Selain itu, keyakinan guru terhadap keefektifan kemampuannya sendiri dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para siswanya self
efficacy yang berhubungan dengan keterbatasan faktor di luar dirinya
ketika ia mengajar, seorang guru pun diharapkan juga mampu memanipulasi mendayagunakan keterbatasan ruang, waktu dan
peralatan yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar teacher efficacy
atau contextual efficacy. Adapun sikap yang dimiliki seorang guru mengenai kecenderungan positif atau negatif terhadap dirinya
sendiri berdasarkan penilaian yang lugas atas bakat dan kemampuannya self acceptance attitude yang nantinya berhubungan
secara psikologis dengan sikap penerimaan terhadap orang lain others acceptance attitude.
Dengan demikian, dari hasil analisis tersebut dapat juga dikatakan bahwa sikap guru praktikan mempunyai hubungan yang positif dan
signifikan dengan kompetetensi keguruan.
2. Hubungan antara Kemampuan Interaksi Belajar-mengajar
dengan Kompetensi Keguruan
Dari hasil analisis, diketahui bahwa hipotesis kedua yang menyatakan ada hubungan yang positif dan signifikan antara
kemampuan interaksi belajar-mengajar dengan kompetensi keguruan berhasil ditolak, artinya ada hubungan yang positif dan signifikan
antara kemampuan interaksi belajar-mengajar dengan kompetensi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keguruan. Pernyataan ini berdasarkan hasil analisis koefisien korelasi yang menunjukkan bahwa r korelasi sebesar 0,541 atau angka
probabilitas sebesar 0,001 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5 atau signifikan value 5. Hal ini berarti kompetensi keguruan dapat
dipengaruhi dari tinggi rendahnya kemampuan interaksi belajar- mengajar dalam kegiatan proses belajar-mengajar.
Interaksi belajar-mengajar mengandung arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar guru di satu pihak dengan warga
belajar siswa yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain. Kompetensi ranah karsa guru dalam kemampuan interaksi belajar
mengajar guru terdiri atas kecakapan fisik umum yang direfleksikan dan diwujudkan dalam bentuk gerakan dan tindakan umum jasmani
guru yang tidak langsung berhubungan dengan aktivitas mengajar, sesuai dengan kebutuhan dan tata krama yang berlaku dan kecakapan
fisik khusus yang meliputi keterampilan-keterampilan ekspresi verbal pernyataan lisan dan non verbal pernyataan tindakan tertentu yang
direfleksikan guru terutama ketika mengelola proses belajar-mengajar. Dengan demikian, dari hasil analisis tersebut dapat juga dikatakan
bahwa kemampuan interaksi belajar-mengajar mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan kompetensi keguruan.
3. Hubungan antara Nilai Mata Kuliah Prasyarat PPL dengan
Kompetensi Keguruan
Dari hasil analisis, diketahui bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan ada hubungan yang positif dan signifikan antara nilai mata
kuliah prasyarat PPL dengan kompetensi keguruan gagal ditolak, artinya tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara nilai
mata kuliah prasyarat dengan kompetensi keguruan. Pernyataan ini berdasarkan hasil analisis koefisien korelasi hitung yang menunjukkan
bahwa r korelasi sebesar -0,583 atau angka probabilitas yang diperoleh sebesar 0,747 yang lebih besar dari taraf signifikansi 5 atau
signifikan value 5. Hal ini berarti kompetensi keguruan tidak dapat dipengaruhi dari tinngi rendahnya jumlah nilai mata kuliah prasyarat
yang diperoleh oleh guru praktikan. Kompetensi keguruan merupakan hal yang dapat dilatih secara
langsung dalam tahap pendidikan pra jabatan guru yang harus dilatihkan secara bertahap dan terintegrasi mulai dari pembentukan
berbagai unsur kemampuan, penghayatan sikap dan nilai melalui berbagai mata kuliah dan kemudian dilanjutkan dalam Program
Pengalaman Lapangan PPL. Tinggi rendahnya jumlah nilai mata kuliah prasyarat yang
diperoleh oleh guru praktikan, ternyata tidak mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan kompetensi keguruan. Dalam hal
ini, dapat juga dikatakan bahwa kompetensi keguruan dapat dilatih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI