Analisis Atas Temuan Lapangan 1.

No. Mata Pelajaran Aspek Penilaian Nilai Angka Huruf Penalaran dan komunikasi 70 Tujuh Puluh Pemecahan masalah 70 Tujuh Puluh 6 Ilmu Pengetahuan Alam Pemahaman dan penerapan konsep 71 Tujuh Puluh Satu Kerja ilmiah 71 Tujuh Puluh Satu 7 Ilmu Pengetahuan Sosial Penguasaan konsep 72 Tujuh Puluh Dua Penerapan 72 Tujuh Puluh Dua 8 Seni dan Budaya Apresiasi 74 Tujuh Puluh Empat Kreasi 74 Tujuh Puluh Empat 9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan Kemampuan gerak dasar 75 Tujuh Puluh Lima Keterampilan cabang olah raga 75 Tujuh Puluh Lima Kebugaran dan kesehatan 75 Tujuh Puluh Lima 10 Teknologi Informasi dan Komunikasi Etika Pemanfaatan 73 Tujuh Puluh Tiga Pengolahan dan Pemanfaatan Informasi 73 Tujuh Puluh Tiga Penugasan Proyek 73 Tujuh Puluh Tiga 11 Muatan Lokal: BTQ Penguasaan Konsep 71 Tujuh Puluh Satu Penerapan 71 Tujuh Puluh Satu Rata-rata Ketuntasan 72 Tujuh Puluh Dua Berdasarkan penjelasan dari Dr. Ahmad Sofyan dalam perkuliahan pengembangan evaluasi PAI, KKM Kriteria Ketuntasan Minimal lebih dari 75 itu merupakan KKM yang ideal. Karena yang mempengaruhi KKM itu ada beberapa faktor, di antara sebagai berikut. 1. Daya dukung 2. Kemampuan awal siswa intake siswa 3. Kompleksitas Sofyan: 2015, 8 Desember. Dengan tiga faktor tersebut guru dapat menentukan KKM pada mata pelajaran yang diampunya. Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tanara dengan KKM 75 merupakan sudah ideal. Pendekatan dengan PAK yang digunakan oleh SMPN 1 Tanara pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ini sejalan dengan Permendikbud No. 66 Tahun 2013 yang menyatakan bahwa pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria PAK. PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal KKM. KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik Permendkibud No. 66 Tahun 2013, h. 3. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada satu semester kebelakang tidak ada masukan secara langsung dari siswa terkait dengan pembelajaran. Hal ini dikarenakan para siswa kelas XI di SMPN 1 Tanara Serang Banten sudah merasa kinerja guru sebagai pendidik sudah maksimal. Terlihat dalam pengelolaan pembelajaran yang meliputi: a. Pemahaman wawasan pengetahuan, hal ini seperti memahami materi ajar, memberikan pengetahuan baru kepada peserta didik yang tidak ada dalam buku Pendidikan Agama Islam rujukan utama sekolah, dan sebagainya, b. pemahaman terhadap peserta didik, hal ini guru memahami kelemahan dan kelebihan peserta didik. c. Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, hal ini guru Pendidikan Agama Islam berprestasi telah menyusun silabus dan RPP sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata Pelajaran PAI. d. Evaluasi hasil belajar, yang dilaksanakannya menyeimbangkan semua aspek, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. e. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, seperti potensi akademik, kepribadian, dan kreativitas peserta didik. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru, pada pasal 3 ayat 4 menjelaskan bahwa: Kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat 2 merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang- kurangnya meliputi: pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; pemahaman terhadap peserta didik; pengembangan kurikulum atau silabus; perancangan pembelajaran; pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; pemanfaatan teknologi pembelajaran; evaluasi hasil belajar; dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya “PP No. 74 Tahun 2008” h, 6. Dengan demikian guru Pendidikan Agama Islam berprestasi ini telah memiliki kompetensi pedagogik terutama kemampuannya dalam penilaian dan evaluasi hasil belajar.

b. Taksonomi Proses Belajar

Menurut konsep Bloom dan para koleganya taksonomi dalam proses belajar harus berjenjang mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks di klasifikasikan pada tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam sistem hirarki. Namun, guru Pendidikan Agama Islam berprestasi ini dalam membuat soal Pendidikan Agama Islam, baik tes tulis maupun lisan, baik untuk soal harian, ujian tengah semester UTS maupun ujian akhir semester UAS, beliau membuat soal secara random. Secara random disini dapat dimaknai tidak berjenjang. Bisa mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks dan mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang abstrak, ataupun dari hal yang kompleks sampai dengan hal yang sederhana dan mulai dari hal yang abstrak sampai dengan hal yang mudah. Hal yang dilakukan oleh guru berprestasi ini sejalan dengan konsep dari L.Dee Fink, Ph.D yang bertolak belakang dengan konsep dari Bloom dan para koleganya mengenai taksonomi dalam proses belajar. Fink 2004, 9 ini mengemukaan dalam tulisannya yang berjudul A Self-Directed Guide to Designing Courses for Significant Learning bahwa pada saat ini sekarang sebuah taksonomi tidak dan bukan lagi dalam jenjang hirarki, melainkan yang agak rasional dan interaktif. Menurutnya, beliau menyatakan bahwa “setiap jenis dari belajar dihubungkan kepada jenis lain dari belajar dan itu mencapai salah satu jenis yang mana saja dari belajar, sekaligus mempertinggi kemungkinan mencapai jenis lain dari belajar yang baik.” Fink, 2004: 9. Ia mengenalkan enam kategori, yaitu: a. Dasar ilmu Foundational khowledge b. Penggunaan Application c. Penggabungan Integration d. Dimensi manusia Human dimention e. Mempedulikan Caring f. Belajar cara belajar Learning how to learn Untuk lebih jelasnya taksonomi ini ditunjukkan oleh gambar 4.1 Gambar 4.1 A Taxonomy of Significant Learning Fink, 2004: 9. Pada gambar 6.1 di atas mengenai sebuah taksonomi dari belajar yang berartipenting, menjelaskan bahwa terdapat taksonomi dalam belajar yang sangat berarti. Ada enam kategori sebagai berikut. a. Dasar ilmu Foundational khowledge: Memahami dan mengingat: informasi dan ide-ide b. Penggunaan Application FOUNDATIONA L KNOWLEDGE Understanding and remembering: Information Ideas APPLICATION Skills Thinking: Critical, creative, practical thinking Managing projects INTEGRATI ON Connecting: Ideas People Realms of life HUMAN DIMENSI ON Learning about: Oneself Others CARING Developing new Feelings Interests Values LEARNING HOW TO LEARN Becoming a better student Inquiring about a subject Self-directing learners 1 Kemampuan, 2 Berpikir: kritis, kreatif, dan berpikir praktik. 3 Mengatur proyek. c. Penggabungan Integration Menghubungkan : Ide, Orang, dan bidang kehidupan. d. Dimensi manusia Human dimention Belajar mengenai: diri sendiri dan orang lain. e. Mempedulikan Caring Pengembangan baru: perasaan, perhatian, nilai f. Belajar cara belajar Learning how to learn 1 Menjadi seorang siswa yang lebih baik 2 Ingin tahu mengenai mata pelajaran. 3 Mengarahkan diri sendiri peserta didik Fink, 2004: 9. Satu keistimewaan penting dari bagian taksonomi ini adalah setiap jenis dari belajar ialah interaktif, sebagaimana yang diilustrasikan dalam gambar 4.2 . Ini berarti bahwa setiap jenis belajar dapat menyimulasikan jenis lain dari belajar. Ini memiliki implikasi besar untuk pilihan tujuan belajar pada mata pelajaran. Hal ini mungkin dilihat mengintimidasi untuk mencakup semua enam jenis dari belajar yang berarti, namun, semakin realistiknyata mencakup, semakin banyak tujuan yang akan saling mendukung dan semakin bernilai akan belajar siswa Fink, 2004: 9. Gambar 4.2 Sifat Interaktif dari Belajar yang Berarti Fink, 2004: 10. Pada nilai akhir hasil belajar peserta didik, pada aspek kognitif siswa di kelas XI-A SMPN 1 Tanara masih banyak siswa yang nilai akhirnya di bawah KKM, demikian juga perwakilan siswa yang diwawancarai delapan 8 orang yaitu AY, HR, KH, MN, MU, OH, RL, dan TN, yang mempunyai nilai rata-rata sikap yang tinggi yaitu di atas 3,50 dari pada 14 peserta didik lainnya. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut. Tabel 4. 13 Daftar Nilai Pengetahuan Siswa Kelas IX-A SMPN 1 Tanara Berdasarkan tabel di atas peserta didik yang mempunyai nilai afektif tinggi, tidak menjamin memiliki nilai kognitif yang tinggi pula. Karena pada kenyataannya delapan siswa yang memiliki nilai afektif tinggi itu ada empat siswa yang nilainya di bawah KKM mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tanara yaitu 75. Sehingga para siswa tersebut yang memiliki nilai di bawah KKM, melaksanakan program remedial hingga NO NAMA PESRTA DIDIK PENGETAHUAN NILAI HARIAN ULANGAN, TUGAS UTS UAS AKHIR 1 2 3 4 JML RATA 1 AG 70 80 80 70 300 75 80 65 73 2 AM 80 70 80 70 300 75 72 70 72 3 AW 70 90 70 60 290 73 70 70 71 4 AN 70 80 70 60 280 70 70 70 70 5 AS 70 80 70 60 280 70 70 70 70 6 AH 80 80 80 70 310 78 72 60 70 7 AL 80 90 70 70 310 78 70 65 71 8 AY 80 70 80 70 300 75 80 60 72 9 DD 70 80 70 60 280 70 70 70 70 10 EH 80 80 60 60 280 70 70 70 70 11 HR 70 80 70 70 290 73 70 70 71 12 HD 70 70 80 70 290 73 80 60 71 13 HS 80 80 70 60 290 73 72 70 72 14 KH 80 80 80 70 310 78 80 70 76 15 KS 80 80 70 60 290 73 72 70 72 16 MN 80 80 80 70 310 78 80 60 73 17 MU 80 80 70 60 290 73 76 66 72 18 OH 80 80 90 70 320 80 96 74 83 19 RL 80 80 80 70 310 78 84 80 81 20 SN 70 80 70 60 280 70 70 70 70 21 SH 70 70 80 60 280 70 70 70 70 22 TN 80 80 90 70 320 80 80 74 78 mendapatkan nilai minimal sama dengan KKM yaitu 75 atau melampaui KKM tersebut. Namun, peserta didik yang memiliki nilai afektif tinggi itu berdampak kepada nilai psikomotoriknya. Di kelas XI-A SMPN 1 Tanara Serang Banten, delapan siswa yang memiliki nilai afektif tinggi itu memiliki nilai akhir di atas KKM pada aspek psikomotorik. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat tabel berikut. Tabel 4. 14 Daftar Nilai Keterampilan Siswa Kelas IX-A SMPN 1 Tanara Serang Banten NO NAMA PESRTA DIDIK KETERAMPILAN NILAI PROJEK, PRODUK, PORTOPOLIO AKHIR OPTIMUM 1 2 3 1 AG 70 70 80 73 2 AM 70 80 70 73 3 AW 70 80 80 77 4 AN 70 70 80 73 5 AS 80 80 80 80 6 AH 70 70 70 70 7 AL 70 80 80 77 8 AY 80 80 80 80 9 DD 70 80 70 73 10 EH 70 70 70 70 11 HR 80 80 70 77 12 HD 70 80 70 73 13 HS 80 70 80 77 14 KH 80 80 80 80 15 KS 70 80 80 77 16 MN 80 80 80 80 17 MU 80 70 80 77 18 OH 80 80 80 80 19 RL 80 80 80 80 20 SN 70 70 70 70 21 SH 70 70 70 70 22 TN 80 80 80 80 Dengan demikian, taksonomi dalam proses belajar yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom dan para koleganya, yang dikenal dengan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Melihat hasil belajar peserta didik kelas IX-A SMPN 1 Tanara tersebut bertolak belakang dengan taksonomi proses belajar ini yang menyatakan bahwa keberhasilan ranah kognitif akan membuahkan kecakapan pada ranah afektif dan psikomotorik Bloom: 1956. Namun, pada hasil penelitian berdasarkan data yang ada peserta didik yang nilai afektifnya tinggi itu berdampak pada hasil belajar psikomotoriknya tinggi pula, walaupun hasil belajar kognitifnya rendah. Bagian penting dari analisis ranah afektif adalah masuk ke dalam teori motivasi yang menguji motivasi peserta didik selama proses belajar Savic Kashef: 2013, 994. Teori motivasi ini mengenali dua macam jenis dari motivasi: a. Motivasi intrinsik internal. Motivasi internal ini terjadi ketika seseorang secara internal terdorong untuk melakukan sesuatu, karena hal itu akan memberikan kesenangan atau karena seseorang berpikir hal itu penting dan berarti secara moral. b. Motivasi ekstrinsik eksternal. Motivasi ekstrinsik yaitu menggambarkan pemaksaan seseorang untuk melakukan sesuatu atau seseorang melakukan sikap tertentu di bawah pengaruh dari faktor eksternal seperti uang, nilai dari guru, dan yang lainnya Huitt: 2011, 3. Dalam ranah afektif, terdapat lima karakteristik afektif yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Karakteristik afektif ini bisa dijadikan untuk menganalisis motivasi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan dalam sub bab “Aktualisasi Hasil Belajar Afektif Terhadap Psikomotorik”.

C. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran

Proses pelaksanaan evaluasi yang dilaksanakan oleh guru PAI berprestasi di SMPN 1 Tanara pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, ialah menyeimbangkan ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam penilaian rapor. Dalam penilaian evaluasi pembelajaran ada dua penilaian yang digunakan oleh guru berprestasi ini yaitu, penilaian proses dan penilaian hasil belajar. Yang terdiri dari: a. Sikap dan kebiasaan, motivasi, minat, bakat; b. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran; c. Kecerdasan peserta didik; d. Perkembangan jasmani kesehatan ; dan e. Keterampilan Penilaian proses dilaksanakan pada saat Kegiatan Belajar Mengajar berlangsung baik di kelas maupun di luar kelas. Sedangkan penilaian hasil belajar dilaksanakan setelah selesai Kegiatan Belajar Mengajar. Proses pelaksanaan evaluasi yang dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Islam berprestasi di SMPN 1 Tanara pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sudah sesuai dengan ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif penilaian proses dan penilaian hasil belajar. Dalam buku yang berjudul Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik dan Prosedur, Zainal Arifin 2011, 25-26 mengemukakan bahwa: a. Sikap dan kebiasaan, motivasi, minat, bakat, yang meliputi: bagaimana sikap peserta didik terhadap guru, mata pelajaran, orang tua, suasana sekolah, lingkungan, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan penilaian? Bagaimana sikap, kebiasaan dan tanggung jawab peserta didik terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru di sekolah? Bagaimana sikap peserta didik terhadap tata tertib sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah? Bagaimana motivasi, minat, dan bakat peserta didik dalam pelajaran? b. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran, yang meliputi: apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tugas-tugasnya sebagai warga negara, warga masyarakat, warga sekolah dan sebagainya? Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tentang materi yang telah diajarkan? Apakah peserta didik telah mengetahui dan mengerti hukum-hukum atau dalil-dalil dalam suatu mata pelajaran? c. Kecerdasan peserta didik, yang meliputi: apakah peserta didik sampai taraf tertentu sudah dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam pelajaran? Bagaimana upaya guru meningkatkan kecerdasan peserta didik? d. Perkembangan jasmanikesehatan, yang meliputi: apakah jasmani peserta didik sudah berkembang secara harmonis? Apakah peserta didik sudah mampu menggunakan anggota-anggota badannya dengan cekatan? Apakah peserta didik sudah memiliki kecakapan dasar dalam olahraga? Apakah prestasi peserta didik dalam olahraga sudah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan? Apakah peserta didik sudah membiasakan hidup sehat? e. Keterampilan, yang meliputi: apakah peserta didik sudah terampil membaca, menulis, dan berhitung? Apakah peserta didik sudah terampil menggunakan tangannya untuk menggambar, olahraga, dan sebagainya? Arifin, 2011: 25-26.

d. Pelaksanaan Evaluasi Afektif

Dalam Teknik pelaksanaan penilaian afektif guru berprestasi ini hanya menggunakan teknik observasi, wawancara, penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan jurnal. Ini sejalan dengan apa yang telah dituangkan dalam Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian. Namun dalam praktiknya, guru berprestasi ini melakukan teknik observasi dalam lembar pengamatan disederhanakan, penilaian diri dan penilaian antarteman dengan skala sikap, wawancara dan jurnal. Karena sebenarnya format penilaian afektif ini merupakan untuk kurikulum 2013 dan tidak ada di kurikulum 2006, sementara di SMPN 1 Tanara masih menggunakan kurikulum 2006 wawancara: 2016, 2 Mei. Dengan demikian menurut analisa penulis, bapak H. Jaimudin, M.Pd.I sebagai guru berprestasi ini sudah siap dengan sistem penilaian afektif dalam kurikulum 2013. Namun, sekolah tersebut belum menggunakan kurikulum 2013 karena kebijakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang. Hal ini dapat dilihat dari beliau melakukan penilaian sikap pada lembar pengamatan kepada siswa kelas IX SMPN 1 Tanara dalam format penilaian kurikulum 2013 yang oleh beliau disederhanakan hanya meliputi aspek sikap spiritual dan aspek sikap sosial yang terdiri dari sikap jujur, disiplin, gotong royong dan santun. Dan kedua aspek sikap spiritual dan sosial tersebut mempunyai indikator penilaian masing-masing sebagai acuan guru dalam menilai sikap afektif siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. 15 Rekapitulasi Nilai Pengamatan Perkembangan Sikap Siswa Kelas IX-A SMPN 1 Tanara Tahun Pelajaran 20152016 No Nama Observasi S p ir itu al Ju jur D is ip li n T anggung jaw ab T ol er ans i G ot ong royong S ant un P er ca y a d iri Ra ta -r at a 1 AG 3,00 3,00 3,00 3,00 3,40 3,08 2 AM 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3 AW 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 4 AN 3,00 3,00 3,00 3,00 4,00 3,20 5 AS 3,00 3,00 4,00 3,00 4,00 3,40 6 AH 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 7 AL 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 8 AY 4,00 3,50 3,00 4,00 4,00 3,70 9 DD 3,00 3,00 3,00 3,67 3,00 3,13 10 EH 3,00 3,00 3,00 3,33 3,00 3,07 11 HR 3,00 3,00 4,00 3,67 3,00 3,53 12 HD 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 13 HS 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 14 KH 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 15 KS 3,00 3,00 4,00 3,00 3,00 3,20 16 MN 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 17 MU 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 18 OH 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 19 RL 3,00 3,50 4,00 4,00 4,00 3,70 20 SN 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 21 SH 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 22 TN 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 Keterangan Skor 4 Sangat Baik , apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 Baik , apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2 Cukup Baik, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan 1 Kurang Baik, apabila tidak pernah melakukan Berdasarkan tabel 6.1 di atas hasil penilaian observasi ini diklasifikasikan dengan ketentuan untuk anak yang sikapnya sangat baik itu skornya antara 3,50-4,00, sedangkan anak baik skornya antara 2,51-3,50, kemudian untuk anak yang sikapnya cukup baik itu skornya antara 1,51-2,50, dan untuk anak yang kurang baik itu skornya antara 1,00-1,50. Di kelas XI-A dalam rekapitulasi observasi penilaian sikap ini paling rendah nilainya 3,00 yang berskala antara 2,51-03,50 ini menunjukkan siswa tersebut cukup baik, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan sesuai indikator pada lembar pengamatan. Dan sikap yang paling tinggi di kelas XI-A ini berada pada skor 4,00 yang menunjukkan siswa tersebut amat baik, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan pada indikator pada lembar pengamatan. Kurikulum 2006 yang masih digunakan SMPN 1 Tanara ini tidak bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pusat. Karena hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan No. 160 tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan ini pada pasal 2 menyatakan “ 1 Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang telah melaksanakan Kurikulum 2013 selama 3 tiga semester tetap menggunakan Kurikulum 2013. 2 Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan satuan pendidikan rintisan penerapan Kurikulum 2013. 3 Satuan pendidikan rintisan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat berganti melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 dengan melapor kepada dinas pendidikan provinsikabupatenkota sesuai dengan kewenangannya.” SMPN 1 Tanara ini bukan merupakan sekolah rintisan penerapan kurikulum 2013 yang ditunjuk oleh pemerintah pusat, sehingga masih menggunakan kurikulum 2006 karena bertolak pada kebijakan dinas pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Serang. Namun, walaupun belum menggunakan kurikulum 2013 kepala sekolah dan guru mendapatkan pelatihan dan pendampingan untuk melaksanakan kurikulum 2013. Dengan demikian meskipun saat ini pada tahun 2016 SMPN 1 Tanara masih menggunakan kurikulum 2006 pun tidak bertentangan dengan kebijakan tersebut, karena pada pasal 4 menyebutkan “satuan pendidikan dasar dan menengah dapat melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 paling lama sampai dengan tahun pelajaran 20192020.” Pasal 4 tersebut menjelaskan bahwa kurikulum tahun 2006 digunakan di sekolah seluruh Indonesia paling lama pada tahun pelajaran 20192020.