Minat Evaluasi Pembelajaran PAI Ranah Afektif

7. Menunjukkan sikap peduli terhadap bahasa dan dialek, dan 8. Menunjukkan sikap kompetitif, sportif, dan etos kerja untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam bidang iptek Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Direktorat Pembinaan SMA: 2010, 46-47. Adapun aspek afektif yang dominan pada mata pelajaran Pendidikan Agama meliputi aspek penanaman nilai–nilai akhlak SK Dirjen Mandikdasmen Nomor 12CKEPTU2008 tentang Bentuk dan Tata Cara Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan SMA: 2010, 47. Dalam konteks pembelajaran PAI, maka pengembangan evaluasi belajar diarahkan pada pengembangan moral Islam akhlaq dalam kerangka pengembangan fitrah penciptaan manusia. Dalam kaitan ini, Hasan Langgulung 1986: 5 menegaskan bahwa “ketika Allah meniupkan roh ciptaan-Nya kepada diri manusia, maka pada saat itulah manusia memiliki sifat-sifat ketuhanan sebagaimana yang terdapat dalam al-asma’ al- husna. Hanya saja, kalau Allah bersifat Maha, maka manusia itu hanya mempunyai sifat sebagian darinya”. Berdasarkan fitrah yang disebutkan di atas pengembangan evaluasi ranah afektif pembelajaran pendidikan agama Islam telah dilakukan. Dalam kaitannya dengan ranah afektif pembelajaran, maka pengembangan evaluasi ranah afektif pembelajaran pendidikan agama Islam mengarah kepada pengembangan aspek perilaku afektif melalui penekanan bagaimana mengevaluasi perilaku akhlak moral Islam. Tentu saja evaluasi terhadap aspek perilaku membutuhkan suatu proses pembelajaran PAI yang juga menitik beratkan pada ranah afektif ini, dengan tidak meninggalkan aspek kognitif dan psikomotorik. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan evaluasi pendidikan adalah bagaimana mengevaluasi pembelajaran PAI dengan bertolak pada aspek perilaku dan moral anak didik. Sementara dalam kurikulum 2013 sikap dibagi menjadi dua kompetensi yakni, kompetensi sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan kemendikbud: 2014, 7. Pada jenjang SMPMTs, kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1: menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, sedangkan kompetensi sikap sosial mengacu pada KI-2: menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya Mulyasa: 2013, 177. Berdasarkan rumusan KI-1 dan KI-2 di atas, penilaian sikap pada jenjang SMP MTs mencakup: Tabel 2. 3 Cakupan Penilaian Sikap Penilaian Sikap Cakupan Sikap Spiritual Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut Sikap Sosial 1. Jujur 2. Disiplin 3. Tanggung jawab 4. Toleransi 5. Gotong royong 6. Santun 7. Percaya diri KD pada KI-1: aspek sikap spiritual untuk mata pelajaran tertentu bersifat generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok. Sedangkan KD pada KI-2: aspek sikap sosial untuk mata pelajaran tertentu bersifat relatif generik, namun beberapa materi pokok tertentu ada KD pada KI-3 yang berbeda dengan KD lain pada KI-2. Guru dapat menambahkan sikap-sikap tersebut menjadi perluasan cakupan penilaian sikap. Perluasan ini, didasarkan pada karakteristik KD pada KI-1 dan KI-2 setiap mata pelajaran. Dengan demikian tipikal hasil belajar akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Sekalipun bahan pengajaran dalam lembaga pendidikan berisi ranah kognitif, ranah afektif harus menjadi bagian integral dari bahan pengajaran dan harus tampak dalam proses belajar mengajar yang dicapai siswa. Dan aspek afektif merupakan aspek pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan dengan kedua aspek lainnya, yaitu kognitif dan psikomotorik baik di dalam proses pembelajaran maupun evaluasinya. Adapun fungsi evaluasi ranah afektif Pai adalah agar tidak terjadi kesalahan ketika mengadakan penilaian. Berikut ini beberapa fungsi evaluasi ranah afektif PAI dalam pembelajaran adalah: a. Sebagai alat seleksi dan berfungsi sebagai diagnostik disini guru akan mengetahui kelemahan siswa dan sebab-sebabnya sehingga guru akan mudah dalam mengadakan penilaian terhadap siswa dan cara mengatasinya. b. Sebagai penempatan. c. Sebagai pengukuran keberhasilan, penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan, dan keberhasilan program pengajaran ditentukan oleh beberapa faktor yakni guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem administrasi Suharsimi: 2009, 10-11. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa fungsi evaluasi adalah melingkupi beberapa hal; a dapat mengukur terhadap peningkatan karakteristik afektif siswa; b melakukan bimbingan terhadap karakteristik afektif siswa ke arah yang baik; c menempatkan karakteristik siswa kepada kondisi yang sesuai dengan latar belakang siswa baik dari aspek sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.