Survei transek dan pengamatan ikan terumbu

lain. Hubbard 1997 menyatakan bahwa penalaran bentukan terumbu modern dipengaruhi oleh proses geofisik dan geokimia, selain mempertimbangkan aspek ekologi karena struktur tersebut utamanya dibangun oleh makhluk hidup karang skleraktinia. Hirarki peta habitat secara detail yang dikombinasikan aspek jarak terhadap daratan pulau atau terhadap punggung terumbu reef crest menghasilkan peta hasil overlay baru dengan jumlah kelas tematik sebanyak delapan 8 kelas. Selain darat dan perairan dalam, kelas geomorfologi perairan terumbu Kepulauan Seribu terdiri atas rataan terumbu reef flat, goba dangkal shallow lagoon, goba jeluk deep lagoon, punggung terumbu reef crest, lereng terumbu reef slope, dan gosong terumbu patch reefs. Ilustrasi aerial berdasarkan klasifikasi geomorfologi terumbu di daerah penelitian disajikan pada Gambar 21. Gambar 20. Penampang melintang terumbu secara geomorfologi 66 Gambar 21. Peta geomorfologi kawasan terumbu Kepulauan Seribu 66 67 Informasi geomorfologi terumbu tak hanya ditilik berdasarkan tampakan bentuk secara aerial, melainkan mempertimbangkan profil melintang. Dari Gambar 20-21 diketahui bahwa perairan laut dangkal di barat daya Pulau Panggang menunjukkan adanya mintakat reef flat yang diselingi lagoon dan terbentang sepanjang 1.000 meter hingga mencapai reef crest. Kedalaman maksimum goba di Pulau Panggang mencapai 14 meter. Terdapat fitur geomorfologi unik di hadapan reef crest barat daya Pulau Panggang, yaitu unit terumbu yang akresinya terpisah dan berhadapan langsung dengan patahan continental shelf break. Fitur unit tersebut merupakan gosong terumbu patch reef atau knoll Hubbard 2011. Geomorfologi terumbu merupakan salah satu aspek yang dapat digunakan dalam memprediksi lokasi potensial habitat pemijahan ikan terumbu. Heyman et al. 2008 mendapati bahwa lokasi pemijahan massal ikan terumbu di Belize umumnya ada di batas tubir shelf edge atau di kanal antar pulaugosong terumbu yang menyempit. Terkait hal tersebut, mintakat terumbu terluar di Pulau Panggang dikelilingi oleh untaian patch reef, khususnya di wilayah barat-barat daya dan timur, serta di tenggara obs. pers..

4.3.3. Akurasi peta tematik

Untuk pengukuran akurasi peta tematik habitat yang dihasilkan, sebanyak 374 titik referensi digunakan dalam penghitungan dan penyusunan matriks kesalahan Gambar 22 dan 23 yang diramu menurut metode Congalton and Green 2009. Sebagian titik referensi merupakan hasil survei lamun dan terumbu karang secara insitu menggunakan metode transek, yang menggambarkan kondisi habitat secara ekologi selain untuk keperluan groundtruth. Karakteristik habitat ditetapkan secara visual saat groundtruthing dilakukan menurut acuan komposisi biota bentik danatau substrat yang dijumpai. Parameter-parameter yang digunakan untuk mengukur keakuratan peta tematik adalah overall accuracy OA, producer’s accuracy PA, user’s accuracy UA dan n ilai τ. Dari Gambar 22 diketahui bahwa PA berkisar antara 12,00- 100,00, sedangkan UA menunjukkan kisaran yang lebih baik dari PA yaitu 68 27,91-100,00. Total akurasi secara umum OA menunjukkan bahwa hasil pemetaan habitat perairan dangkal termasuk kategori baik 68.98, yang diperkuat dengan nilai koefisien τ 0,6882. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sekitar 68 dari seluruh data piksel pada citra telah terklasifikasi dengan benar sesuai kondisi di lapangan. Dari 12 habitat perairan dangkal yang ditetapkan, keselarasan antara data referensi, yang merupakan hasil survei in situ, dengan data klasifikasi yang merupakan hasil interpretasi dan analisis citra Quickbird, utamanya terdapat pada kelas habitat karang hidup bercampur pecahan karang KRB dan perairan dalam AD. Disharmoni antara data referensi dengan data klasifikasi umum dijumpai untuk klasifikasi habitat yang berada di mintakat rataan terumbu khususnya yang merupakan kombinasi antara lamun dan alga dengan abiotik tertentu seperti pasir dan pecahan karang rubble. Kondisi yang sama juga menyulitkan Mumby et al. 1998 karena PA untuk kelas habitat lamun yang berdensitas rendah-sedang hanya berkisar 13.5 dan OA dari interpretasi foto udara hanya 57. Menggunakan set data Quickbird yang sama, peta klasifikasi habitat perairan dangkal untuk kawasan yang berdekatan dengan daerah penelitian yang dihasilkan oleh Asmadin 2011 dan Siregar et al. 2010 menunjukkan nilai yang lebih tinggi yaitu 82.79 dan 79.00. Faktor utama memengaruhi akurasi yang lebih baik adalah bahwa survei lapangan groundtruthing untuk kedua kajian tersebut berlangsung pada periode waktu yang berdekatan dengan tanggal akuisisi citra satelit, yaitu tahun 2008-2009. Groundtruthing pada penelitian disertasi ini berlangsung pada pertengahan tahun 2011 dan awal tahun 2012, menerakan temporal gap sedikitnya tiga 3 tahun yang memungkinkan adanya perubahan kondisi substrat dan komunitas bentik terumbu di daerah penelitian.