4. 2. 2. 2. Pengorganisasian Direktorat Jenderal Perkebunan - Kementerian Pertanian

K K e e m m e e n n t t e e r r i i a a n n P P e e r r t t a a n n i i a a n n 6 Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI dan efektifitas Koordinasi di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; 7 Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan secara intensif baik di internal dinas maupun dilapanganpetani; 8 Melakukan koordinasi dengan BMG unt uk mendapat kan inf ormasi perubahan iklim yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan j adwal kegiat an lapangan; 9 Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengident if ikasi masalah ket erlambat an dan mencari upaya penyelesaiannya; 10 Perlu kesepakat an dengan BPN agar sert if ikasi lahan unt uk Program Revit alisasi Perkebunan dapat dimasukan dalam Program PRONA dan Sert if ikasi Massal; 11 Penyediaan dana penj aminan unt uk kredit KPEN-RP melalui dana pemerint ah, khususnya unt uk komodit i Karet dan Kakao, diusulkan kepada Kemenkeu; 12 Perlu diupayakan sharing APBD I maupun APBD II unt uk mengalokasikan pendampingan pada pet ani yang t elah mendapat kan pelat ihan Pemberdayaan; 13 Mempersiapkan kelembagaan pet ani yang kuat dan prof esional; 14 Meminimalkan campur t angan dari pihak lain, sepert i Bupat i, DPRD, dll. 151 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 K K e e m m e e n n t t e e r r i i a a n n P P e e r r t t a a n n i i a a n n 3. 4. 2. 2. 3. Pelaksanaan 1 Memepercepat sosialisasi Pedum Pedoman Teknis dan dit indaklanj ut i dengan Pet unj uk Pelaksanaan dan Pet unj uk Teknis kegiat an disosialisasikan secara cepat ; 2 Mengambil langkah-langkah yang luar biasa unt uk percepat an penyerapan keuangan dengan meningkat kan pemant auan kinerj a secara t eknis dan administ rasi; 3 Pengadaan barang j asa bersumber APBN adalah melalui ULP UPT Pusat yang berada didaerah t ersebut . Hal ini dimungkinkan karena didalam Perpres No. 70 t ahun 2012 dan perubahannya t idak mengat ur pelelangan harus dipusat kan pada t empat t ert ent u, bahkan berdasarkan pengalaman pada t ahun-t ahun sebelumnya ada suat u Kabupat en t idak ada ULP maka proses pelelangan dilaksanakan oleh ULP provinsi dimana kabupat en it u berada. 4 Diupayakan unit cost disesuaikan dengan perkembangan harga yang berlaku di daerah; 5 Perlu kesepakat an dengan BPN agar sert if ikasi lahan unt uk Program Revit alisasi Perkebunan dapat dimasukan dalam Program PRONA dan Sert if ikasi Massal; 6 Proses sert if ikasi lahan dapat dilakukan sebelum akad kredit , didahulukan dengan cover let t er j ikaSert if ikasi lahan pet ani belum ada; 152 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 K K e e m m e e n n t t e e r r i i a a n n P P e e r r t t a a n n i i a a n n 7 Diperlukan adanya Pedum dari bank pelaksana di t ingkat Pusat kepada seluruh cabang-cabang unt uk mendukung Program Revit alisasi Perkebunan; 8 Mengopt imalisasi dan pemberdayaan t im kerj a; 9 Pencairan dana dimulai secepat nya dan dipilih kegiat an yang t idak t ergant ung pada musim; 10 Mempercepat penyelesaian piut ang negara pada pet ani eks Proyek UPP t ersebut dengan a Penghapusan non pokok bunga dan denda Pinj aman pet ani dan b Pengendalian piut ang negara pada pet ani; 11 Peningkat an peranan Tim Koordinasi Penanganan Gangguan Usaha di Propinsi dan Kabupat en; 12 Meningkat kan int ensit as sosialisasi ISPO kepada st akeholder t erkait ; 13 Penerapan kemit raan usaha ant ara lain melalui pelaksanaan Corporat e Social Responsibilit y CSR Perusahaan dalam rangka unt uk mencegah t erj adinya gangguan usaha perkebunan.

3. 4. 2. 2. 4. Pengawasan

1 Memerlukan kont rol dan komit men pimpinan dalam pelaksanaan kegiat an; 2 Mengint ensif kan pengawalan, pedampingan dan pembinaan pet ugas pusat ke sat ker daerah; 153 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015