141
Arus musim barat Januari 2012
Hasil simulasi pola arus saat musim barat disajikan pada Gambar 65 sampai dengan Gambar 68. Saat permukaan air laut mencapai kondisi surut terendah,
dimana pola arus akan cenderung bergerak dari arah selatan dan akan mengalami pembelokan akibat adanya gugusan karang ke arah barat laut dan timur laut.
Kecepatan arus saat surut terendah dapat mencapai 0,995 ms dengan kecepatan arus rata-rata adalah 0,029 ms. Pola arus saat kedudukan muka air berada pada
kondisi surut terendah disajikan pada Gambar 66. Pada saat kedudukan muka air berada pada kondisi Mean Sea Level MSL
menuju surut terendah, pola arus cenderung bergerak dari arah barat menuju ke arah Timur dan Timur Laut dengan kecepatan berkisar antara 0-0,287 ms rata-
rata kecepatan arus 0,036 ms. Pola arus saat kedudukan muka air berada pada kondisi MSL menuju surut terendah disajikan pada Gambar 65.
Gambar 65. Pola arus permukaan saat kedudukan muka air pada kondisi dari
MSL menuju surut terendah musim barat
142
Gambar 66. Pola arus permukaan saat kedudukan muka air pada kondisi surut
terendah musim barat
Gambar 67. Pola arus permukaan saat kedudukan muka air pada kondisi dari
MSL menuju pasang tertinggi musim barat
143
Gambar 68. Pola arus saat kedudukan muka air pada kondisi pasang tertinggi
musim barat
Saat kondisi permukaan air laut berada pada MSL menuju pasang tertinggi, pola arus cenderung mengitari gugusan terumbu menuju ke arah barat dan barat
daya dengan kecepatan berkisar 0-0,202 ms dengan rata-rata 0,023 ms. Pola arus saat kedudukan muka air berada pada kondisi MSL menuju pasang tertinggi
disajikan pada Gambar 67 sedangkan pada saat muka air mencapai pasang tertinggi kecepatan arus cenderung melemah dengan kisaran 0-0,191 ms rata-
rata 0,030 ms. Pola arus saat kedudukan muka air berada pada kondisi pasang tertinggi disajikan pada Gambar 68.
6.3.2. Simulasi aliran larva ikan
Hasil simulasi pergerakan larva selama 30 hari simulasi diperoleh untuk kondisi musim barat dan musim timur, yang disajikan pada Gambar 69 dan 72.
Penetapan periode 30 hari tidak mempertimbangkan durasi larva pelagis yang dimiliki oleh spesies ikan terumbu saat selesai peristiwa pemijahan. Atas dasar
tersebut, maka simulasi aliran larva ikan terumbu yang dihasilkan akan lebih diulas untuk mengetahui sebaran larva secara geospasial, yang mengindikasikan
konektivitas potensial antar habitat ikan terumbu ontogeni.
144
Aliran larva pada musim timur Juli 2011
Musim timur pada simulasi model aliran larva berlangsung pada bulan Juli 2012 selama 30 hari. Dari Gambar 69 diketahui bahwa sebaran larva ikan
terumbu dari 17 titik yang ditetapkan sebagai source dapat bermuara di wilayah yang dekat dari stasiun pemijahan SPG, BKAR, UPG, ataupun dapat bermuara
jauh dari stasiun pemijahan BDPG, BPG, UPR.
Gambar 69. Simulasi arah pergerakan larva ikan terumbu pada musim timur
145
Gambar 70. Simulasi sebaran larva ikan terumbu pada musim timur, menurut
kondisi pasang tertinggi atas dan surut terendah bawah
Simulasi aliran larva yang digambarkan untuk masing-masing titik source Gambar 69 menunjukkan bahwa 4 empat stasiun pemijahan berperan kurang
potensial sebagai produsen larva ikan terumbu untuk daerah penelitian, yaitu SPR, UPR, KKEC, dan BPG. Simulasi pergerakan larva yang dihasilkan menunjukkan
kondisi yang selaras dengan simulasi model hidrodinamika, yaitu bergerak ke arah timur laut dan barat daya. Diketahui bahwa ada tujuh 7 stasiun pemijahan yang
tidak memiliki konektivitas potensial berdasarkan simulasi pergerakan larva pada musim timur. Dengan demikian, cukup banyak aliran larva yang mengarah ke luar
daerah penelitian dan tidak bermuara di habitat pemeliharaan yang ditetapkan. Sebaran larva ikan, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 70, pada musim
timur utamanya terkonsentasi di wilayah tengah domain penelitian. Hal tersebut menunjukkan bahwa rataan terumbu Pulau Panggang, Gosong Pramuka, dan
Pulau Karya berperan strategis sebagai daerah larva ikan terumbu bermuara.
146
Aliran larva pada musim barat Januari 2012
Musim barat pada simulasi model aliran larva berlangsung pada bulan Januari 2012 selama 30 hari. Dari Gambar 71 diketahui bahwa sebaran larva ikan
terumbu dari 17 titik yang ditetapkan sebagai source, utamanya bermuara di perairan Gosong Pramuka dan Pulau Pramuka.
Gambar 71. Simulasi arah pergerakan larva ikan terumbu pada musim barat
147
Gambar 72. Simulasi sebaran larva ikan terumbu pada musim barat, menurut
kondisi pasang tertinggi atas dan surut terendah bawah
Simulasi aliran larva yang digambarkan untuk masing-masing titik source Gambar 71 menunjukkan bahwa 4 empat stasiun pemijahan berperan kurang
potensial sebagai produsen larva ikan terumbu untuk daerah penelitian, yaitu SPR, UPR, KKEC, dan BPG. Hal tersebut ditunjukkan oleh jalur pergerakan larva yang
menuju ke luar daerah penelitian. Sebanyak 13 stasiun pemijahan memiliki konektivitas potensial habitat
ontogeni, karena jalur pergerakan larva selama 30 hari menunjukkan bahwa lintasan akhirnya bermuara di habitat padang lamun rataan terumbu bagian
dalam yang ada di dalam domain penelitian. Simulasi pergerakan dan sebaran larva menunjukkan kondisi yang selaras dengan simulasi model hidrodinamika,
yaitu bergerak ke arah timur dan timur laut. Terkait dengan konektivitas struktural habitat ontogeni yang diulas pada
Bab 4, diketahui bahwa stasiun pemijahan yang memiliki konektivitas struktural tinggi belum tentu memiliki konektivitas potensial sebagaimana ditunjukkan oleh
BPG yang muara aliran larvanya menuju ke luar daerah penelitian. Selama