Tabel 2. 3 Cakupan Penilaian Sikap
Penilaian Sikap Cakupan
Sikap Spiritual Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut
Sikap Sosial 1. Jujur
2. Disiplin 3. Tanggung jawab
4. Toleransi 5. Gotong royong
6. Santun 7. Percaya diri
KD pada KI-1: aspek sikap spiritual untuk mata pelajaran tertentu bersifat generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok. Sedangkan KD pada KI-2: aspek sikap sosial
untuk mata pelajaran tertentu bersifat relatif generik, namun beberapa materi pokok tertentu ada KD pada KI-3 yang berbeda dengan KD lain pada KI-2. Guru dapat
menambahkan sikap-sikap tersebut menjadi perluasan cakupan penilaian sikap. Perluasan ini, didasarkan pada karakteristik KD pada KI-1 dan KI-2 setiap mata pelajaran.
Dengan demikian tipikal hasil belajar akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru
dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Sekalipun bahan pengajaran dalam lembaga pendidikan berisi ranah kognitif, ranah afektif harus menjadi bagian
integral dari bahan pengajaran dan harus tampak dalam proses belajar mengajar yang dicapai siswa. Dan aspek afektif merupakan aspek pembelajaran yang tidak dapat
dipisahkan dengan kedua aspek lainnya, yaitu kognitif dan psikomotorik baik di dalam proses pembelajaran maupun evaluasinya.
Adapun fungsi evaluasi ranah afektif Pai adalah agar tidak terjadi kesalahan ketika mengadakan penilaian. Berikut ini beberapa fungsi evaluasi ranah afektif PAI dalam
pembelajaran adalah:
a. Sebagai alat seleksi dan berfungsi sebagai diagnostik disini guru akan mengetahui kelemahan siswa dan sebab-sebabnya sehingga guru akan mudah dalam
mengadakan penilaian terhadap siswa dan cara mengatasinya. b. Sebagai penempatan.
c. Sebagai pengukuran keberhasilan, penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan, dan keberhasilan program
pengajaran ditentukan oleh beberapa faktor yakni guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem administrasi Suharsimi: 2009, 10-11.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa fungsi evaluasi adalah melingkupi beberapa hal; a dapat mengukur terhadap peningkatan karakteristik afektif
siswa; b melakukan bimbingan terhadap karakteristik afektif siswa ke arah yang baik; c menempatkan karakteristik siswa kepada kondisi yang sesuai dengan latar belakang siswa
baik dari aspek sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.
I. Teknik dan Instrumen Evaluasi Ranah Afektif
Evaluasi hasil belajar tidak hanya dilakukan dengan menggunakan teknik berupa tes, tetapi juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang tidak berupa tes teknik
non tes. Dengan teknik non tes maka evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan wawancara,
observasi, kuesioner, skala sikap, penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal. Teknik non tes ini pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil
belajar peserta didik dari segi ranah afektif dan psikomotor, sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah kognitif
Sudijono, 2011: 76. Jika dibandingkan dengan teknik tes maka teknik non tes ini memiliki keunggulan, yaitu lebih bersifat komprehensif, dalam arti dapat digunakan untuk
menilai berbagai aspek dari peserta didik sehingga tidak hanya dapat digunakan untuk menilai aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik Sudjana: 2009, 67.
Namun dalam praktek, penggunaan teknik non tes sebagai alat untuk menilai hasil belajar masih sangat terbatas dibandingkan dengan penggunaan teknik tes. Para guru di
sekolah pada umumnya lebih banyak menggunakan teknik tes daripada non tes, dengan alasan mudah dibuat penggunaannya lebih praktis. Dan yang dinilai terbatas pada ranah
kognitif berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Teknik non tes ini dapat digunakan beberapa cara yakni:
1. Observasi
observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar, misalnya tingkah laku siswa pada waktu mengikuti pelajaran, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan
diskusi siswa, dan lain-lain. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasinya, proses kegiatan yang
dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya Sudjana, 2009: 84-85.
Sedangkan observasi menurut Permendikbud No. 66 Tahun 2013 ialah “teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati”.
Dengan kata lain observasi dapat mengukur atau menilai hasil belajar dan proses belajar misal tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu
mengajar, kegiatan diskusi siswa, dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap perilaku siswa, kegiatan yang
dilakukannya, tingkat partisispasi dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukan, kemampuan bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya. Observasi harus dilakukan saat
proses berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi.
2. Wawancara
Wawancara ini dapat digunakan untuk mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan dan sebagainya, sebagai hasil belajar siswa. Salah satu
kelebihan dari alat ini adalah bahwa antar pihak penilai guru dengan yang dinilai siswa terjadi kontak langsung, sehingga melalui wawancara ini dapat diperoleh jawaban-jawaban