Waktu dan tempat Metodologi

58 Pengamatan komunitas ikan dan penilaian kondisi habitat terumbu Metode nonprobability random sampling digunakan untuk secara acak mengambil sampel ground truth di perairan terumbu karang. Pemilihan stasiun didasari oleh hasil pengamatan tanda dan kegiatan pemijahan yang dilakukan sebelumnya tahun 2010-2012, selain berdasarkan bentukan geomorfologi hasil analisis data inderaja Quickbird yang mengindikasikan kemungkinan suatu wilayah terumbu berperan sebagai habitat pemijahan ikan. Teknik pengamatan komunitas bentik terumbu yang digunakan adalah modifikasi transek garis menyinggung English et al. 1997. Gambar 16. Transek untuk pengamatan ikan dan habitat bentik Pengambilan data ikan di terumbu karang di sini tidak terkait kegiatan pemijahan, melainkan untuk mengetahui keragaan komunitas ikan terumbu dewasa yang ada di stasiun pengamatan pemijahan.Kegiatan ini dilakukan dengan acuan transek garis yang sama dengan komunitas bentik. Pengamat bergerak sepanjang transek garis dengan kecepatan konstan dan mencatat seluruh spesies ikan yang teramati berikut jumlah individunya. Lapang pandang ditetapkan sejauh 2,5 meter ke kanan dan kiri serta 3-5 meter ke atas dari transek garis tersebut Gambar 16. Pengamatan juvenil ikan dan penilaian kondisi habitat lamun Metode nonprobability random sampling akan digunakan untuk secara acak mengambil sampel ground truth dari setiap kelas habitat di kawasan lamun. Pemilihan stasiun didasari oleh bentukan geomorfologi atau tipe kelas habitat lamun yang dihasilkan pengolahan data QuickBird. Unit pengamatan adalah transek garis berukuran 25-50 m, yang di dalamnya terdapat sedikitnya enam unit 59 ulangan transek kuadrat berukuran 50x50 cm 2 Gambar 16. Pengukuran penutupan lamun didasari metode Seagrass Watch MacKenzie et al. 2003, yang memungkinkan diperolehnya penutupan lamun lebih tinggi dari 75. Data komunitas ikan juvenil di lamun diperoleh dengan menggunakan jaring gill net yang disapu di sekitar jalur transek garis untuk pendataan lamun. Sampel ikan juvenil yang diperoleh akan diidentifikasi sampai pada tingkat famili.

4.2.5. Analisis geospasial

Sejumlah variabel geometrik terkait habitat perairan dangkal dan bentukan muka bumi geomorfologi diperoleh dari aplikasi ArcGIS ® . Kerangka pemikiran dalam analisis geospasial habitat ontogeni ikan terumbu tersaji pada Gambar 17. Re-klasifikasi Kelas Geomorfologi Kelas Bentik Habitat Habitat Terumbu Karang Padang Lamun Padang Lamun  Ikan Juvenil  Karakteristik Habitat Pemeliharaan Buffer 50 meter 100 meter 250 meter Terumbu Karang  Ikan Terumbu Dewasa bertanda pemijahan  Karakteristik Habitat Pemijahan Ikan Terumbu  Taksa ikan dewasa bertanda pemijahan  Taksa ikan juvenil Statistik Geospasial  Regresi linier autokorelasi  Analisis Komponen Utama Geometrik habitat  Patch tapak habitat  Area luas habitat  Perimeter beting habitat  P:A rasio beting:luas tapak  Jarak terdekat Gambar 17. Alur pemikiran analisis geospasial Variabel habitat yang diukur adalah jumlah dan jenis tapak habitat patch, luas tapak area, rasio keliling dan luas tapak P:A –perimeter:area, serta jarak antar habitat ontogeni dari stasiun pengamatan pemijahan ke stasiun koleksi juvenil ikan terumbu yang mengindikasikan kedekatan konektivitas struktural. Tiap variabel geometrik dikalkulasi menurut tiga lingkup spasial, yaitu 50 m, 100 m, dan 250 m Gambar 18 yang ditetapkan berdasarkan pustaka terkait jangkauan ruaya sejumlah spesies ikan terumbu Nagelkerken 2009 selain dibatasi oleh lingkup spasial daerah penelitian.