orang lain yang sedang dalam kesulitan tidak hanya materi saja melainkan juga dengan kata-kata penyemangat untuk memotivasinya. Ia berusaha meringankan kesulitan orang
lain tetapi tidak sepenuhnya karena ia pun memiliki keterbatasan dalam membantunya. Setiap bertemu teman ia selalu menyapanya apabila ia melihatnya dan jaraknya dekat agar
tidak teriak lebih keras dalam mengeluarkan suaranya dan posisinya pun yang memungkinkan untuk ditegur. Setiap bertemu guru ia selalu memberikan salam dan
mencium tangannya , karena hal tersebut selalu ditanamkan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan sekolah. Bahkan ia memberi salam tidak di lingkungan sekolah saja melainkan
di luar sekolah seperti di rumah dan di masyarakat ketika bertemu guru dan bertemu kepada orang yang lebih tua darinya ia memberikan salam wawancara siswa: 2016, 28
April.
Hasil wawancara kepada MU peserta didik kelas IX-A SMPN 1 Tanara ini menunjukkan bahwa ia berusaha komitmen untuk menepati janji kepada orang tua, teman
maupun anak kecil. Ia selalu membantu orang lain apabila sedang dalam kesulitan, seperti meminjamkan barang yang ia miliki. Ia berusaha meringankan kesulitan orang lain jika
situasi dan kondisi memungkinkan. Ia pun selalu menyapa setiap melihat teman atau orang yang pernah berinteraksi dengan ia sebelumnya, karena ia merupakan tipe orang yang
mudah bergaul dan akrab. Setiap bertemu dengan guru pun ia selalu memberikan salam, baik bertemu di sekolah maupun di luar sekolah wawancara siswa: 2016, 29 April.
Hasil wawancara kepada OH peserta didik kelas IX-A SMPN 1 Tanara ini menunjukkan bahwa ia memiliki komitmen dalam berjanji untuk selalu menepatinya
karena menurutnya janji itu adalah hutang yang harus dibayar dengan cara menepatinya. Apabila teman atau orang lain mengalami kesulitan ia berusaha untuk membatu
menyelesaikan masalahnya, seperti meminjamkan uang jika teman itu membutuhkan uang. Jika ada orang lain mengalami kesulitan ia berusaha meringankannya. Ia pun tidak segan-
segan menyapa kepada teman saat berpapasan di tengah jalan walaupun temannya tidak melihatnya, ia menyapanya karena ada dorongan dari dalam diri untuk menyapa orang-
orang yang ia kenal. Ketika bertemu guru, ia pun selalu memberikan salam dan mencium tangan kepadanya karena sebagai tanda penghormatan dan taat kepada guru tersebut
wawancara siswa: 2016, 29 April.
Hasil wawancara kepada RL peserta didik kelas IX-A SMPN 1 Tanara ini menunjukkan bahwa ia memiliki komitmen dalam berjanji dengan cara menepatinya
karena hal ini merupakan yang selalu ditanamkan oleh guru agar memiliki komitmen dalam berjanji dan menepatinya. Ia pun tidak segan-segan membantu orang lain yang
sedang mengalami kesulitan sesuai kemampuannya. Ia juga ikut meringankan ketika orang lain mengalami kesulitan, seperti memberikan sebagian tenaga, dan juga materi yang
dimilikinya. Setiap bertemu dengan teman yang ia kenal, ia selalu menyapanya walaupun temannya tidak melihatnya. Ia pun selalu memberikan salam kepada guru di mana saja ia
berteme dengannya karena ia beranggapan memberikan salam itu sebagian dari tata krama kepada orang yang lebih tua dari padanya wawancara siswa: 2016, 30 April.
Hasil wawancara kepada TN peserta didik kelas IX-A SMPN 1 Tanara ini menunjukkan bahwa ia memiliki komitmen dalam berjanji dan berusaha untuk
menepatinya. Komitmen dalam berjanji ini ia tanamkan dalam diri sendiri lalu kepada orang lain, karena menurutnya jika tidak bisa komitmen terhadap diri sendiri bagaimana
bisa komitmen terhadap orang lain, seperti ia berjanji dan komitmen kepada diri sendiri bahwa ia bisa menjadi juara kelas. Karena ia sudah berkomitmen kepada diri sendiri, ia
berusaha belajar, berdoa lebih giat serta berserah diri kepada Allah untuk meningkatkan prestasi dan hingga terwujud menjadi juara kelas. Ia pun membantu teman yang
mengalami kesulitan, seperti apabila ada teman yang kurang mengerti terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam atau mata pelajaran lain, ia berusaha menjelaskan dan
mengajarkan teman tersebut hingga ia paham dan mengerti. Menurutnya kesulitan orang lain adalah tanggung jawabnya, namun ia berusaha untuk meringankannya dengan cara
membantunya sekuat tenaga sesuai dengan kemampuan diri. Ia juga selalu menyapa teman yang ia kenal walaupun temannya tidak melihatnya. Jika kepada orang yang belum ia
kenal apabila ada kontak mata, ia hanya memberikan senyuman. Setiap bertemu guru baik di kelas maupun di luar kelas ia selalu memberika salam dan mencium tangannya
wawancara siswa: 2016, 30 April.
e. Faktor Pendukung Melakukan Penilaian Afektif
Faktor pendukung dalam melakukan penilaian afektif menurut guru berprestasi ini adala format penilaian sikap sudah tersedia sehingga memudahkan untuk melakukan
penilaiannya. Lalu disamping lembar penilaian, ada dukungan dari orang tua dan masyarakat sekitar yang memberikan informasi mengenai sikap siswa ketika berada di luar
lingkungan sekolah. Masyarakat sekitar sekolah selalu memberikan laporan kepada guru mengenai sikap para siswa SMPN 1 Tanara yang melakukan aktifitas baik positif maupun
negatif di luar lingkungan sekolah seperti, merokok, bolos, membersihkan masjid wawancara : 2016, 27 Juni . Sedangkan wawancara dengan kepala sekolah faktor yang
menunjang penilaian afektif yaitu sebagai pemimpin sekolah ia mengadakan pelatihan khusus mengenai penilaian afektif kepada guru-guru. Wawancara kepada guru BK
mengenai pendukung dari penilaian afektif ialah adanya konsekuensi apabila siswa bersikap tidak baik tidak boleh mengikuti ujian nasional untuk kelas IX dan dijadikan
tolak ukur kenaikan kelas untuk kelas VII dan kelas VIII. Sedangkan wawancara kepada komite sekolah menunjukkan bahwa ia selalu memberikan informasi mengenai sikap siswa
terutama sikap siswa yang berperilaku negatif yang berada diluar lingkungan sekolah.
f. Kendala dalam Melakukan Penilaian Afektif
Kendala yang dirasakan guru PAI berprestasi ini dalam melakukan penilaian afektif adalah belum betul-betul mendapatkan form penilaian yang akurat dari pemerintah untuk
menilai aspek sikap, terutama sikap spiritual. Contohnya mengenai taqwa, belum ada form penilaian yang rinci dari pemerintah. Selanjutnya, menurut kepala sekolah kendala yang
dialami dalam penilaian afektif adalah banyak indikator yang harus dinilai sehingga penilaiannya harus terus berlanjut dan berkesinambungan yang tidak ditentukan oleh
waktu. Adapun menurut guru lain kendala melakukan penilaian afektif adalah waktu penilaiannya sedikit karena guru sibuk harus mengajar. Sedangkan wawancara kepada
komite sekolah kendalanya adalah sulit membedakan siswa kelas berapa yang melakukan sikap negatif di luar sekolah sehingga khawatir salah memberikan informasi.
B. Analisis Atas Temuan Lapangan 1.
Kritik Atas Krangka Konseptual a.
Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan gambaran penampilan suatu kemampuan tertentu yang secara utuh perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur.
Kompetensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kompetensi pedagogik guru. Tugas guru dalam pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori;
pertama, merencanakan pembelajaran. dalam merencanakan pembelajaran ini di antara tugasnya sebagai berikut:
1 Membuat silabus, 2 Membuat RPP,
3 Menguasai materi ajar, 4 Menguasai metode pengajaran,
5 Menguasai media ajar, 6 Menyusun instrumen ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik wawancara guru:
2016, 23 Mei. Kedua, menyelenggarakan pembelajaran. Di antara tugas guru dalam penyelenggaraan
pembelajaran ialah: 1 Memberikan pembelajaran kepada siswa.
2 Memberikan pengayaan kepada siswa yang nilainya di atas KKM. Di SMPN 1 Tanara Serang Banten, siswa dapat melaksanakan program pengayaan dengan
ketentuan sebagai berikut. a Pengayaan wajibboleh diikuti oleh siswa yang telah mencapai KKM dalam
setiap kompetensi dasar. b Kegiatan pengayaan dilaksanakan di dalamdi luar jam pembelajaran.
c Nilai pengayaan yang lebih tinggi dari nilai sebelumnya yang bisa diperhitungkan Kurikulum SMPN 1 Tanara : Dokumen 1, 2015, 23.
3 Melaksanakan remedial kepada siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Di SMP Negeri 1 Tanara dalam pelaksanaan program remedial manakala ada peserta
didik yang belum memiliki ketuntasan belajar, misalnya dengan ketentuan sebagai berikut.
a Kegiatan remedial adalah kegiatan remedial pembelajaran yang diikuti oleh penilaian remidial.
b Remedial wajib diikuti oleh siswa yang belum mencapai KKM dalam setiap kompetensi dasar.
c Kegiatan remedial dilaksanakan di dalamdi luar jam pembelajaran d Kesempatan mengikuti kegiatan remedial dapat berkali-kali dalam satu
semester yang sama. e Nilai remedial dapat melampaui atau sama dengan KKM Kurikulum SMPN 1
Tanara : Dokumen 1, 2015, 23. Ketiga, mengevaluasi hasil belajar. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan penilaian
hasil belajar siswa, guru Pendidikan Agama Islam berprestasi ini melakukannya secara: a. Kontinue,
b. Komprehensif, c. Objektif, dan
d. Transparan wawancara guru: 2016, 23 Mei.
Maksud kontinue di sini adalah dalam melakukan penilaian hasil belajar siswa, guru Pendidikan Agama Islam berprestasi ini melaksanakannya secara teratur, terencana, dan
terjadwal. Jadi dalam melaksanakan penilaian tidak hanya dilakukan sesekali, melainkan dilakukan secara teratur, terjadwalkan, berkesinambungan dari waktu ke waktu, sehingga
jika ada kesalahan atau kekurangan dalam proses pembelajaran dapat diperbaiki wawancara guru: 2016, 23 Mei.
Maksud komprehensif di sini adalah dalam melakukan penilaian hasil belajar siswa, guru Pendidikan Agama Islam berprestasi ini melaksanakannya secara keseluruhan semua
aspek yang dinilai, bukan hanya aspek kognitif saja, melainkan meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik wawancara guru: 2016, 23 Mei.
Maksud objektif di sini adalah dalam melakukan penilaian hasil belajar siswa, guru Pendidikan Agama Islam berprestasi ini melaksanakannya secara apa adanya yang
menggambarkan kondisi peserta didik di kelas maupun di luar kelas, tanpa memandang latar belakang peserta didik wawancara guru: 2016, 23 Mei.
Maksud transparan di sini adalah dalam melakukan penilaian hasil belajar siswa, guru Pendidikan Agama Islam berprestasi ini melaksanakannya secara terbuka yaitu
keterbukaan penilaian antara murid dan guru. Jadi pada tahun ajaran baru ketika awal pertemuan, guru PAI berprestasi ini menjelaskan kepada siswa bagaimana pelaksanaan
penilaian tersebut, mulai dari aspek apa saja nilai tersebut di dapat, dasar pengambilan keputusan, dan bagaimana pengolahan nilai tersebut sampai akhirnya tertera dan dapat
diterima wawancara guru: 2016, 23 Mei.
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan penilaian hasil belajar siswa, guru Pendidikan Agama Islam berprestasi ini melakukannya dengan kontinue, komprehensif, objektif, dan
transparan. Guru tersebut sudah memperhatikan prinsip dasar dalam pelaksanaan penilaian meskipun hanya sebagian prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan karena
disesuaikan dengan kondisi sekolah. Karena idealnya prinsip-prinsip pelaksanaan evaluasi pembelajaran telah dijelaskan dalam Permendikbud No. 53 Tahun 2015 tentang penilaian
hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, pada pasal 4 ialah:
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. d. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran. e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan. f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Dan
i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
Pendekatan penilaian yang digunakan oleh SMPN 1 Tanaran Serang Banten pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan Penilaian Acuan Kriteria PAK yang
merupakan penilaian pencapaian kompetensi berdasarkan pada KKM Kriteria Ketuntasan Minimal. Penilaian Acuan Kriteria PAK ini diberlakukan sejak tahun 2004 yang
bertolak pada Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK. Oleh karena itu, dengan menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Kriteria PAK, guru dapat menentukan KKM
pada mata pelajaran yang diampunya. Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tanara Serang Banten, Kriteria Ketuntasan Minimalnya adalah 75. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat tabel berikut.
Tabel 4. 12
Kriteria Ketuntasan Minimal KKM SMPN 1 Tanara
No. Mata Pelajaran
Aspek Penilaian Nilai
Angka Huruf
1 Pendidikan Agama
Penguasaan konsep dan nilai-nilai
75 Tujuh Puluh
Lima Penerapan
75 Tujuh Puluh
Lima 2
Pendidikan Kewarganegaraan
Penguasaan konsep dan nilai-nilai
72 Tujuh Puluh
Dua Penerapan
72 Tujuh Puluh
Dua
3 Bahasa Indonesia
Mendengar 72
Tujuh Puluh Dua
Berbicara 72
Tujuh Puluh Dua
Membaca 72
Tujuh Puluh Dua
Menulis 72
Tujuh Puluh Dua
Apresiasi Sastra 72
Tujuh Puluh Dua
4 Bahasa Inggris
Mendengarkan 71
Tujuh Puluh Satu
Berbicara 71
Tujuh Puluh Satu
Membaca 71
Tujuh Puluh Satu
Menulis 71
Tujuh Puluh Satu
5 Matematika
Pemahaman konsep 70
Tujuh Puluh
No. Mata Pelajaran
Aspek Penilaian Nilai
Angka Huruf
Penalaran dan komunikasi
70 Tujuh Puluh
Pemecahan masalah 70
Tujuh Puluh 6
Ilmu Pengetahuan Alam
Pemahaman dan penerapan konsep
71 Tujuh Puluh
Satu Kerja ilmiah
71 Tujuh Puluh
Satu 7
Ilmu Pengetahuan Sosial
Penguasaan konsep 72
Tujuh Puluh Dua
Penerapan 72
Tujuh Puluh Dua
8 Seni dan Budaya
Apresiasi 74
Tujuh Puluh Empat
Kreasi 74
Tujuh Puluh Empat
9 Pendidikan Jasmani,
Olah Raga dan Kesehatan
Kemampuan gerak dasar
75 Tujuh Puluh
Lima Keterampilan cabang
olah raga 75
Tujuh Puluh Lima
Kebugaran dan kesehatan
75 Tujuh Puluh
Lima
10 Teknologi Informasi
dan Komunikasi Etika Pemanfaatan
73 Tujuh Puluh
Tiga Pengolahan dan
Pemanfaatan Informasi
73 Tujuh Puluh
Tiga Penugasan Proyek
73 Tujuh Puluh
Tiga 11
Muatan Lokal: BTQ
Penguasaan Konsep 71
Tujuh Puluh Satu
Penerapan 71
Tujuh Puluh Satu
Rata-rata Ketuntasan
72 Tujuh Puluh
Dua Berdasarkan penjelasan dari Dr. Ahmad Sofyan dalam perkuliahan pengembangan
evaluasi PAI, KKM Kriteria Ketuntasan Minimal lebih dari 75 itu merupakan KKM yang ideal. Karena yang mempengaruhi KKM itu ada beberapa faktor, di antara sebagai berikut.
1. Daya dukung 2. Kemampuan awal siswa intake siswa
3. Kompleksitas Sofyan: 2015, 8 Desember.
Dengan tiga faktor tersebut guru dapat menentukan KKM pada mata pelajaran yang diampunya. Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tanara
dengan KKM 75 merupakan sudah ideal.