Konversi Minyak Jarak Pagar Menjadi Biodiesel

41 41

2.5 Potensi Bungkil Jarak Pagar sebagai Sumber Protein untuk Pakan

Meskipun biji jarak pagar kaya dengan minyak dan protein, namun ia sangat beracun sehingga tidak cocok untuk konsumsi manusia atau hewan secara langsung King et al. 2009. LD 50 bagi konsumsi forbol ester untuk tikus jantan adalah 27,34 mg kg massa tubuh; dan LD 5 dan LD 95 adalah 18,87 dan 39,62 mg kg massa tubuh, masing masingnya Li et al. 2010. Pemanfaatan bungkil jarak pagar yang layak dan sukses tidak dapat dicapai tanpa penghilangan semua senyawa anti gizi Gaur 2009. Martınez Herrera et al. 2006 mempelajari kualitas gizi dan dampak berbagai perlakuan teknik pemrosesan hidrotermal, ekstraksi pelarut, ekstraksi pelarut ditambah NaHCO 3 dan perlakuan dengan radiasi ion untuk menonaktifkan faktor antigizi daging buah jarak pagar yang lemaknya telah dihilangkan pada varitas yang beracun dan tidak beracun dari berbagai daerah di Meksiko. Inhibitor tripsin dengan mudah dapat di nonaktifkan menggunakan uap panas dengan suhu 121 o C selama 25 menit. Fitat dapat diturunkan sedikit dengan irradiasi pada 10 kGy. Kandungan saponin dapat dikurangi melalui ekstraksi dengan etanol dan irradiasi. Ekstraksi dengan etanol, diikuti dengan NaHCO 3 0,07 menurunkan aktivitas lektin dan forbol ester sebesar 97,9 dalam biji. Sementara digestabilitas in vitro akan meningkat antara 78,6 dan 80,6. Ia meningkat sekitar 86 melalui perlakuan panas. Bungkil jarak pagar yang diperoleh dari perlakuan 4,0 NaOH pada suhu 121 o C selama 30 menit diikuti baik dengan mencuci dua kali dengan 92 metanol atau empat kali dengan air suling, memperlihatkan hasil detoksifikasi yang bagus. Kandungan forbol ester bungkil jarak setelah detoksifikasi dengan perlakuan ini menjadi tidak dapat dideteksi. Namun demikian, pada bungkil yang hanya dicuci dengan air, bungkil ini masih memiliki bau NaOH yang kuat dan hal ini memberikan dampak penerimaan yang negatif di dalam asupan makanan. Pencucian dengan metanol terlihat menjanjikan untuk detoksifikasi bungkil jarak asalkan metanol yang digunakan dapat didaur ulang sehingga biaya detoksifikasi menjadi ekonomis Aregheore et al. 2003. Hasil penelilitian Chivadi et al. 2004 menunjukkan bahwa detoksifikasi bungkil jarak dengan pelarut hexan dan etanol diikuti dengan perlakuan uap panas 121 o C selama 30 menit belum dapat menghilangkan lektin dan tripsin secara 42 keseluruhan dan masih meninggalkan residu forbol ester 1,90 mgg daging biji. Angka ini lebih tinggi daripada kandungan forbol ester pada jarak pagar yang tidak beracun 0,11 mgg daging biji. Rakshit et al. 2008 menyelidiki pengaruh panas dan detoksifikasi bungkil secara kimia dan mengevaluasi perlakuan bungkil tersebut pada pertumbuhan dan histologinya pada tikus. Hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa perlakuan 2 NaOH atau 2 CaOH 2 diikuti dengan uap panas dari autoklaf pada suhu 131 o C selama 30 menit dan pencucian dengan air 1:5 wv dapat menurunkan kandungan forbol ester secara sangat berarti. Namun demikian pada uji diet terhadap tikus jantan menunjukkan masih terjadi penurunan berat badan dan kematian tikus dihari ke 9. Hal ini disebabkan kandungan forbol ester masih lebih besar daripada kandungan forbol ester pada varitas jarak pagar tidak beracun. Untuk menghilangkan forbol ester tersebut, maka pada penelitian ini pencucian bungkil jarak setelah perlakuan 2 NaOH adalah dengan menggunakan metanol dan air. Menurut Goel et al. 2007, perlakuan panas yang diikuti dengan ekstraksi kimia dapat menghilangkan forbol ester dan menurunkan antigizi dan zat racun secara berarti. Bungkil jarak yang diperlakukan dengan cara ini dapat menjadi tidak berbahaya bagi tikus Makkar and Becker 1997 dan ikan Goel et al. 2007. Kandungan forbol ester daging biji jarak dirangkum pada Tabel 21. Disamping adanya kandungan toksik dan faktor antigizi, bungkil jarak juga mengandung jumlah kulit biji yang banyak apabila kulit biji tidak dibuang sebelum dilakukan pengepresan minyak, maka ia tidak cocok digunakan pada diet binatang. Makkar et al. 2008 melakukan penelitian untuk mendapatkan konsentrat protein dari bungkil tersebut. Hasil konsentrat protein yang paling tinggi diperoleh apabila bungkil tersebut dilarutkan lebih dahulu dengan NaOH sehingga pH nya menjadi 11 selama 1 jam dan suhu 60 o C, setelah itu protein diendapkan dengan menurunkan pH nya menjadi 4 menggunakan HCl. Konsentrat protein yang dihasilkan dari perlakuan ini masih mengandung forbol ester 0,86 – 1,48 mgg, inhibitor tripsin diperkirakan sepuluh kali lipat di dalam konsentrat protein dibandingkan dengan yang ada dalam bungkil. 43 Tabel 21 Kandungan forbol ester daging biji jarak pagar J. curcas L. No Substansi yang dianalisis Kandungan Forbol ester mgg kernel Rujukan 1 Kernel varitas Cape Verde 2,70 Makkar and Becker 1997 2 Kernel varitas Nicaragua 2,17 Makkar and Becker 1997 3 Kernel varitas Mexico tidak beracun 0,11 Makkar and Becker 1997 4 Bungkil yang diperoleh setelah ekstraksi dengan heksan dan dipanaskan 1,78 Aregheore et al. 2003 5 Bungkil yang diperoleh setelah perlakuan dengan 4.0 NaOH bb dipanaskan pada 121 o C selama 30 menit diikuti dengan dua kali pencucian dengan methanol Tidak terdeteksi Aregheore et al. 2003 6 Bungkil yang diperoleh setelah perlakuan dengan 4.0 NaOH bb dipanaskan pada 121 o C s elama 30 menit diikuti dengan dua kali pencucian dengan air distilata Tidak terdeteksi a Aregheore et al. 2003 7 Kernel Varitas dari India 6,05 Gaur 2009 8 Bungkil yang diperoleh setelah diekstraksi dengan heksan 4,3 Gaur 2009 9 Bungkil yang diperoleh setelah diekstraksi dengan campuran heksan:methanol 9:1 2,1 Gaur 2009 10 Bungkil yang diperoleh setelah diekstraksi dengan heksan metanol I metanol II 0,15 Gaur 2009 11 Bungkil yang diperoleh setelah diekstraksi dengan heksan isopropil alkohol I isopropil alkohol II 1,5 Gaur 2009 12 Bungkil yang diperoleh setelah diekstraksi dengan heksan selama 1 hari metanol selama 3 hari 0,06 Gaur 2009 a walaupun forbol estertidak terdeteksi, namun karena kuatnya aroma -aOH, maka diet pada tikus menggunakan bungkil ini secara organoleptik tidak dapat diterima 44 Sementara itu lektin dan fitat juga ada pada level yang tinggi. Hasil ini mengindikasikan bahwa konsentrat protein mesti didetoksifikasi dengan menghilangkan forbol ester dan menonaktifkan inhibitor lektin dan tripsin melalui perlakuan panas Makkar et al. 2008.

2.6 Perancangan Proses dan Kajian Tekno ekonomi Pembuatan Biodiesel

Perancangan proses dimulai dengan adanya masalah yang mengekspresikan situasi saat ini dan adanya peluang untuk memenuhi kebutuhan manusia. Peluang itu diwujudkan dengan melakukan serangkaian percobaan laboratorium. Sebelum sampai kepada perancangan proses yang lebih detail maka data laboratorium perlu melewati tahap verifikasi lebih lanjut, yang dapat dilakukan melalui percobaan pada kondisi dan kapasitas yang kita inginkan untuk mendapatkan basis data yang lebih detail, pengujian skala pilot atau mempersiapkan model simulasi Seider et al. 1999. Pada penelitian ini, tahapan yang dipilih adalah melalui simulasi. Simulasi proses industri yang melibatkan banyak satuan operasi seperti layaknya sebuah pabrik, dilakukan sebelum kajian tekno ekonomi dan analisis dampak lingkungan. Simulasi proses banyak dilakukan dengan bantuan perangkat lunak HYSYS Zhang et al. 2003a. Walaupun terdapat perbedaan antara keputusan simulasi proses dengan pengendalian proses yang sebenarnya, perangkat lunak simulasi proses seperti HYSYS 3.2 dapat memberikan informasi pengendalian proses yang bisa dipercaya karena mempunyai paket termodinamik serta kaedah perhitungan yang komprehensif. Karena proses produksi biodiesel dilakukan secara batch, maka hasil perhitungan simulasi perancangan proses oleh HYSYS disesuaikan dengan kondisi operasi sistem batch menggunakan spreadsheet Microsoft Excel. Langkah pertama dalam mengembangkan simulasi proses batch ini adalah perancangan dasar basic design yaitu dengan membangun bagan alir proses, menghitung kesetimbangan massa, mengembangkan bagan waktu setiap proses, menghitung kesetimbangan energi dan membuat daftar peralatan yang digunakan. Langkah berikutnya adalah memperkirakan biaya produksi yang meliputi biaya peralatan, biaya pabrik secara keseluruhan, biaya peubah, dan biaya lainnya yang berguna untuk kajian tekno ekonomi Sakai et al. 2009. 45 Studi yang berkenaan dengan tekno ekonomi proses produksi biodiesel telah banyak dipublikasikan. Diantara peubah sistem produksi yang dikaji, harga bahan baku minyak merupakan faktor utama yang menjadi kendala dalam komersialisasi biodiesel. Disamping itu kapasitas pabrik, teknologi proses, dan harga gliserol merupakan peubah paling nyata yang mempengaruhi kelangsungan hidup ekonomi produksi biodiesel Nelson et al. 1994, Zhang et al. 2003b; Van Kasteren and Nisworo 2007; You et al. 2008; West et al. 2008; Marchetti and Errazu 2008; Sakai et al. 2009; Lim et al. 2009. Pada Tabel 22 dirangkum beberapa hasil penelitian berkenaan dengan kajian tekno ekonomi proses produksi biodiesel. 46 Tabel 22 Kajian tekno ekonomi berbagai proses produksi biodiesel No Kapasitas pabrik tontahun Teknologi Proses Katalis Minyak Biaya produksi ton Biaya Pabrik juta Hasil Kajian Referensi 1 8.000 Sinambung Homogen basa virgin vegetable oil Kapasitas pabrik dan harga bahan baku minyak dan biodiesel merupakan faktor yang paling berpengaruh yang mempengaruhi keberlanjutan secara ekonomi Zhang et al. 2003b 8.000 Sinambung Homogen basa Minyak goreng bekas 8.000 Sinambung Homogen asam Minyak goreng bekas 8.000 Sinambung Homogen asam dan menggunakan Heksana Minyak goreng bekas 2 8.000 Sinambung Tidak ada Minyak goreng bekas 442 2,0 Semakin besar kapasitas pabrik, maka biaya produksi biodiesel akan semakin rendah Van Kasteren and Nisworo 2007 125.000 Sinambung Tidak ada 152 10,40 3 8.000 Sinambung Homogen basa Kedele 625 1,35 Kapasitas yang paling layak secara ekonomi adalah 100.000 tontahun. Kapasitas pabrik, harga bahan baku minyak dan biodiesel, hasil gliserol dan biodiesel merupakan peubah yang paling signifikan You et al. 2008 30.000 Sinambung Homogen basa Kedele 582 4,04 100.000 Sinambung Homogen basa Kedele 547 11,67 4 8.000 Sinambung Homogen basa Minyak goreng bekas 520 1,59 Proses katalis Heterogen Asam merupakan proses yang paling sederhana, mempunyai biaya produksi paling rendah dan mempunyai nilai kembali modal yang paling tinggi West et al. 2008 8.000 Sinambung Homogen Asam Minyak goreng bekas 476 1,99 8.000 Sinambung Heterogen Asam Minyak bekas 388 0,63 8.000 Sinambung Tidak ada a Minyak bekas 459 2,15 47 5 36.036 Sinambung Homogen basa Minyak goreng bekas 429 7,42 Penggunaan katalis heterogen merupakan alternative teknologi masa depan untuk produksi biodiesel tidak hanya karena jumlah efluen yang lebih rendah dan bersahabat dengan lingkungan, tapi juga menghasilkan gliserol dengan tingkat kemurnian yang tinggi sehingga harganya lebih kompetitif. Marchetti and Errazu 2008 36.036 Sinambung Homogen asam Minyak goreng bekas 439 7,33 36.036 Sinambung Heterogen asam Minyak goreng bekas 425 5,15 36.036 Sinambung Tidak ada a Minyak goreng bekas 918 8,44 6 7.260 Curah KOH W b Homogen basa Minyak goreng bekas 598 6,48 Dalam rentang produksi 1.452 tonth – 14.520 tonth, proses Curah CaO W proses yang paling murah biaya produksinya Sakai et al. 2009 7.260 Curah KOH D c Homogen basa Minyak goreng bekas 641 7,99 7.260 Curah CaO W b Heterogen basa Minyak goreng bekas 584 6,76 7.260 Curah CaO D c Heterogen basa Minyak goreng bekas 622 8,30 7 8.000 Sinambung , 300 C, tekanan 350 bar, 30 menit Tidak ada a Rapeseed 2,16 Biaya modal total proses superkritis 1.5 1.6 kali lebih tinggi dari metode konvensional menggunakan katalis homogen alkali. Lim et al. 2009 8.000 Sinambung, 350 C, tekanan 430 bar, 4 menit Tidak ada a Rapeseed 2,01 8.000 Sinambung, 310 C, tekanan 350 bar, 25 menit Tidak ada a Rapeseed 2,10 Keterangan: a metode alkohol superkritis; b metode metode pemurnian biodiesel dengan pencucian; c metode pemurnian biodiesel dengan distilasi