pembelajaran yakni; sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, komprehensif dan kontinu, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel.
E. Evaluasi Ranah Afektif
Anas Sujiono 2011: 54 berpendapat bahwa “ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai”. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta
didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama di
sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama
Islam dan sebagainya.
Hingga dewasa ini, ranah afektif merupakan kawasan pendidkan yang masih sulit untuk digarap secara operasional. David Krathwohl beserta para kawan-kawannya yang
merupakan para pakar dengan reputasi akademik mengeluhkan betapa sulit mengembangkan kawasan afektif terutama jika dibandingkan dengan kawasan kognitif
Krathwohl, 1964:22. Kawasan afektif seringkali tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan psikomotor. Teoritik bisa membedakannya, praktiknya tidak demikian. Oleh karena itu
David R. Krathwohl Krathwohl, 1964: 7, mendefinisikan ranah afektif sebagai berikut: “affective: objectives which emphasize a feeling tone, an emotion, or a degree of
acceptance or rejection, affective objectivies vary from simple attention to selected phenomena to complex but internally consistent qualities of character and conscience. We
found a large number of such objectivies in the literature expressed as interest, attutides, appreciations, values, and emotional sets or biases.” Afektif ialah perilaku yang
menekankan perasaan. Emosi atau derajat tingkat penolakan atau penerimaan terhadap suatu objek. Tujuan afektif mengubah dari yang sederhana menuju fenomena yang
komplek lebih rumit serta menanamkan fenomena yang sesuai dengan karakter dan kata hatinya. Kita menemukan sejumlah besar tujuan yang tampak melalui sikap, minat,
apresiasi, nilai dan emosi atau prasangka.” Istilah “afektif” sendiri sebenarnya mempunyai makna yang sangat luas. Walaupun
banyak tokoh, termasuk para pakar pendidikan yang menyadari betapa pentingnya ranah afektif ini dalam proses pendidikan, namun belum ada definisi yang dapat disepakati
bersama tentang afektif ini. Maka kaitannya dengan pembelajaran terutama pendidikan agama Islam, bahwa aspek afektif sering disamakan dengan akhlak. Padahal antara sikap
dan akhlak adalah berbeda sekali. Meskipun demikian sebutan untuk ranah afektif merupakan bahasan yang sangat luas sejak diterbitkannya taksonomi tujuan pendidikan
oleh Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan Bloom: 1956, 16. Pada kurikulum 2013 lingkup penilaian ranah afektif merupakan dominan yang utama
sehingga urutannya sangat berbeda dengan kurikulum sebelumnya yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dan masalah sikap pada kurikulum ini dibagi menjadi dua
kompetensi yakni, kompetensi sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan
peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha
Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan kemendikbud: 2014, 7.
Dengan demikian penilaian ranah afektif adalah penilaian terhadap perilaku atau sikap siswa untuk mengetahui sejauh mana perilaku atau sikap siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
F. Evaluasi Pembelajaran PAI Ranah Afektif
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu
mengevaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya melaksanakan penialaian proses dan hasil belajar.
Selanjutnya, yang dimaksud evaluasi pendidikan agama Islam adalah suatu cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar perhitungan yang
bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental dan spiritual, melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan
masyarakat Arifin: 2009, 162. Sedangkan Armai arief 2002 berpendapat yang dimaksud dengan “evaluasi pendidikan agama Islam adalah suatu kegiatan untuk
menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam, evaluasi ini diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam
menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas dan sebagainya” h. 67.
Dengan demikian dapat disimpulkan maksud dari evaluasi pendidikan agama Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna
melihat sejauh mana keberhasilan pendidik yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri.
G.
Karakteristik Ranah Afektif
Dalam melakukan penilaian agar tidak terjadi kesalahan, baik dalam instrumen yang digunakan maupun langkah-langkah proses penilaiannya, maka seorang guru perlu
mengetahui karakteristik ranah afektif dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Di antara karakteristik ranah afektif yang penting adalah:
1. Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu
yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal maupun nonverbal. Perubahan sikap dapat diamati mulai dalam proses pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu Darmadji, 2011: 6.
Definisi sikap sebagian besar ahli menentukan kata-kata “pre disposision” yang berarti adanya kecenderungan, yang dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi jika
telah diketahui sikapnya. Dalam proses belajar mengajar terlihat adanya sikap siswa seperti kemauannya untuk menerima pelajaran dari guru, perhatian yang telah dijelaskan,
penghargaan terhadap guru, sikap akan memberikan arah terhadap individu untuk melakukan perubahan positif atau negatif. Sikap disini adalah sikap siswa terhadap guru,
sekolah dan terhadap mata pelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sikap merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan dan mempengaruhi perilaku.