59
ulangan transek kuadrat berukuran 50x50 cm
2
Gambar 16. Pengukuran penutupan lamun didasari metode Seagrass Watch MacKenzie et al. 2003, yang
memungkinkan diperolehnya penutupan lamun lebih tinggi dari 75. Data komunitas ikan juvenil di lamun diperoleh dengan menggunakan jaring gill net
yang disapu di sekitar jalur transek garis untuk pendataan lamun. Sampel ikan juvenil yang diperoleh akan diidentifikasi sampai pada tingkat famili.
4.2.5. Analisis geospasial
Sejumlah variabel geometrik terkait habitat perairan dangkal dan bentukan muka bumi geomorfologi diperoleh dari aplikasi ArcGIS
®
. Kerangka pemikiran dalam analisis geospasial habitat ontogeni ikan terumbu tersaji pada Gambar 17.
Re-klasifikasi Kelas Geomorfologi
Kelas Bentik Habitat Habitat
Terumbu Karang Padang Lamun
Padang Lamun Ikan Juvenil
Karakteristik Habitat Pemeliharaan
Buffer 50 meter
100 meter 250 meter
Terumbu Karang Ikan Terumbu Dewasa
bertanda pemijahan Karakteristik Habitat
Pemijahan Ikan Terumbu
Taksa ikan dewasa bertanda pemijahan
Taksa ikan juvenil Statistik Geospasial
Regresi linier autokorelasi
Analisis Komponen Utama
Geometrik habitat Patch tapak habitat
Area luas habitat Perimeter beting habitat
P:A rasio beting:luas tapak Jarak terdekat
Gambar 17. Alur pemikiran analisis geospasial
Variabel habitat yang diukur adalah jumlah dan jenis tapak habitat patch, luas tapak area, rasio keliling dan luas tapak P:A
–perimeter:area, serta jarak antar habitat ontogeni dari stasiun pengamatan pemijahan ke stasiun koleksi
juvenil ikan terumbu yang mengindikasikan kedekatan konektivitas struktural. Tiap variabel geometrik dikalkulasi menurut tiga lingkup spasial, yaitu 50 m, 100
m, dan 250 m Gambar 18 yang ditetapkan berdasarkan pustaka terkait jangkauan ruaya sejumlah spesies ikan terumbu Nagelkerken 2009 selain dibatasi oleh
lingkup spasial daerah penelitian.
60
Gambar 18. Ilustrasi hirarki lingkup spasial 50, 100, dan 250 m dalam
pengukuran konektivitas struktural habitat ontogeni
Variabel geometrika spasial yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk mengetahui karakteristik dan mengukur struktur spasial bentang alam pesisir.
Selain mengukur struktur bentang pesisir, variabel yang sama juga dianalisis menggunakan Analisis Regresi Linier-ARL dan Analisis Komponen Utama-AKU
Bengen 2000; Zar 1984 untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel geospasial habitat ontogeni terhadap kekayaan taksa ikan terumbu, baik ikan
dewasa maupun juvenil, dan menakar konektivitas struktural habitat ontogeni. Untuk menyesuaikan perbedaan nilai antar beberapa variabel geospasial dan
variabel jumlah taksa ikan, maka variabel luas habitat area yang terkait ditransformasikan menggunakan log10x+1.