Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran

Dengan demikian penilaian ranah afektif adalah penilaian terhadap perilaku atau sikap siswa untuk mengetahui sejauh mana perilaku atau sikap siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

F. Evaluasi Pembelajaran PAI Ranah Afektif

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya melaksanakan penialaian proses dan hasil belajar. Selanjutnya, yang dimaksud evaluasi pendidikan agama Islam adalah suatu cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental dan spiritual, melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakat Arifin: 2009, 162. Sedangkan Armai arief 2002 berpendapat yang dimaksud dengan “evaluasi pendidikan agama Islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam, evaluasi ini diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas dan sebagainya” h. 67. Dengan demikian dapat disimpulkan maksud dari evaluasi pendidikan agama Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidik yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri. G. Karakteristik Ranah Afektif Dalam melakukan penilaian agar tidak terjadi kesalahan, baik dalam instrumen yang digunakan maupun langkah-langkah proses penilaiannya, maka seorang guru perlu mengetahui karakteristik ranah afektif dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Di antara karakteristik ranah afektif yang penting adalah:

1. Sikap

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal maupun nonverbal. Perubahan sikap dapat diamati mulai dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu Darmadji, 2011: 6. Definisi sikap sebagian besar ahli menentukan kata-kata “pre disposision” yang berarti adanya kecenderungan, yang dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi jika telah diketahui sikapnya. Dalam proses belajar mengajar terlihat adanya sikap siswa seperti kemauannya untuk menerima pelajaran dari guru, perhatian yang telah dijelaskan, penghargaan terhadap guru, sikap akan memberikan arah terhadap individu untuk melakukan perubahan positif atau negatif. Sikap disini adalah sikap siswa terhadap guru, sekolah dan terhadap mata pelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sikap merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan dan mempengaruhi perilaku. Sikap tidak identik dengan respon dalam bentuk perilaku, tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat disimpulkan dari konsistensi perilaku yang dapat diamati. Secara operasional, sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang merupakan respon reaksi dari sikapnya terhadap objek, baik berupa orang, peristiwa, atau situasi Asrori: 2011, 141. Dengan demikian bahwa sikap merupakan salah satu aspek psikologi individu yang sangat penting, karena sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berperilaku sehingga akan banyak mewarnai perilaku seseorang. Dan sikap terdiri dari tiga komponen yakni, komponen afektif, kognitif, dan konatif Zakaria: 2008, 1-3. Pentingnya aspek sikap dalam kehidupan individu, mendorong psikolog untuk mengembangkan teknik dan instrumen untuk mengukur sikap manusia. Pengukuran sikap ini dapat dilakukan dengan cara observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan peribadi, dan penggunaan skala sikap Asrori: 2011, 141-143. Selanjutnya, perubahan sikap dapat diamati mulai dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap ini merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap objek di atas, bahkan termasuk mata pelajaran PAI dan sub-sub pokok bahasan yang ada di dalamnya. Dan sikap siswa akan tampak setelah mereka dihadapkan suatu kejadian yang timbul di hadapan mereka, sehingga sikap bisa menyikapi sesuai dengan pengalamannya dan hasilnya akan berbeda-beda. Pertanyaan tentang sikap, meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau negatif terhadap suatu objek tertentu. Kata-kata yang sering digunakan dalam pertanyaan sikap antara lain dengan menyatakan arah perasaan seseorang, misalnya menerima – menolak, menyenangi-tidak menyenangi, baik – buruk, dan lain sebagainya Darmadji, 2011: 7. Dengan demikian untuk mencapai hasil aspek sikap ini maka perlu pembentukan sikap melalui pola pembiasaan dan modeling dilakukan melalui contoh. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.

2. Minat

Gilbert Sax 1980: 397 dalam bukunya yang berjudul Principle of Educational Measurement and Evaluation mengemukakan pengertian minat adalah “an interest is a preference for one activity over another”. Minat adalah kesukaan terhadap suatu aktivitas dibanding aktifitas yang lain. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Minat merupakan kesenangan untuk melakukan sesuatu. Pada umumnya minat dikaitkan dengan kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan dan kesenangan untuk mengikuti pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, minat terkait dengan kesediaan siswa untuk melakukan aktivitas belajar sehingga sangat berpengaruh pada hasil belajarnya. Siswa yang memiliki minat yang tinggi selalu berupaya untuk melaksanakan kegiatan yang terkait dengan minat tersebut. Karena itu, dalam pendidikan agama siswa harus dikondisikan agar selalu memiliki minat yang tinggi pada pelajaran dan kegiatan keagamaan.