92
3.3.6       Produksi Biodiesel dari Minyak Jarak yang Mengandung ALB Rendah
3.3.6.1    Transesterifikasi    Minyak  Jarak  yang  Mengandung  ALB  Rendah dengan Katalis Heterogen CaO
Pada Gambar 21 diperlihatkan hubungan antar lama reaksi transesterifikasi terhadap  konversi  minyak  jarak  pagar  menjadi  biodiesel  pada  beberapa  dosis
katalis  CaO.      Aktivitas  katalitik  dari  CaO  semakin  besar  dengan  semakin tingginya  dosis  katalis.    Lama  reaksi  juga  memperlihatkan  kecenderungan
meningkatkan rendemen biodiesel.  Semakin lama reaksi menghasilkan rendemen biodiesel yang semakin besar.   Namun demikian pada dosis katalis 2,5 terlihat
bahwa penambahan waktu  reaksi setelah 2 jam reaksi tidak meningkatkan jumlah rendemen.    Diduga pada saat itu sudah tercapai kesetimbangan reaksi, sehingga
penambahan  waktu  tidak  berpengaruh  terhadap  konversi  minyak  jarak  pagar menjadi  biodiesel.    Variabel  penting  yang  mempengaruhi  keberhasilan  proses
transesterifikasi  adalah:  suhu  reaksi,    nisbah  molar  alkohol  dan  minyak,  katalis, lama reaksi, kehadiran air, asam lemak bebas, dan intensitas pengadukan Ma  et
al.  1999; Srivastava and  Prasad
2000; Caili and  Kusefoglu
2008;  Akgun and Iscan 2008.
Gambar 22 juga menunjukkan bahwa konversi minyak jarak pagar menjadi biodiesel sudah mencapai kesetimbangan setelah reaksi berlangsung selama 2 jam
apabila dosis katalis yang digunakan adalah 2,5. Walaupun Chitra et al.  2005 menghasilkan  rendemen  biodiesel  jarak  pagar  mencapai  98  menggunakan
katalis  homogen  NaOH,    namun  hasil  yang  diperoleh  dalam  penelitian  ini  lebih baik daripada Huaping et al. 2006 yang menghasilkan rendemen  biodiesel jarak
pagar sebesar 93.   Kalau dibandingkan dengan hasil yang diperoleh peneliti lain yang  menggunakan  CaO  sebagai  katalis  pada  minyak  lainnya,    maka  aktivitas
katalitik dari CaO pada penelitian ini cukup baik. Granados 2007 menghasilkan rendemen  94  pada  transesterifikasi minyak biji bunga matahari, Kawashima et
al.  2009 menghasilkan rendemen 92 pada  transesterifikasi minyak rapeseed, Kouzu  et  al.    2008  dan  Liu  et  al.  2008a  menghasilkan  konversi    masing-
masingnya 93 dan 95 berturut-turut pada minyak kedele.
93
Gambar 21   Pengaruh lama reaksi terhadap konversi biodiesel pada berbagai berat katalis CaO.  Transesterifikasi berlangsung pada suhu 65
o
C dengan nisbah metanol: minyak jarak pagar 12:1
Gambar  22      Pengaruh  berat  katalis  CaO  terhadap  konversi  biodiesel  pada berbagai  lama  reaksi.        Transesterifikasi  berlangsung  pada  suhu
65
o
C dengan nisbah metanol: minyak jarak pagar 12:1
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
0 0.5 1.0 1.5 2 2.5 1
1.5 2.0
2.5
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 1
.5 2
.0 2
.5 2 jam
2,5 jam
94
Transesterifikasi  memiliki  kendala  terutama  pada  pemisahan  gliserol  dan biodiesel  dan  memerlukan  perlakuan  terhadap  limbah  cair  Al-Zuhair  2007.
Namun  demikian  kendala  ini  dapat    diatasi  dengan  menggunakan  katalis heterogen  dalam  transesterifikasi  dan  adsorben    dalam  pemurnian  biodiesel.
Proses yang dikembangkan dalam penelitian  ini  yang menggunakan katalis CaO dalam  transesterifikasi  dan  bentonit  asam  sebagai  adsorben  dalam  pemurnian
biodiesel diharapkan dapat memperbaiki kendala pemisahan biodiesel dan gliserol
seperti pada transesterifikasi menggunakan katalis homogen. 3.3.6.2   Transesterifikasi in situ biji jarak dengan katalis  aOH
Uji ortogonal.     Faktor-faktor  yang berpengaruh dalam proses transesterifikasi
in situ  dapat  dilihat pada  Tabel  37.       Beberapa  laporan penelitian  menunjukkan bahwa  ukuran  partikel,  suhu,  konsentrasi  pelarut,  kadar  air  dan  pengadukan
berpengaruh terhadap hasil dan selektivitas dari reaksi transesterifikasi secara in situ  Hernadez  et  al.    2005;    Georgogianni  2008.    Hasil  uji  ortogonal  dalam
penelitian  ini    memperlihatkan  bahwa    konsentrasi  NaOH  dalam  metanol,  moll x
1
merupakan  faktor  yang  paling  berpengaruh  terhadap  keberhasilan transesterifikasi  secara  in situ,  diikuti  oleh  nisbah  metanol:minyak  x
2
,  suhu reaksi x
3
dan lama  reaksi x
4
. Titik optimum yang ditunjukkan Tabel 37 adalah konsentrasi NaOH dalam
metanol,  0,08  moll  x
1
;     nisbah molar  metanol:minyak  170:1  x
2
;  suhu  reaksi 60
o
C  x
3
dan  lama  reaksi,  3  jam  x
4
.    Titik  optimum  ini  menjadi  patokan  di dalam penelitian berikutnya mengenai optimasi proses transesterifikasi secara in
situ menggunakan RSM.
Pengaruh variabel proses transesterifikasi secara In situ.   Susunan CCD dan
respon  konversi  biodiesel  terhadap  peubah  proses  transesterifikasi  in situ  dapat dilihat  pada  Lampiran  18.  Pada  Lampiran  19    ditampilkan  ANOVA  pengaruh
transesterifikasi  in situ  terhadap  konversi  jarak  pagar  menjadi  biodiesel  setelah eliminasi peubah yang tidak nyata.
95 Tabel 37   Hasil uji ortogonal transesterifikasi minyak J.curcas L. secara in situ
No percobaa
n Konsentrasi
NaOH  dalam metanol,  moll
x
1
Nisbah molar metanol:minya
k x
2
Suhu reaksi
x
3
Lama reaksi,
jam x
4
Konversi
1 0,04
130 40
3 20,40
2 0,04
150 50
5 24,15
3 0,04
170 60
7 27,40
4 0,06
130 50
7 34,60
5 0,06
150 60
3 34,90
6 0,06
170 40
5 36,35
7 0,08
130 60
5 46,00
8 0,08
150 40
7 76,95
9 0,08
170 50
3 89,60
K
1
87,12 92,25
103,59 107,23
K
2
114,87 102,47
102,01 94,70
K
3
102,88 110,15
105,77 102,93
k
1
29,04 30,75
34,53 35,74
k
2
38,29 34,16
34,00 31,57
k
3
34,29 36,72
35,26 34,31
R 9,25
5,97 1,26
4,18 Rank
1 2
4 3
Optimu m
0,08 170
50 3
Dari  Lampiran  19  dapat  diketahui  bahwa  faktor  transesterifikasi  in situ yang paling berpengaruh terhadap konversi biodiesel adalah interaksi antara x
1
,
96
x
2
,  dan    x
4
,  diikuti  oleh  pengaruh  kuadratik  x
1
dan  interaksi antara  x
1
dan x
4
.  Persamaan model regresi untuk transesterifikasi in situ adalah: Konversi =
- 63911,89 +376,86X
2
+33,82 X
3
+1256,83X
4
- 1,41E
+005
X
1
2- 0,01X
2
2+190,83 X
1
X
3
-15515,36X
1
X
4
-0,24X
2
X
3
-7,456 X
2
X
4
-0,20X
3
X
4
+92,10 X
1
X
2
X
4
R
2
= 0,97 Persamaan  regresi  di  atas  menunjukkan  adanya  pengaruh  linier  dan  kuadratik
pada  peubah    reaksi  transesterifikasi  in situ  terhadap  konversi  biodiesel.      Titik optimal  dari  persamaan  itu  adalah:      konsentrasi  NaOH  dalam  metanol  sebesar
0,08 molL   nisbah molar metanol:minyak  171,1 molmol;  lama reaksi 3,02 jam;   dan suhu reaksi 45,66
o
C. Pada  Gambar  23  dapat  dilihat  grafik  interaksi  antara  suhu  reaksi  dan
jumlah  katalis  dalam  metanol  terhadap  konversi  biodiesel.      Pada  suhu  45
o
C, penambahan jumlah katalis akan meningkatkan rendemen biodiesel.  Namun pada
suhu  55
o
C  terlihat  kecendrungan  terjadi  penurunan  rendemen  biodiesel  dengan bertambahnya jumlah katalis.
3 4 5
, 67 8
3 3
8
, 67 3 4
5
Gambar 23   Pengaruh suhu reaksi dan jumlah katalis dalam metanol molmol terhadap konversi biodiesel: a plot respon permukaan dan b
gambar dua dimensi
97 Kecenderungan yang sama juga diperlihatkan pada Gambar 24, dimana pada suhu
45
o
C peningkatan jumlah nisbah metanol akan meningkatkan konversi biodiesel, sementara  pada  suhu  55
o
C  peningkatan  nisbah  metanol  menurunkan  konversi biodiesel.  Kecenderungan  yang  sama  juga  terjadi  pada  penelitian  Qian  et  al.
2008. Hasil optimasi menunjukkan bahwa  nisbah metanol:minyak yang optimal
adalah 171:1 dan suhu optimal adalah 45
o
C. Pada Gambar 24 dapat dilihat bahwa pada  nisbah  molar  metanol:minyak  160:1,    penambahan  katalis  akan
meningkatkan konversi biodiesel. Namun sebaliknya, kalau nisbah itu meningkat menjadi 180:1,  penambahan katalis malah menurunkan konversi biodiesel.
3 4 5
, 67 8
3 3
8
, 67 3 4
5
a b
55 C 45 C
. .
9 4
-
- -
+ ,
, -
+ ,
, -
9 4
-
Gambar 24.       Pengaruh suhu reaksi dan nisbah metanol minyak terhadap konversi biodiesel: a plot respon permukaan dan b gambar dua
dimensi
Metanol secara sendirian merupakan pelarut untuk ekstraksi minyak nabati yang  buruk.    Namun  demikian,    basa  beralkohol  dapat  menghancurkan  jaringan
intraselular  di  dalam  daging  biji  jarak  pagar  seperti  yang  terjadi  pada transesterifikasi  in situ  pada  biji  kapuk,  yang  memungkinkan  pelarutan
solubilization    dan  selanjutnya  transesterifikasi.    Tanpa  penambahan  NaOH  ke dalam  metanol,  transesterifikasi  in situ  hampir  tidak  dapat  terjadi  Qian  et  al.
98
2008.    Ketika  peningkatan  konsentrasi  NaOH  0,07-0,9  mol    L,  jumlah  minyak jarak  pagar  yang  dikonversi  menjadi  biodiesel  juga  meningkat  Gambar  25.
Namun,  saat  nisbah  molar  metanol:minyak  meningkat  180:1,    penambahan katalis malah menurunkan konversi biodiesel.
, 67
, 67 8
8
, 67 , 67
Gambar 25.       Pengaruh nisbah metanol:minyak dan  jumlah katalis terhadap konversi biodiesel: a plot respon permukaan dan b gambar dua
dimensi
Sifat  Bahan  Bakar  Hasil  Transesterifikasi  secara  in situ.      Sifat  bahan  bakar
biodiesel jarak pagar dirangkum pada Tabel 38. Terdapat perbedaan densitas dan viskositas antara biodiesel yang dihasilkan melalui transesterifikasi menggunakan
katalis CaO dengan yang dihasilkan melalui transesterifikasi secara in situ dengan katalis  NaOH,  dimana  proses  in situ  menghasilkan  densitas  dan  viskositas  yang
lebih besar.  Hasil yang diperoleh juga lebih besar dari pada  Chitra et al 2005. Hal  ini  barangkali  disebabkan  karena  adanya  komponen  polar  yang  larut  dalam
alalkohol. Walaupun demikian, biodiesel jarak pagar ini masih  memenuhi standar biodiesel menurut ASTM D 6751-02,  DIN EN14214 atau SNI 04-7182-2006