Analisis Risiko Produksi Usaha Peternakan Bapak Maulid

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Risiko Produksi Usaha Peternakan Bapak Maulid

Peternakan Bapak Maulid menghadapi risiko produksi dalam menjalankan usahaternak ayam broiler. Risiko produksi tersebut menyebabkan tingkat pendapatan Peternakan Bapak Maulid mengalami fluktuasi setiap periode produksi. Budidaya ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid mulai dilakukan pada tanggal 7 Januari 2011. Banyaknya periode produksi pengamatan yang dilakukan di Peternakan Bapak Maulid adalah sebanyak tujuh periode produksi, yang masing-masing dilakukan selama 34 – 37 hari. Waktu produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid selama periode pengamatan adalah sebagai berikut. Tabel 9. Waktu Produksi Ayam Broiler di Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan 7 Januari 2011 – 26 November 2011 Periode Produksi Tanggal Budidaya Jumlah Hari Musim I 7 Januari – 12 Februari 2011 37 Hujan II 28 Februari – 5 April 2011 37 Kemarau III 19 April – 24 Mei 2011 36 Kemarau IV 7 Juni – 12 Juli 2011 36 Kemarau V 19 Juli – 23 Agustus 2011 36 Kemarau VI 8 September – 12 Oktober 2011 35 Kemarau VII 24 Oktober – 26 November 2011 34 Hujan Berdasrkan Tabel 9, periode produksi I dilakukan pada tanggal 7 Januari 2011 dan periode produksi terakhir dilakukan pada periode produksi VII, yakni pada tanggal 24 Oktober 2011. Selama periode produksi tersebut, Peternakan Bapak Maulid menghadapi kondisi cuaca yang berbeda. Pada periode produksi I dan VII, pelaksanaan produksi dilakukan pada musim hujan. Pada periode produksi II – VI, produksi ayam broiler dilakukan pada musim kemarau. Perbedaan kondisi cuaca yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid sangat mempengaruhi hasil produksi ayam broiler karena dapat mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler. Kondisi cuaca yang ekstrim dapat menyebabkan perkembangan penyakit yang dapat menyerang ayam broiler. 63 Risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid dapat mempengaruhi hasil usahaternak ayam broiler yang dijalankan pada setiap periode produksi. Hal ini dikarenakan risiko produksi dapat mempengaruhi tingkat produktivitas ayam broiler, yang dicerminkan oleh tingkat mortalitas ayam broiler pada setiap periode produksi. Sumber-sumber risiko produksi yang mempengaruhi tingkat mortalitas ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid, diantaranya adalah ayam broiler yang afkir, serangan penyakit, dan kondisi cuaca. Tabel 10. Sumber-sumber Risiko Produksi Ayam Broiler di Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan 7 Januari 2011 – 26 November 2011 Periode Produksi Total Budidaya Ekor Jumlah Kematian Sumber Risiko Produksi Ayam Broiler Total Kematian Mortalitas Ayam Broiler Afkir Serangan Penyakit Kondisi Cuaca Ekor Ekor Ekor Ekor I 5.000 20 0,40 73 1,46 93 1,86 II 6.000 22 0,37 0 22 0,37 III 6.000 25 0,42 113 1,88 138 2,30 IV 6.000 39 0,65 46 0,77 85 1,42 V 6.000 71 1,18 131 2,18 202 3,37 VI 5.700 50 0,88 36 0,63 118 2,07 204 3,58 VII 6.000 56 0,93 119 1,98 275 4,58 450 7,50 Berdasarkan Tabel 10, rata-rata tingkat mortalitas ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi adalah sebesar 2,91 persen. Tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada periode produksi VII dengan tingkat mortalitas sebesar 7,50 persen. Tingkat mortalitas tersebut berada di atas standar tingkat mortalitas yang ditetapkan oleh PT SUC, yaitu sebesar 4,39 persen Lampiran 4. Tingginya tingkat mortalitas ayam broiler pada periode produksi tersebut dikarenakan banyaknya jumlah ayam broiler yang afkir, terjadi serangan penyakit Kolibasilosis, dan terjadinya perubahan kondisi cuaca yang cukup ekstrim, yakni peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Tingkat mortalitas yang tinggi juga terjadi pada periode produksi VI, yaitu sebesar 3,58 persen. Hal ini disebabkan pada periode produksi VI banyak ditemui ayam broiler 64 yang afkir, terjadi serangan penyakit Gumboro, dan menghadapi musim kemarau dengan suhu yang cukup tinggi sehingga mempengaruhi kondisi tubuh ayam broiler . 1. Ayam Broiler yang Afkir Kualitas DOC Day Old Chick sangat mempengaruhi pertumbuhan dan daya tahan tubuh ayam broiler. Ayam broiler afkir di Peternakan Bapak Maulid terdiri dari ayam broiler yang kerdil dan ayam broiler yang cacat. Ayam broiler yang kerdil cenderung membutuhkan pakan dalam jumlah yang lebih banyak. Namun, hal ini tidak mempengaruhi pertambahan bobot ayam broiler, sehingga total biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid menjadi semakin tinggi. Ayam broiler yang afkir akibat kualitas DOC yang rendah dihitung sebagai ayam broiler yang sudah mati oleh pihak PT SUC. Ayam broiler yang cacat tidak dipelihara oleh Peternakan Bapak Maulid, sehingga dihitung sebagai ayam broiler yang sudah mati. Namun, sebagian dari ayam broiler yang kerdil masih tetap dipelihara secara khusus oleh Peternakan Bapak Maulid. Hal ini dikarenakan ayam broiler tersebut masih mengalami pertumbuhan walaupun dengan laju pertumbuhan yang lebih lambat. Beberapa ekor ayam broiler afkir yang sudah mencapai bobot tubuh yang normal, selanjutnya dijual oleh Peternakan Bapak Maulid kepada pedagang pengumpul. Berdasarkan Tabel 10, Peternakan Bapak Maulid memperoleh ayam broiler afkir sebanyak 283 ekor selama tujuh periode produksi atau rata-rata sebanyak 40 ekor setiap periode produksi. Pada periode produksi II, Peternakan Bapak Maulid memperoleh ayam broiler afkir dalam jumlah yang paling sedikit yaitu sebanyak 22 ekor. Menurut Bapak Maulid, pada periode produksi tersebut peternakannya memperoleh DOC yang berkualitas cukup baik. Jumlah ayam broiler afkir terbanyak diterima oleh Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi V yaitu sebanyak 71 ekor. 2. Serangan Penyakit Serangan penyakit sangat mempengaruhi kelangsungan budidaya ayam broiler . Jenis penyakit yang pernah menyerang ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid selama periode pengamatan meliputi Kolibasilosis dan Gumboro. Penyakit 65 Gumboro menyerang Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VI, sedangkan penyakit Kolibasilosis menyerang Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VII. Serangan penyakit baru terjadi pada periode produksi VI dan VII diduga karena kandang di Peternakan Bapak Maulid merupakan kandang yang baru dibangun sehingga kondisi lingkungan di luar maupun lingkungan di dalam kandang masih cukup steril. Jumlah kematian ayam broiler selama tujuh periode produksi di Peternakan Bapak Maulid akibat serangan penyakit adalah sebanyak 155 ekor Tabel 10. Jumlah kematian ayam broiler terbanyak akibat serangan penyakit terjadi pada periode produksi VII, yaitu sebanyak 119 ekor. Serangan penyakit dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar pada usahaternak ayam broiler, karena mengakibatkan kematian dalam jumlah yang banyak. Menurut Bapak Maulid, serangan penyakit yang terjadi pada beberapa ayam broiler dapat menular dengan cepat pada ayam broiler lainnya. Selain itu, serangan penyakit pun sulit untuk terdekteksi karena dapat terjadi secara tiba-tiba. 3. Kondisi Cuaca Kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi ayam broiler . Pada musim kemarau, penguapan yang cukup tinggi dapat terjadi pada tubuh ayam broiler akibat suhu udara yang terlalu tinggi. Pada musim penghujan, dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi di dalam kandang, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan penyakit. Selain itu, perubahan suhu yang cukup tinggi seperti peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau ataupun sebaliknya, dapat menyebabkan stress sehingga menyebabkan ayam broiler mudah terserang penyakit. Kondisi cuaca sangat mempengaruhi tingkat mortalitas ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid. Rata-rata jumlah kematian ayam broiler adalah sebanyak 108 ekor setiap periode produksi, yang disebabkan oleh kondisi cuaca. Berdasarkan Tabel 10, total kematian ayam broiler pada periode produksi I akibat kondisi cuaca adalah sebanyak 73 ekor. Rendahnya suhu udara akibat musim penghujan terjadi pada saat budidaya tahap pemanasan brooding ayam broiler. Hal ini menyebabkan sejumlah ayam broiler mati akibat tidak mampu bertahan pada kondisi suhu udara yang rendah. Namun pada saat ayam broiler memasuki 66 tahap pembesaran, curah hujan semakin berkurang sehingga menyebabkan suhu udara mulai meningkat. Selain itu dari total kematian 756 ekor ayam broiler selama tujuh periode produksi, sebanyak 408 ekor ayam broiler mati karena kondisi cuaca yang terlalu panas yang terjadi pada musim kemarau, yaitu pada periode produksi III – VI. Menurut Bapak Maulid, kondisi cuaca yang terlalu panas kurang cocok bagi ayam broiler yang berumur di atas 20 hari karena pada umur tersebut ayam broiler justru membutuhkan suhu udara yang lebih rendah. Jumlah kematian ayam broiler terbanyak di Peternakan Bapak Maulid terjadi pada periode produksi VII, akibat terjadinya perubahan cuaca yang ekstrim dari musim kemarau ke musim penghujan pada saat budidaya tahap pembesaran ayam broiler. Tingkat mortalitas ayam broiler dapat mempengaruhi tingkat efisiensi penggunaan pakan atau yang dikenal dengan istilah Feed Convertion Ratio FCR. Nilai FCR merupakan rasio antara jumlah pakan yang digunakan dengan jumlah bobot akhir ayam broiler. Nilai FCR yang berfluktuasi sangat mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid. Berikut ini merupakan tingkat FCR ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan. Tabel 11. Feed Convertion Ratio FCR Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan 7 Januari 2011 – 26 November 2011 Periode Produksi Jumlah Pakan Kg Jumlah Bobot Hidup Kg FCR I 15.500 9.018,0 1,718 II 18.900 11.056,5 1,709 III 15.350 9.462,5 1,622 IV 14.950 9.796,0 1,526 V 15.700 9.873,5 1,590 VI 14.750 9.414,0 1,566 VII 13.750 8.115,5 1,694 Rata-rata 15.557,142 9.533,714 1,632 Berdasarkan Tabel 11, rata-rata nilai FCR yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi adalah sebesar 1,632. Besar kecilnya nilai FCR tersebut dipengaruhi oleh besarnya jumlah pakan yang 67 digunakan dan besarnya jumlah bobot hidup ayam broiler yang dipanen pada setiap periode produksi. Pada periode produksi I – VI, nilai FCR yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid masih berada di bawah standar nilai FCR PT SUC Lampiran 4. Namun, pada periode produksi VII, terjadi ketidakefisienan penggunaan pakan. Nilai FCR yang dihasilkan pada periode produksi VII berada di atas nilai FCR standar yang ditetapkan oleh PT SUC. Pada periode produksi VII, bobot rata-rata akhir ayam broiler yang dihasilkan adalah hanya sebesar 1,46 kilogram per ekor Lampiran 2. Pada bobot rata-rata tersebut, nilai FCR yang dihasilkan Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 1,694, yang berada di atas standar FCR PT SUC yaitu sebesar 1,641. Penggunaan pakan yang tidak efisien pada periode produksi VII disebabkan oleh tingginya tingkat mortalitas yang mencapai 7,50 persen akibat banyaknya jumlah ayam broiler afkir, terjadinya serangan penyakit, dan pengaruh dari kondisi cuaca Tabel 10.

6.2. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Bapak Maulid