Wawancara Evaluasi Pembelajaran PAI Ranah Afektif

Tabel 2. 5 Contoh Skala Thurstone No Pernyataan Jawaban 1 2 3 4 5 6 7 1 Belajar PAI sangat menyenangkan 2 Belajar PAI harus dibuat mudah 3 Belajar PAI sangat sulit c. Skala differensial, yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda atau check list, melainkan tersusun dalam garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak dibagian kiri, atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui skala pengukuran ini adalah data verbal. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang Sugiyono: 2010, 140. Contohnya sebagai berikut. Belajar Shalat Menyenangkan 7 6 5 4 3 2 1 Membosankan Sulit 7 6 5 4 3 2 1 Mudah Bermanfaat 7 6 5 4 3 2 1 Tidak bermanfaat Menentang 7 6 5 4 3 2 1 Banyak Menjengkelkan 7 6 5 4 3 2 1 Sedikit Pada kurikulum 2013 teknik yang digunakan ada sedikit perbedaan dengan kurikulum sebelumnya dan yang dikedepankan adalah mengenai sikap spiritual dan sikap sosial yang ditandai dengan Kompetensi Inti KI-1 dan KI-2, selain KI dijumpai juga Kompetensi Dasar KD. Kompetensi sikap, baik sikap spiritual dan sikap sosial tidak diajarkan dalam Proses Belajar Mengajar PBM. Artinya kompetensi sikap spiritual dan sosial meskipun memiliki kompetensi dasar KD, tetapi tidak dijabarkan dalam materi atau konsep yang harus disampaikan atau diajarkan kepada peserta didik melalui PBM yang terdiri dari pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Namun meskipun kompetensi sikap spiritual dan sosial harus terimplementasikan dalam PBM melalui pembiasaan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam keseharian melalui dampak pengiring dari pembelajaran. Jadi, dalam kurikulum 2013 kompetensi sikap ini, baik sikap spiritual maupun sosial merupakan pembelajaran tidak langsung indirect learning, tidak diajarkan dalam PBM tetapi menjadi pembiasaan melalui keteladanan yang harus dicontohkan oleh guru dan akan diikuti siswa dalam proses belajar mengajar. Pada ranah sikap spiritual penilaian sikap dapat dilakukan dengan observasi dan jurnal, sedangkan pada ranah sikap sosial dapat dilakukan dengan bentuk observasi, penilaian diri dan penilaian antar peserta didik Taher: 2013, 4. Pemaparan sebagai berikut:

1 Observasi

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan instrumen yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Observasi langsung dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa perantaraan orang lain. Sedangkan observasi tidak langsung dengan bantuan orang lain, seperti guru lain, orang tuawali, peserta didik, dan karyawan sekolah. Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi adalah lembar observasi yang berupa skala penilaian rating scale yang disertai rubrik. Skala penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku peserta didik dalam suatu rentangan sikap. Pedoman observasi secara umum memuat pernyataan sikap atau perilaku yang diamati dan hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai kenyataan Kemendikbud, 2014: 5. Pernyataan memuat sikap atau perilaku yang positif atau negatif sesuai dengan indikator penjabaran sikap dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar. Rentang skala hasil pengamatan antara lain berupa: a selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah b sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Pedoman observasi dilengkapi juga dengan rubrik dan petunjuk penskoran. Rubrik memuat petunjukuraian dalam penilaian skala atau daftar cek. Sedangkan petunjuk penskoran memuat cara memberikan skor dan mengolah skor menjadi nilai akhir Kemendikbud, 2014: 5. Agar observasi lebih efektif dan terarah hendaknya: a dilakukan dengan tujuan yang jelas dan direncanakan sebelumnya. Perencanaan mencakup indikator atau aspek yang akan diamati dari suatu proses; b menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek atau skala penilaian; c penilaian perkembangan sikap didasarkan pada kecenderungan sikap peserta didik pada kurun waktu tertentu, misalnya dua minggu terakhir; dan d segera membuat kesimpulan setelah observasi selesai dilaksanakan. 2 Penilaian diri Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri menggunakan daftar cek atau skala penilaian rating scale yang disertai rubrik Kemendikbud, 2014: 5. Sedangkan menurut permendikbud no. 66 tahun 2013, “Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri”. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Ada tiga keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain: