebisingan dan lain lainnya Rebitzer et al. 2004. Meskipun telah digunakan pada  beberapa sektor industri selama sekitar 20
tahun,    LCA  telah  mendapatkan  perhatian  yang  lebih  luas  dan  pengembangan metodologi  hanya  sejak  awal  tahun  1990 an  ketika  relevansinya  sebagai  sebuah
bantuan manajemen lingkungan di perusahaan dan pengambilan keputusan publik menjadi lebih jelas Azapagic 1999.
Analis LCA pada proses produksi biodiesel sudah dipublikasikan.   Diantara variabel  sistem    LCA  yang  dikaji,    teknologi  proses,    kapasitas  pabrik,    jenis
bahan  bahan  baku  minyak,    besarnya  masukan alkohol, energi  dan  lokasi pabrik merupakan  variabel  penting  yang  mempengaruhi  hasil  dari  analisis  LCA.
Bernesson et al. 2004; Kiwjaroun et al. 2009; Ndong et al. 2009; Xunmin et al.
2009; Papong et al. 2009;  Gnansounou et al. 2009 .
49
2.7.1   Metodologi Analisis LCA
Ada  empat  tahap  dalam  studi  LCA:  definisi  tujuan  dan  ruang  lingkup, analisis  inventori  daur  hidup  Life  Cycle  Inventory  AnalysisLCI,    Penilaian
dampak  daur  hidup  Life  Cycle  Impact  AssessmentLCIA,  dan  penafsiran interpretation Finnveden 2009.  Keempat tahap ini berinteraksi dengan semua
fasa lain dalam prosedur  LCA, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 13.
Definisi  Tujuan  dan  Ruang  Lingkup.    Komponen  pertama  dalam  LCA  ini
melibatkan  definisi  yang  jelas  mengenai  tujuan  proyek  yang  terdiri  dari pernyataan  mengenai  alasan alasan  untuk  melaksanakan  studi,  aplikasi  yang
dimaksud,  dan  audiens  yang  dituju  ISO  2006a.    Definisi  ruang  lingkup merupakan    tempat  di  mana  batas batas  sistem  studi  dijelaskan  dan  unit
fungsional    didefinisikan.    Unit  fungsional  adalah  ukuran  kuantitatif  dari  fungsi yang diberikan oleh barang atau jasa.
+
, - .
+ -
+ -, +
, + ,
, +
,
Gambar 13  Hubungan antar fase dalam LCA dan aplikasinya Berdasarkan ISO 14040
Analisis  Inventori  Daur  Hidup  LCI.    Bagian  ini  terdiri  dari  penghitungan berbagai  masukanluaran  seperti    aliran  energi,  bahan  atau  kontaminan
keseluruhan sistem Ndong et al.  2009.  Masukan sistem terdiri dari aliran yang berkaitan dengan lingkungan dari bahan dan energi  yang digunakan selama daur
hidup unit fungsionalnya. Keluaran dari sistem merupakan limbah dan emisi yang
50 dihasilkan dari penggunaan dari sumberdaya ini.    LCI merupakan tahapan yang
paling  rumit  dan  memakan  banyak  waktu.    Koleksi  data  dalam  LCI  melibatkan interview, survey, dan bentuk lain komunikasi pribadi dan pencarian data proses
yang ada dalam basis data LCI Point 2008.
Penilaian Dampak Daur Hidup LCIA.  LCIA bertujuan untuk memahami dan
mengevaluasi besar dan pentingnya dampak lingkungan yang potensial dari sistem yang diteliti ISO 2006a.
Penafsiran.  Dalam Interpretasi, hasil dari tahapan sebelumnya dievaluasi dalam
kaitannya  dengan  tujuan  dan  ruang  lingkup  untuk  mencapai  kesimpulan  dan rekomendasi ISO, 2006a.
2.7.2   LCA untuk Perancangan Proses
Satu aplikasi LCA yang baru muncul adalah dalam perancangan proses dan produk.    Hal  ini telah  menghasilkan  pengembangan  alat  LCA  baru  yang  disebut
daur  hidup  perancangan produk  dan  proses,    Life  Cycle  ProductProcess  Design LCPD Gambar 14 Azapagic 1999.
Gambar 14   Metodologi umum dari kerangka Life Cycle ProductProcess Design Azapagic 1999.
51 LCPD  menawarkan  potensi  bagi  inovasi  teknologi  dalam  konsep  dan
struktur proses melalui seleksi alternatif bahan dan proses pada keseluruhan daur hidupnya.  Pendekatan ini memberikan kerangka kerja potensial yang kuat untuk
perancangan proses dimana secara simultan mengoptimalkan kriteria lingkungan, teknis,  ekonomis  dan  kriteria  lainnya.    Pendekatan  ini  memberikan  alat
pengambilan keputusan yang kuat yang dapat membantu industri mengidentifikasi pilihan yang berkelanjutan untuk masa depan Azapagic 1999.
2.8  Pengembangan Proses Pembuatan Biodiesel Jarak Pagar
Penelitian    produksi  biodiesel  dari  jarak  pagar  telah  dilakukan  secara ekstensif  sejak  tahun  2000.    Fokus  penelitian  terutama  dilakukan  untuk
menemukan teknologi proses yang lebih efektif dan efisien  untuk memproduksi bahan bakar biodiesel dari minyak jarak pagar.   Tingginya harga dan terbatasnya
bahan baku merupakan hambatan utama untuk komersialisasi yang berskala besar. Dengan demikian metode untuk mengurangi biaya produksi biodiesel jarak pagar
harus  dikembangkan    Nazir  2009b.    Gambar  15  menunjukkan  batasan  sistem proses  produksi  biodiesel  dari  jarak  pagar  yang  dapat  digunakan  sebagai
pendekatan dalam pengembangan proses produksi biodiesel jarak pagar.
Gambar 15   Batasan sistem proses produksi biodiesel
52 Berdasarkan  batasan  sistem  yang  ada  pada  Gambar  15  kita  dapat
menghasilkan  biodiesel  dengan  biaya  produksi  yang  lebih  rendah  dan menghasilkan  emisi  dan  limbah  yang  lebih  sedikit  yaitu  dengan  memperbaiki
kualitas  masukan  biji  jarak  pagar,  mengurangi  jumlah  dan  biaya  masukan, mengefiesienkan  proses,  meningkatkan  luaran biodiesel    dan  meningkatkan  nilai
tambah produk samping serta mengurangi emisilimbah.
3   PE GEMBA GA  PROSES  PEMBUATA  BIODIESEL JARAK PAGAR MELALUI TRA SESTERIFIKASI  I
SITU,  KATALIS HETEROGE  KALSIUM OKSIDA, DETOKSIFIKASI  DA  UJI TOKSISITAS BU GKIL
JARAK HASIL DETOKSIFIKASI
3.1   Pendahuluan
Menurut Leung 2010,  jumlah ALB maksimum  yang dapat diterima
dalam  sistem  yang  menggunakan  katalis  basa  adalah  dibawah    2,5  . Berdasarkan batasan ini, maka  ada dua jenis minyak nabati sebagai bahan baku
biodiesel yaitu minyak dengan ALB rendah 2,5   dan minyak yang memiliki kandungan  ALB  yang  tinggi    2,5.  Minyak  dengan  kandungan  ALB  yang
rendah  dapat  diproses  menjadi  biodiesel  secara  langsung  melalui  reaksi transesterifikasi  satu  tahap    menggunakan  katalis  basa.  Sementara  itu  minyak
dengan ALB yang tinggi perlu perlakuan pendahuluan atau reaksi esterifikasi. Pada minyak jarak pagar yang memiliki kandungan ALB tinggi,  ada dua
proses  yang  dikembangkan.  Proses  pertama  adalah  esterifikasi  menggunakan katalis  heterogen  bentonit  yang  diaktivasi  dengan  5,3M  HCl  Bentonit-HCl
Nazir 2009a    dan  transesterifikasi  menggunakan  katalis  heterogen  CaO.
Proses kedua adalah esterifikasi menggunakan katalis homogen H
2
SO
4
Tiwari 2007  dan  transesterifikasi  menggunakan  katalis  heterogen  CaO.  Sementara
itu, proses esterifikasi menggunakan katalis homogen H
2
SO
4
dan transesterifikasi menggunakan  katalis  homogen  NaOH  Tiwari
2007  digunakan  sebagai proses pembanding.
Oleh  karena  metode  pencucian  dengan  air  tidak  cocok  untuk  memurnikan biodiesel  yang  disintesis  menggunakan  katalis  CaO  karena  hanya  mampu
menghilangkan  separuh  ion  kalsium  pada  pemurnian  biodiesel  Huaping 2006, maka pemurnian biodiesel dengan adsorben yang lebih baik menggunakan
bentonit yang diaktifkan dengan asam juga diteliti. Untuk  minyak  jarak  pagar  yang  mengandung  ALB  rendah  dikembangkan
dua  proses.  Proses  pertama  adalah  transesterifikasi  minyak  jarak  menggunakan katalis  heterogen  CaO.  Metode  transesterifikasi  menggunakan  katalis  heterogen
terbukti  lebih  unggul  dibandingkan  dengan  metode  transesterifikasi  homogen