Pola Usaha Budidaya Ayam Broiler

20 Menurut Aziz 2009, perekrutan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat di sekitar peternakan ayam broiler dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya risiko sosial yang muncul dari lingkungan masyarakat sekitar. Pelibatan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja di peternakan ayam broiler dapat menjadikan masyarakat setempat merasa dihargai atas keberadaannya di dalam lingkungan usahaternak ayam broiler.

2.3. Pola Usaha Budidaya Ayam Broiler

Menurut Santoso dan Sudaryani 2009, usaha budidaya ayam broiler dapat dibedakan menjadi pola usaha mandiri dan pola kemitraan. 1. Pola Usaha Mandiri Pada pola usaha mandiri, seluruh usaha budidaya ayam broiler dilakukan sendiri secara mandiri oleh peternakan tersebut. Dalam hal ini, peternakan mendatangkan langsung input-input yang dibutuhkan secara langsung dan menerapkan sistem manajerialnya sendiri, sehingga total biaya produksi ditanggung langsung oleh peternak. Pada pola usaha mandiri, seluruh bentuk risiko yang terjadi harus ditanggung oleh peternak karena besarnya kuntungan maupun kerugian diterima langsusng oleh peternak, akibat tidak menjalin kerjasama dengan pihak lain. Secara umum, pola usaha mandiri lebih peka terhadap total produksi, fluktuasi harga ayam broiler dan harga input-input di pasaran. 2. Pola Usaha Kemitraan Menurut Santoso dan Sudaryani 2009, peternak ayam broiler yang menerapkan pola usaha kemitraan, tidak perlu mengeluarkan seluruh biaya, karena pola ini merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan dengan pihak lain, seperti pabrik pakan, poultry shop, maupun peternak besar perusahaan. Santoso dan Sudaryani 2009, membagi pola usaha kemitraan menjadi pola inti plasma, pola sewa kandang dan peralatan, dan pola investor. Pada pola inti plasma, pihak inti yaitu pabrik pakan, poultry shop, maupun peternak besar perusahaan, wajib menyediakan berbagai sarana produksi seperti DOC Day Old Chick, vaksin, pakan, dan manajemen budidaya. Selain itu, pihak inti berhak menjual hasil produksi peternakan dengan harga kontrakharga pasar, sedangkan peternak plasma wajib menyediakan kandang beserta peralatannya, dan tenaga kerja. 21 Pada pola kemitraan sewa kandang dan peralatan, peternak tidak perlu mengeluarkan modal untuk menyediakan kandang dan peralatannya. Pada kemitraan pola investor, pemilik modal dapat memberikan modalnya kepada peternak untuk membeli tanah dan membuat kandang tanah dan kandang tetap menjadi milik investor. Menurut Christiawan 2002, pola kemitraan seperti yang dikembangkan pada penelitiannya, yaitu PT Mitra Asih Abadi melalui peternakan inti rakyat PIR, merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan anatara pihak inti perusahaan dan plasma peternak. Pola PIR yang diterapkan oleh PT Mitra Asih Abadi meliputi penyediaan sarana produksi peternakan oleh perusahaan inti, seperti DOC, pakan, obatvaksin, pemberian jaminan pemasaran hasil produksi peternak dengan harga garansi, dan pemberian bimbingan teknis dan pengawasan secara kontinyu kepada peternak plasma. Manfaat yang dapat diperoleh dari pola usaha kemitraan adalah dapat menciptakan lapangan kerja baru, menciptakan keadilan dan pemerataan pendapatan bagi peternak plasma, dapat menciptakan harga jual ayam broiler yang ideal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dan dapat meminimalisasi risiko yang dihadapi oleh peternak, seperti risiko produksi, risiko pemerolehan dan harga beli input, dan risiko harga penjualan ayam broiler.

2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu yang Relevan