Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

Cerita pada dasarnya sama, namun yang membedakan adalah tingkat kebenaran atau tidaknya dari cerita itu. Maka untuk menilai benar tidaknya suatu cerita, diperlukan narrative rationality, dimana narrative rationality merupakan sebuah standar untuk menilai cerita-cerita mana yang harus dipercaya dan cerita-cerita mana yang harus diabaikan. Untuk menilai narrative rationality itu sendiri, diperlukan prinsip coherence yang nantinya akan menentukan apakah seseorang akan menerima atau menolak sebuah cerita, artinya terdapat nilai konsistensi atau masuk akal dalam unsur cerita tersebut. Cerita mempunyai sebuah konsistensi yang ditampilkan kepada khalayak, maka dari itu tingkat coherence sangat diperlukan untuk menilai standar dari kemasuk akalan yang digunakan dalam cerita. Ada beberapa point utama dalam menentukan tingkat coherence dari sebuah cerita. Point-point tersebut antara lain: 2 1. Structural Coherence Sebuah cerita dinilai dari unsur-unsur cerita yang mengalir dengan lancar. Artinya ada kesinambungan antara satu unsur dengan unsur lain dalam membangun sebuah struktur cerita. 2. Material Coherence Sebuah cerita dinyatakan coherence jika ada kesesuaian antara isi cerita yang satu dengan yang lain. 2 Ibid, h.88 3. Characterogical Coherence Karakter dalam sebuah cerita sangat diperlukan. Karena itu, jika karakter dalam cerita sangat kuat, maka cerita tersebut dapat terdengar benar dan masuk akal sehingga dapat dipercaya oleh masyarakat. Selain menilai cerita dari tingkat kebenaran dan masuk akalnya coherence, cerita juga dinilai dari tingkatan logic atau tidaknya the logic of good reasons. Jika cerita yang ditampilkan sudah mempunyai tingkatan kebenaran, maka langkah selanjutnya yang harus diperhatikan adalah bagaimana sebuah cerita tersebut mampu membuat seseorang untuk memutuskan harga dari sebuah cerita. Artinya bagaimana cerita tersebut dapat membuat nilai-nilai menarik sehingga dapat menuntun logika seseorang yang melihatnya untuk memutuskan menerima atau menolak nasihat dalam bentuk apapun dari cerita tersebut. Pada intinya Fisher mengatakan bahwa tidak semua cerita yang diciptakan sama. Ia berfikir bahwa setiap orang memiliki kemampuan bawaan yang sama untuk menetukan nilai dari kisah-kisah yang didengarkan yang didasarkan pada dua aspek. Aspek pertama yaitu meneliti koherensi dari sebuah narasinya, ini adalah cara untuk menentukan apakah cerita yang ditampilkan masuk akal atau tidak. Kemudian aspek kedua diteliti dari kebenaran naratifnya, disini dapat dilihat apakah cerita tersebut sesuai dengan keyakinan sendiri dan pengalamannya atau cerita tersebut berdasarkan aspek lainnya.