Laju pertumbuhan, Mortalitas dan Konsumsi Forbol ester

107

3.3.15 isbah Efisiensi Protein PER dan Indeks Transformasi TI

Nilai PER dan TI ditampilkan pada Tabel 43. PER adalah pertambahan berat badan tikus berdasarkan jumlah protein yang dikonsumsinya. Sementara TI adalah perbandingan asupan yang dikonsumsi setiap pertambahan berat badan. Tabel 43 menunjukkan bahwa semakin banyak kandungan racun dalam diet maka semakin sedikit pakan yang dikonsumsi. Dengan semakin sedikitnya pakan yang dikonsumsi, maka asupan protein pun menjadi semakin sedikit. Aregheore et al. 2003 menunjukkan bahwa kandungan forbol ester melebihi 1,44 mgg dalam diet menghasilkan penurunan asupan makanan, kehilangan berat badan dan rendahnya nilai PER dan TI. Tabel 43 Nisbah Efisiensi Protein PER dan Indeks Transformasi TI Kode Diet PER TI A Kontrol 2,12 2,48 B ALB rendah-bungkil-insitu 1,85 2,37 C ALB rendah-bungkil -ME -19,31 -0,22 D ALB rendah-bungkil -SE -9,95 -0,41 E ALB tinggi-bungkil -ME -11,62 -0,40 F ALB tinggi-bungkil-SE -10,13 -0,41 G ALB rendah-bungkil -NaOH -10,41 -0,42 H ALB tinggi-bungkil -NaOH -11,79 -0,36 I ALB tinggi-bungkil -NaOH- MeOH-air 2,23 1,96 108 3.4 Simpulan dan Saran 3.4.1 Simpulan 1. Berdasarkan hasil analisis fisiko-kimia minyak jarak, maka terdapat dua jenis minyak jarak berdasarkan kandungan asam lemak bebasnya apabila minyak tersebut akan dijadikan bahan baku untuk pembuatan biodiesel: minyak jarak dengan kandungan ALB tinggi 6,99 dari jarak pagar Lampung dan minyak jarak pagar dengan kandungan ALB rendah 1,68 yang berasal dari Bangi. 2. Bungkil jarak pagar hasil ekstraksi mekanis mengandung protein sebesar 41,07- 41,67. Namun demikian bungkil jarak mengandung komponen forbol ester yang bersifat racun. Kandungan racun bungkil jarak pagar dari Lampung 6,87 mgg lebih besar daripada bungkil jarak Bangi 6,55 mgg. Bungkil jarak memiliki potensi sebagai bahan pakan apabila komponen racunnya dihilangkan melalui detoksifikasi. 3. Hasil optimasi menunjukkan bahwa katalis heterogen Bentonit-HCl mencapai titik optimal sebagai katalis pada dosis sebesar 3,84, waktu reaksi 4,88 jam dan nisbah molar metanol:minyak 15:1, pada suhu reaksi esterifikasi sebesar 65 o C. Dosis katalis, lama reaksi dan nisbah metanol minyak berpengaruh nyata terhadap konversi bilangan asam pada reaksi esterifikasi. 4. CaO yang diperoleh dari pembakaran dari sumber batu kapur yang murah pada suhu 900 o C selama 1,5 jam memberikan sifat katalitik yang baik untuk transesterifikasi biodiesel. Hasil optimasi pada minyak jarak pagar yang mengandung ALB tinggi menunjukkan bahwa katalis CaO mencapai titik optimal sebagai katalis pada dosis 0,91, nisbah molar metanol:minyak 10,41:1, lama reaksi selama 81,73 menit, pada suhu transesterifikasi 65 o C dengan rendemen biodiesel sebesar 94. Nisbah metanol:minyak merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap laju esterifikasi dan transesterifikasi. Sementara itu, lama reaksi tidak memberikan pengaruh yang nyata. 109 5. Hasil transesterifikasi minyak jarak pagar yang memiliki kandungan ALB rendah menggunakan katalis CaO memperlihatkan bahwa konversi minyak jarak pagar menjadi biodiesel terbaik diperoleh pada suhu 65 o C , nisbah molar metanol:minyak 12:1, katalis 2,5 dan lama reaksi 2 jam. Pada kondisi ini konversi biodiesel adalah 95. 6. Bentonit yang diaktivasi dengan H 2 SO 4 merupakan adsorben terbaik dalam pemurnian biodiesel dan menurunkan konsentrasi kalsium pada biodiesel yang dibuat dari transesterifikasi minyak jarak pagar menggunakan katalis CaO. Pemurnian menggunakan adsorben bentonit dapat menggantikan metode pemurnian konvensional menggunakan air panas dalam proses pencucian sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat dihilangkan. 7. Dosis katalis, lama reaksi, suhu reaksi dan nisbah metanol minyak berpengaruh nyata terhadap konversi biodiesel pada reaksi transesterifikasi secara in situ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah minyak biji jarak pagar dilarutkan dalam metanol sekitar 83 dari total potensi minyak yang ada pada daging biji jarak pagar dan konversi minyak ini menjadi biodiesel dapat mencapai 96 dengan ketentuan sebagai berikut: konsentrasi katalis NaOH dalam metanol sebesar 0,08 molL; nisbah molar metanol:minyak 171,1:1, lama reaksi selama 3,02 jam dan suhu transesterifikasi 45,66 o C 8. Detoksifikasi menggunakan 2 NaOH, diautoklaf selama 15 menit, pada suhu 121 o C, diikuti dengan pencucian dengan metanol dan air ALB tinggi- bungkil-NaOH-MeOH-air serta transesterifikasi secara in situ ALB rendah- bungkil-insitu dapat menghasilkan bungkil jarak tak-beracun yang kaya protein. Detoksifikasi memberikan respon yang positif terhadap pertambahan berat badan, tak terdapatnya mortalitas, tingginya nilai nisbah efisiensi protein PER dan indeks transformasi TI dari tikus percobaan.

3.4.2 Saran

1. Untuk pengembangan CaO sebagai katalis, disarankan memperhatikan faktor- faktor yang menurunkan kemampuan kataliknya, seperti kontak dengan udara dalam jangka cukup lama, kontak dengan air dan CO 2 . Aktivasi CaO pada 110 suhu 700 o C sebelum digunakan disarankan untuk meningkatkan kemampuan katalitik katalis CaO. 2. Untuk menjadikan bungkil jarak hasil detoksifikasi sebagai sumber pakan, disarankan untuk melakukan uji toksisitas dalam jangka waktu yang lebih lama. 3. Supaya bungkil tersebut sebagai substitusi pakan dapat disukai oleh ternak maka dalam penyiapan pakan perlu diperhatikan berbagai faktor, seperti i pola asam amino dari proteinnya, ii rasa, iii bau dan iv tekstur dari makanan tersebut. 4 PERA CA GA PROSES, A ALISIS KELAYAKA EKO OMI DA LCA PEMBUATA BIODIESEL JARAK PAGAR ME GGU AKA KATALIS HETEROGE KALSIUM OKSIDA 4.1 Pendahuluan et al. + , -+ . + 0 + 1 2 3 + 4 + 5 -+ + 6 6 7 . 8 6 -+ 66 9: ; , 8 = = 3 3 ; ?6 ; 6 = ? =; = 1 , 9: 8 , 4A B 4 = C Fasa 1 D Fasa 2 1 D Fasa 3 D D D = D