Perkebunan Peternakan PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

o t u m u n 2012 -201 II -76 meningkat. Perkembangan luas dan produksi komoditas perkebunan dapat dilihat pada Tabel 2.64. Tabel 2.64 Perkembangan Luas Tanam dan Produksi Komoditas Perkebunan Kota Payakumbuh Tahun 2007-2011 No. Komoditi Tahun Satuan 2007 2008 2009 2010 2011 1. Kelapa Luas area tanam 724,00 739 655,00 659,01 593,35 Ha Produksi 488,60 595,50 595,50 569,25 445,87 Ton 2. Tebu Luas area tanam 9,00 11,00 11,00 11,00 11,00 Ha Produksi 2,00 2,10 2,10 1,95 2,09 Ton 3. Tembakau Luas area tanam - - - 35 36 Ha Produksi - - - 21 21,60 Ton 4. Pinang Luas area tanam 12,80 14,75 14,75 15,75 16,25 Ha Produksi 65,00 4,93 4,93 5,44 6,25 Ton 5. Kopi Luas area tanam 11,80 8,50 8,50 8,50 8,50 Ha Produksi 7,48 4,23 4,23 5,53 5,53 Ton 6. Cengkeh Luas area tanam 8,00 10,00 10,00 10,00 8,50 Ha Produksi 7,50 1,90 1,90 1,90 1,79 Ton 7. Kayu manis Luas area tanam 32,00 27,00 27,00 27,00 27,00 Ha Produksi 11,00 7,50 7,50 16,00 15,00 Ton 8. Aren Luas area tanam 5,00 2,00 2,00 2,00 2,00 Ha Produksi 7,50 3,00 3,00 3,00 3,00 Ton 9. Coklat Luas area tanam 317,00 784,73 871,81 893,94 1.500,50 Ha Produksi 27,30 543,41 543,41 587,75 1350,45 Ton Sumber : Dinas Pertanian Kota Payakumbuh, 2012

c. Peternakan

Pembangunan peternakan diarahkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat dengan pengembangan peternakan rakyat, salah satunya yaitu dengan penguatan modal masyarakat. Di samping itu juga dilakukan pelayanan kesehatan ternak secara intensif, bimbingan usaha, temu agribisnis dan berbagai bentuk penyuluhan lainnya. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut terjadi peningkatan minat usaha di bidang peternakan, sehingga usaha ini secara berangsur-angsur mengalami perubahan paradigma dari usaha sampingan kepada usaha + , - o t . . .0 u m 1 u 2 3 . 24 n 2012 -201 5 II -77 utama. Peternakan yang ada di Payakumbuh umumnya berskala kecil yang terdiri dari peternakan ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Program pengembangan ditujukan pada pengembangan sapi potong, kambing, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik dan ayam buras. Untuk ternak sapi potong telah terjadi peningkatan populasi dari 7.784 ekor pada tahun 2007 menjadi 8.416 ekor pada tahun 2011. Peningkatan ini terjadi sebagai akibat meningkatnya permintaan masyarakat konsumen terhadap kebutuhan daging sapi segar di kota Payakumbuh dan hinterlandnya, dan ini diharapkan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan pembangunan infrastruktur RPH dan Pasar Ternak. Rata-rata kepemilikan ternak sapi potong adalah 3 ekorKK pada tahun 2011. Jumlah pemotongan sapi dari tahun 2007 sampai 2011 terus mengalami peningkatan, pada tahun 2011 jumlah pemotongan sapi mencapai 4.892 ekortahun. Untuk pengembangan usaha peternakan sapi telah terjadi peningkatan Pos IB Inseminasi Buatan dari 1 unit pada tahun 2007 menjadi 5 unit pada tahun 2011. Untuk ternak unggas jumlahnya sepanjang lima tahun terakhir berfluktuatif karena jumlah produksi sangat tergantung pada harga daging ayam dan telur. Pada tahun 2008 jumlah populasi unggas terutama ayam kampung dan puyuh menurun drastis dari tahun sebelumnya disebabkan wabah flu burung yang melanda beberapa daerah termasuk Kota Payakumbuh pada tahun 2007. Pada tahun 2011 populasi burung puyuh mengalami peningkatan Hal ini disebabkan peternak yang memiliki modal terbatas lebih banyak beralih ke usaha ternak burung puyuh yang siklus permodalannya relatif lebih kecil dari ayam ras, dan permintaan pasar telur puyuh yang semakin meningkat. Pada Tabel 2.65 dan 2.66 tergambar perkembangan populasi dan produksi peternakan. Tabel 2.65 Perkembangan Populasi Ternak dan Unggas Menurut Jenisnya di Kota Payakumbuh Tahun 2007-2011 No Jenis Ternak dan Unggas ekor Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 1. Sapi 7.784 7.955 7.975 8.255 8.416 2. Kerbau 1.203 636 458 430 361 3. Kuda 1.454 901 659 619 603 4. Kambing 6.124 6.435 5.223 6.053 5.294 5. Ayam Kampung 136.964 98.957 121.567 118.841 80.412 6. Puyuh 119.008 71.350 132.900 135.170 309.85 7. Itik 82.003 82.003 62.954 62.719 56.470 8. Ayam Ras Petelur 475.800 509.750 483.000 749.900 624.085 9. Ayam Ras Pedaging 1.946.552 1.678.000 1.247.977 1.256.150 1.192.950 Sumber : Payakumbuh dalam Angka, 2012 6 7 8 9 : ; o t 7 = u m ? u A B n 2012 -201 C II -78 Tabel 2.66 Perkembangan Produksi Daging, Telur di Kota Payakumbuh Tahun 2007-2011 No Jenis Ternak dan Unggas ekor Tahun Satuan 2007 2008 2009 2010 2011 1. Daging 2.278.922 2125.633 1.432.656 3.135.924 2.903.727 kg Daging Sapi 842.690 886.416 901.329 925.650,39 917.146,99 kg Daging Kerbau 99.586 53.840 54.176 216.321,88 208.862,50 kg Daging kambing 132.500 137.500 138.875 69.226,10 45.629,39 kg Daging Kuda 5.550 3.539 3.574 756 20.790 kg Daging ayam buras 147.320 95.758 96.716 133.500,60 86.684,14 kg Daging Ayam ras pedaging 830.528 713.150 NA 1.180.028,98 1.121.372,98 kg Daging ayam ras petelur 186.821 199.830 201.828 579.308,29 478.880,77 kg Daging itik 33.927 35.800 36.158 31.131,38 24.360,19 kg 2. Telur 3.524.482 3.547.530 3.570.053 5.872.778 4.883.460 kg Telur ayam ras 3.083.184 3.102.880 3.133.825 5.379.344,50 4.507.885,35 kg Telur ayam buras 57.524 43.450 43.885 79.103 51.363,17 kg Telur itik 383.774 401.200 392.343 414.330.30 324.211,95 kg Sumber : Dinas Pertanian, 2012 Produksi daging di Kota Payakumbuh selama 5 lima tahun terakhir paling banyak berasal dari ternak unggas yaitu daging ayam ras pedaging sebesar 830.520 kg pada tahun 2007 meningkat menjadi 1.121.372,98 kg pada tahun 2011 dan ternak besar yaitu daging sapi sebesar 842.690 kg pada tahun 2007 meningkat menjadi 917.146,99 kg pada tahun 2011.Untuk produksi telur selama 5 lima tahun terakhir paling banyak berasal dari telur ayam ras sebesar 3.083.184 kg meningkat menjadi 4.507.885,35 kg pada tahun 2011. Tidak hanya dari sisi pengembangan produksi peternakan, Kota Payakumbuh juga tengah menyiapkan Sentra Pemasaran Peternakan Terpadu, yang mengintegrasikan lokasi Pasar Ternak, Rumah Potong Hewan RPH, Laboratorium Percontohan, BPP dan instalasi Pengolahan Pakan di kawasan Kelurahan Payobasung Kecamatan Payakumbuh Timur. Pembangunan Sentra Pemasaran Peternakan Terpadu didanai oleh 4 empat sumber pendanaan, terutama Rumah Potong Hewan, yaitu peralatan dan mesin berasal dari bantuan negara spanyol; laboratorium percontohan dan kandang karantina dari Pemerintah Pusat; bangunan utama dan IPAL dari pemerintah Provinsi Sumatera Barat; dan sarana pendukung lainnya oleh pemerintah Kota Payakumbuh. Saat ini Pasar Ternak sudah selesai dibangun dan telah dimanfaatkan, namun Rumah Potong Hewan RPH yang akan dijadikan Rumah Potong Hewan Percontohan pada tahun 2011 masih dalam tahap penyelesaian. Dan dapat segera dioperasionalkan pada tahun 2013 setelah mesin dari hibah negara Spanyol tiba di Kota Payakumbuh yang mana pada tahap awal akan dikelola oleh UPTD Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat. Kawasan Sentra Pemasaran Peternakan Terpadu ini kedepan diharapkan menjadi sentra agribisnis yang ditangani dengan pola agropolitan. Persiapan ke arah itu telah direspon oleh Pemerintah Pusat melalui D E F G H I o t J EJ KJL u m M u N O J NP n 2012 -201 Q II -79 Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan mengalokasikan dana untuk penyiapan infrastruktur di kawasan Bukik Patah Sembilan sebesar 2,8 milyar. Lokasi ini kedepan diharapkan menjadi berskala regional karena berada di perbatasan Kabupaten Lima Puluh Kota ke arah timur.

d. Perikanan

Pada sub sektor perikanan, kebijakan pembangunan perikanan diarahkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat petani ikan dengan peningkatan produktifitas dan efisiensi usaha perikanan sehingga tercipta iklim usaha yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya wirausaha perikanan. Untuk itu, pembangunan perikanan diarahkan untuk pengembangan budidaya ikan air tawar, pengembangan agribisnis perikanan, peningkatan sarana dan prasarana perikanan, pencegahan dan pemberantasan hama penyakit ikan. Aktivitas budidaya perikanan darat di Kota Payakumbuh melalui budidaya kolam air deras, kolam air tenang, keramba, dan perairan umum. Jenis ikan yang banyak dibudidayakan antara lain ikan nila, ikan lele, ikan mas, dan ikan gurami. Perkembangan luas dan produksi perikanan di Kota Payakumbuh Tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.67. Tabel 2.67 Perkembangan Luas dan Produksi perikanan kota Payakumbuh tahun 2007-2011 No Jenis Budidaya Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Luas Haunit Produk si Ton Luas Haunit Produk si Ton Luas Haunit Produk si Ton Luas Haunit Produk si Ton Luas Haunit Produksi Ton

1. Kolam

226,36 ha 872,59 190,36 ha 724,33 192,57 ha 202,49 285,21 ha 278,31 262,3 ha 332

2. Keramba

8 unit 1,6 20 unit 4 5 unit 1 - - 14 unit 2,8

3. Perairan

umum 63 ha 69,39 40 ha 61 38,95 ha 18,8 63 ha 4 63 ha 4,2 Sumber : Dinas Pertanian Kota Payakumbuh, 2012 Secara umum produksi perikanan mengalami peningkatan yang disebabkan oleh meningkatnya produksi dari hasil budidaya dari kelompok perikanan dan masyarakat secara umum.Dalam peningkatan kegiatan budidaya dalam rangka peningkatan produksi juga diiringi dengan penyediaan benih unggul, pakan yang murah dan jaminan pasar. Luas kolam yang diusahakan masyarakat untuk budidaya ikan tidak mengalami perkembangan bahkan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena berkembangnya infrastruktur kota sehingga cukup banyak terjadi alih fungsi lahan. Kebutuhan konsumen akan ikan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bila diambil angka rata-rata konsumsi ikan oleh masyarakat yaitu sebesar 18 kgkapitatahun maka kebutuhan ikan di Kota Payakumbuh sebanyak lebih kurang 1.827 ton. Guna memenuhi jumlah tersebut dibutuhkan bibit ikan sebanyak lebih kurang 26,1 juta ekor setahun dengan asumsi keberhasilan hidup survive Rate 70 . R S T U V W o t X SX YXZ u m [ u \ ] X \ n 2012 -201 _ II -80 e. Kehutanan Kerusakan hutan dan lahan akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan cukup signifikan, baik frekuensi kejadiannya maupun besar bencana alam yang ditimbulkan. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya sekedar merusak ekosistem hutan tetapi juga kelangsungan berbagai flora dan fauna serta sosial kemasyarakatan. Melihat laju kerusakan lingkungan dan luasnya dalam dekade terakhir ini maka sudah sangat perlu dilakukan tindakan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga dapat berfungsi sebagai pelindung lingkungan, mencegah banjir, tanah longsor, erosi, dan sekaligus untuk mendukung produktivitas sumber daya hutan dan lahan serta melestarikan keragaman hayati. Lahan kritis seluas 50 ha di Kota Payakumbuh pada tahun 2007, pada saat ini sudah tidak ada lagi karena sudah dimanfaatkan oleh petani, terutama dengan adanya bantuan dana dari pemerintah untuk menanami lahan kritis dengan tanaman tahunan seperti coklat, durian, petai, mahoni dan luas lahan penghijauan pada tahun 2011 telah mencapai 1.017 ha.

f. Perindustrian

Jumlah industri selama 5 lima tahun terakhir mengalami fluaktuasi pertumbuhan akibat dampak krisis ekonomi dunia dan nasional, seperti dampak kenaikan minyak dunia pada tahun 2008 yang diikuti oleh naiknya harga BBM di dalam negeri. Pada tahun 2007 jumlah industri sebanyak 1.228 unit, namun pada tahun 2008 jumlahnya berkurang menjadi 978 unit dan terus berkurang menjadi 945 unit pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2010 sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, maka jumlah industri meningkat dari 945 unit tahun 2009 menjadi 966 unit pada tahun 2010 dan terus meningkat menjadi 1.616 pada tahun 2011. Berfluktuasinya perkembangan industri di Kota Payakumbuh karena industri yang berkembang masih banyak yang berskala rumah tangga dan berskala mikro, kecil, menengah atau Home Industry yang dikelola baik secara formal maupun informal, sehingga rentan sekali untuk beralih usaha ke sektor lain jika ditimpa krisis. Industri rumah tangga Home Industry yang banyak digeluti masyarakat adalah jenis makanan ringan, seperti gelamai, beras rendang, rendang telur, rendang runtiah, kerupuk sanjai, karak kaliang dan jenis kerupuk lainnya. Perkembangan industri di Kota Payakumbuh tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.68.