29
sedang berlaku pada periode waktu tertentu seperti, inflasi, resesi, tingkat suku bunga, dan nillai tukar domestik terhadap mata uang asing.
3.1.2. Sikap dalam Menghadapi Risiko
Setiap investor memiliki sikap yang berbeda dalam melakukan pengambilan keputusan terhadap usaha yang akan dijalankannya. Menurut Render
dan Stair diacu dalam Fahmi 2010, terdapat tiga kelompok sikap investor dalam menghadapi risiko berdasarkan konsep marginal utilitas, diantaranya adalah Risk
Averters, Risk Lovers, dan Risk Neutral.
Gambar 3.
Tiga Perbedaan Sikap Pengambilan Keputusan Investor
Sumber: Render dan Stair diacu dalam Fahmi 2010
Risk Averters terdiri dari kelompok investor yang berusaha menghindari risiko atau tidak ingin menanggung risiko dalam bentuk kerugian yang timbul
pada masa yang akan datang. Kelompok ini sangat berhati-hati dalam melakukan pengambilan keputusan atau biasanya cenderung melakukan tindakan yang
disebut safety player. Menurut Fahmi 2010, sebagian besar investor bertipe Risk averter. Fahmi 2010 juga menyatakan bahwa Risk averter cenderung sulit
menjadi pemimpin atau innovator dan lebih banyak menjadi seorang follower. Menurut Sofyan 2005, Risk averter memiliki fungsi utilitas yang berbentuk
cekung yang menggambarkan bahwa marginal utilitas tambahan kepuasan akan selalu menurun untuk setiap tambahan biaya yang dikeluarkan.
Income Utility
Risk Averters Risk Neutral
Risk Lovers
30
Risk Lovers atau Risk Seeking terdiri dari kelompok investor yang menyenangi risiko. Menurut Fahmi 2010, bagi kelompok ini semakin tinggi
risiko yang dihadapi, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi. Menurut Sofyan 2005, kelompok ini memiliki preferensi terhadap risiko yang
lebih tinggi dibandingkan Risk averters dan biasanya memiliki sikap yang sangat optimis. Risk Lovers memiliki fungsi utilitas yang berbentuk cembung, yang
menggambarkan bahwa marginal utilitas akan selalu meningkat untuk setiap tambahan biaya yang dikeluarkan.
Menurut Sofyan 2005, Risk Neutral terdiri dari kelompok investor yang tidak peduli terhadap risiko. Fungsi utilitas yang dimiliki oleh kelompok Risk
Neutral berupa garis tegak lurus yang sesuai dengan ekspektasi labanya. 3.1.3. Konsep Manajemen Risiko
Secara umum, manajemen risiko merupakan upaya yang dilakukan untuk mengendalikan risiko, sehingga dapat memperkecil kemungkinan maupun
dampak yang ditimbulkan oleh risiko yang dihadapi. Menurut Kountur 2004, manajemen risiko merupakan berbagai cara yang digunakan oleh manajemen
untuk menangani berbagai persoalan yang disebabkan oleh adanya risiko, sehingga perusahaan dapat memperoleh berbagai manfaat, yaitu menjamin
pencapaian tujuan, memperkecil kemungkinan terjadinya kebangkrutan, meningkatkan keuntungan perusahaan, dan memberikan keamanan pekerjaan.
Menurut Kasidi 2010, risiko tidak hanya dihindari, melainkan juga harus dihadapi dengan cara memperkecil kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Hal
ini dikarenakan risiko dapat datang setiap waktu dan dapat menghalangi kegiatan usaha. Definisi manajemen risiko menurut Kasidi 2010 adalah bentuk usaha
rasional yang dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian akibat dari risiko yang dihadapi. Menurut Djohanputro 2008, manajemen risiko
merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif-alternatif penanganan risiko, memonitor,
dan mengidentifikasi implementasi dari penanganan risiko tersebut. Menurut Kountur 2008, proses manajemen atau pengelolaan risiko
dimulai dengan identifikasi risiko, pengukuran risiko, penanganan risiko, dan
31
evaluasi. Proses manajemen tersebut dilakukan secara terus-menerus dalam suatu siklus waktu tertentu oleh perusahaan.
Kountur 2008 menyatakan bahwa identifikasi risiko diperlukan untuk memperoleh daftar risiko. Langkah-langkah dalam proses identifikasi risiko terdiri
dari menentukan unit risiko, memahami proses bisnis dari unit tersebut, menentukan beberapa aktivitas yang krusial, menentukan barang dan orang pada
aktivitas krusial tersebut, menentukan kerugian yang dapat terjadi pada aktivitas tersebut, menentukan penyebab terjadinya kerugian, dan membuat daftar risiko.
Selanjutnya, risiko-risiko yang telah terdaftar tersebut diukur. Pengukuran risiko tersebut merupakan upaya untuk menghasilkan status risiko dan membuat peta
risiko. Status risiko dapat menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui risiko yang paling tinggi dan risiko yang paling rendah. Peta risiko
menggambarkan sebaran risiko, sehingga dapat diketahui dimana risiko berada dalam suatu peta. Hasil dari pemetaan dan status risiko dapat memberikan
gambaran bagi pihak menajemen dalam membuat keputusan untuk melakukan penanganan risiko.
Kountur 2008 menyatakan bahwa penanganan risiko dapat memberikan usulan yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang telah dipetakan.
Setelah dilakukan penanganan risiko, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan evaluasi. Bentuk evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi dari
pelaksanaan manajemen risiko yang telah dilakukan.
Gambar 4. Proses Pengelolaan Risiko
Sumber: Kountur 2008
Proses Output
Pengukuran Risiko Evaluasi
Penanganan Risiko Identifikasi Risiko
Daftar Risiko
1. Peta Risiko
2. Status Risiko
Penanganan Risiko
32
Kasidi 2010 menyatakan bahwa pengelolaan risiko dapat dilakukan melalui pengendalian risiko risk control dan pembiayaan risiko risk financing.
Pengendalian risiko dapat diljalankan dengan menghindari risiko, mengendalikan risiko, pemisahan, pooling atau kombinasi, dan pemindahan risiko. Pembiayaan
risiko dapat dilakukan dengan pemindahan risiko melalui asuransi atau dengan menanggung risiko sendiri retention.
3.1.4. Ukuran Risiko