Kandungan Gizi dan Forbol Ester Setelah Transesterifikasi in situ dan Detoksifikasi

106 Laju pertumbuhan dan konsumsi forbol ester oleh tikus di dalam diet percobaan pada Tabel 41 memperlihatkan bahwa tidak selalu terdapat hubungan yang linier antara jumlah konsumsi forbol ester dengan pertumbuhan kehilangan berat badan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh kandungan zat antigizi lain Makkar et al. 1997, Aderibigbe et al. 1997 yang ada di dalam bungkil seperti saponin, fitat, lektin dan tripsin. Dari Tabel 42 dapat dilihat bahwa bungkil jarak hasil transesterifikasi secara in situ dikonsumsi lebih banyak. Angka konsumsi bungkil ini relatif sama dengan yang dikonsumsi tikus yang mengkonsumsi pakan standar. Bungkil jarak pagar hasil detoksifikasi juga disukai oleh tikus, walaupun konsumsi rata-rata per hari lebih kecil. Rendahnya konsumsi ini diduga disebabkan oleh masih kuatnya aroma dan rasa sabun dari NaOH pada diet tersebut sehingga tikus mengkonsumsinya lebih sedikit Aregheore et al. 2003; Rakshit et al. 2008. Temler et al. 1983 melaporkan bahwa asupan makanan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti i pola asam amino dari proteinnya, ii rasa, iii bau dan iv tekstur dari makanan tersebut. Rendahnya asupan makanan pada perlakuan G dan H walaupun kandungan forbol esternya rendah barangkali disebabkan oleh rasa, bau dan tekstur, namun bukan oleh pola asam amino dari bungkil J. curcas L. Aregheore et al. 2003. Kecuali rendahnya lisin, bungkil J. curcas L. memiliki keseimbangan asam amino yang mirip dengan asam amino kedele Becker, 1996; Makkar Becker 1997. Level kematian tikus percobaan tidak selalu berhubungan dengan konsumsi phorbol ester rata-rata perhari yang dikonsumsi Tabel 42. Walaupun C lebih sedikit daripada D atau F. Namun kematian lebih awal ternyata diperlihatkan oleh tikus yang mengkonsumsi C. Hasil ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan dan mortalitas tikus tidak hanya disebabkan oleh toksisitas forbol ester, tapi juga disebabkan oleh zat antigizi yang dikandung oleh bungkil tersebut Rakshit et al. 2008 seperti saponin, fitat, lektin dan tripsin. Namun demikian forbol ester tetap menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap asupan makanan dan pertumbuhan tikus. 107

3.3.15 isbah Efisiensi Protein PER dan Indeks Transformasi TI

Nilai PER dan TI ditampilkan pada Tabel 43. PER adalah pertambahan berat badan tikus berdasarkan jumlah protein yang dikonsumsinya. Sementara TI adalah perbandingan asupan yang dikonsumsi setiap pertambahan berat badan. Tabel 43 menunjukkan bahwa semakin banyak kandungan racun dalam diet maka semakin sedikit pakan yang dikonsumsi. Dengan semakin sedikitnya pakan yang dikonsumsi, maka asupan protein pun menjadi semakin sedikit. Aregheore et al. 2003 menunjukkan bahwa kandungan forbol ester melebihi 1,44 mgg dalam diet menghasilkan penurunan asupan makanan, kehilangan berat badan dan rendahnya nilai PER dan TI. Tabel 43 Nisbah Efisiensi Protein PER dan Indeks Transformasi TI Kode Diet PER TI A Kontrol 2,12 2,48 B ALB rendah-bungkil-insitu 1,85 2,37 C ALB rendah-bungkil -ME -19,31 -0,22 D ALB rendah-bungkil -SE -9,95 -0,41 E ALB tinggi-bungkil -ME -11,62 -0,40 F ALB tinggi-bungkil-SE -10,13 -0,41 G ALB rendah-bungkil -NaOH -10,41 -0,42 H ALB tinggi-bungkil -NaOH -11,79 -0,36 I ALB tinggi-bungkil -NaOH- MeOH-air 2,23 1,96