Pengertian Pembelajaran Inkuiri Model Pembelajaran Inquiry Training

Menurut Kourilsky dalam Hamalik, menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa inquiry ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok. 11 Menurut Feletti dalam Wardoyo, “inquiry based learning is an orientation towards learning that is flex inquiry based learning and open and draws upon the varied skills and resources… This includes an inter-disciplinary approach to learning and problem-solving, critical thinking and assumption of responsibility by students for their own learning.” Dengan demikian, jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan harus dicari dan dipecahkan oleh kelompok siswa di dalam pembelajaran inkuiri melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok. 12 Feletti, seperti yang dikutip oleh Wardoyo, berpandangan bahwa kekritisan berpikir seseorang akan sangat menentukan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses inquiry learning. Dengan melakukan proses berpikir kritis, individu akan menemukan beragam penyelesaian masalah yang dihadapi terkait pembelajaran yang berlangsung. 13 Dalam penerapan pembelajaran inkuiri, siswa dituntut melakukan eksplorasi diri secara maksimal. Eksplorasi ini memiliki fungsi untuk membangkitkan pelbagai potensi atau kemampuan yang ada di dalam diri sehingga dapat membantu menemukan sesuatu yang baru di dalam proses pembelajaran. Jadi, selama proses pembelajaran berlangsung, berbagai penyelesaian masalah yang dihadapi akan ditemukan oleh siswa dengan melakukan proses berpikir kritis sehingga pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran inkuiri akan sangat ditentukan oleh tingkat kekritisan berpikir seseorang. 14 11 Oemar Hamalik, Op.Cit., h.220. 12 Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme, Bandung: Alfabeta, 2013, cet.1, h.65. 13 Ibid. 14 Ibid., h.66. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa untuk menemukan sesuatu yang baru di dalam proses pembelajaran karena seluruh potensi atau kemampuan yang ada dalam diri siswa dibangkitkan di dalam pembelajaran inkuiri secara tidak langsung.

b. Model Pembelajaran Inquiry Training

Model pembelajaran inquiry training merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar berangkat dari fakta menuju teori. Model pembelajaran ini bertitik tolak dari suatu keyakinan tentang kebebasan siswa dalam rangka perkembangan siswa secara independent. 15 Model pembelajaran inquiry training dikembangkan seorang tokoh yang bernama Richard Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak adalah individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Dengan demikian, gaya belajar siswa dalam memahami suatu teori yang berawal dari fakta dapat dilatih di dalam model pembelajaran inquiry training ini karena siswa diberikan kebebasan dalam rangka perkembangan siswa agar mandiri. 16 Tujuan model pembelajaran inquiry training ini yakni untuk mengajar para siswa memahami proses meneliti dan menerangkan suatu kejadian. Jadi, atas dasar rasa ingin tahu seorang individu yang diyakini oleh Suchman, maka beliau mengembangkan model pembelajaran inquiry training ini. 17 Menurut Suchman dalam Wena, menyatakan bahwa kesadaran siswa terhadap proses inkuiri dapat ditingkatkan sehingga mereka dapat diajarkan prosedur pemecahan masalah secara ilmiah. Selain itu, dapat diajarkan pada siswa bahwa segala pengetahuan itu bersifat sementara dan dapat berubah dengan munculnya teori-teori baru. Oleh karena itu, siswa harus disadarkan bahwa Dengan demikian, proses meneliti yang dipahami serta dijelaskan oleh siswa mengenai suatu kejadian tersebut merupakan suatu tujuan dari model pembelajaran inquiry training ini. 15 Riska Puspandini, Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan 5E Learning Cycle terhadap Prestasi Belajar dan Kerja Ilmiah Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri 7 Malang Tahun Ajaran 20132014, diakses pada 19 Januari 2015, h.2, jurnal- online.um.ac.iddataartikelartikel05B4C0D70BEC68E4CDCEC5E2A0203542.pdf. 16 Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Op.Cit., h.24. 17 Made Wena, Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h.76. pendapat orang lain dapat memperkaya pengetahuan yang dimiliki. 18 a. Secara alami manusia mempunyai kecenderungan selalu mencari tahu akan segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Jadi, guru dapat mengajarkan siswa mengenai prosedur pemecahan masalah secara ilmiah karena model pembelajaran ini dapat meningkatkan kesadaran siswa terhadap proses inkuiri. Guru juga berperan untuk menyadarkan siswa bahwa segala pengatahuan itu bersifat sementara dan berkembang secara dinamis. Siswa diajarkan untuk menghargai pendapat orang lain sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh seorang siswa juga diperkaya dari pendapat orang lain. Menurut Suchman dalam Ahmadi, dkk., berpendapat bahwa latar belakang yang mendukung model pembelajaran ini ialah: b. Mereka akan menyadari keingintahuannya akan segala sesuatu tersebut dan akan belajar menganalisis strategi berpikirnya. c. Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan atau digabungkan dengan strategi lama yang telah dimiliki siswa. d. Penelitian kooperatif cooperative inquiry akan dapat memperkaya kemampuan berpikir dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentatif dan belajar menghargai penjelasan atau solusi alternatif. 19 Model pembelajaran inquiry training merupakan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan keaktifan siswa untuk melakukan observasi tentang materi dan buku panduan serta dapat mengembangkan hasil observasi dengan berbagai pertanyaan. 20 Melalui model pembelajaran inquiry training ini, siswa akan mendapatkan dampak instruksional berupa proses ilmiah dan strategi untuk inkuiri kreatif, dan dampak sertaan berupa spirit kreativitas, kebebasan otonomi Dengan demikian, partisipasi aktif siswa dapat dilibatkan di dalam model pembelajaran inquiry training ini. Hal tersebut dapat dilakukan, seperti dengan cara melakukan observasi dan mengembangkan hasil observasi menjadi berbagai pertanyaan. 18 Ibid. 19 Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Loc.Cit. 20 Tutut Prasetiyanti, Sutrisno, dan Anis Rahmawati, Pembelajaran Training Inquiry Model dengan Bantuan KWL Chart terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret dalam Mata Kuliah Konstruksi Bangunan Gedung, diakses pada 4 Desember 2014, h.2, jurnal.fkip.uns.ac.idindex.phpptbarticledownload33492349 . dalam belajar, toleransi ambiguitas dan hakikat tentatif pengetahuan. 21 Hal tersebut didapat dari partisipasi aktif siswa dalam rangkaian kegiatan hands-on sehingga menumbuhkan pertanyaan dan siswa akan mencari jawaban tersebut berdasarkan rasa ingin tahunya. Jadi, prestasi, proses, dan motivasi belajar siswa untuk mempelajari pengetahuan yang dinamis saat ini dapat dikembangkan di dalam model pembelajaran inquiry training ini. 22 Model pembelajaran inquiry training tercipta melalui konfrontasi intelektual, di mana siswa dihadapkan pada situasi yang aneh dan mereka mulai bertanya-tanya tentang hal tersebut. Menurut Joice dan Weil, dikarenakan tujuan akhir model pembelajaran ini adalah pembentukan pengetahuan baru, maka siswa dihadapkan pada suatu yang memungkinkan untuk diselidiki dengan lebih cermat. Dengan demikian, dalam model pembelajaran inquiry training ini, keaktifan siswa akan membangkitkan rasa ingin tahunya dalam mencari jawaban dari suatu pertanyaan selama pembelajaran sehingga prestasi, proses, dan motivasi belajar siswa dapat dikembangkan. 23 Lebih lanjut, Ahmadi, dkk., menambahkan bahwa masalah atau situasi harus didasarkan pada suatu gagasan yang memang dapat ditemukan discoverable ideas, bukan mengada-ada. Jadi, situasi atau kondisi di dalam model pembelajaran inquiry training ini diatur hingga sedemikian rupa agar siswa siswa dapat menyelidiki sesuatu dengan lebih cermat. 24 Setelah situasi tersebut disajikan pada siswa, kepada mereka diajarkan bahwa pertama-tama mereka perlu mengupas beberapa aspek dari situasi ini, misalnya sifat dan identitas objek serta kejadian yang berhubungan dengan situasi Dengan demikian, apa yang akan ditemukan oleh siswa atau pengetahuan yang mendasari masalah atau situasi tersebut merupakan suatu gagasan yang tidak mengada-ada. 21 Riska Puspandini, Loc.Cit. 22 Ibid. 23 Made Wena, Loc.Cit. 24 Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Op.Cit., h.24-25. tersebut. 25 a. Keterampilan melakukan pengamatan, pengumpulan, dan pengorganisasian data, termasuk merumuskan dan menguji hipotesis, serta menjelaskan fenomena. Jadi, di dalam model pembelajaran inquiry training ini, beberapa aspek atau kejadian yang berhubungan dengan situasi yang disajikan kepada siswa harus diselidiki oleh mereka sendiri. Model pembelajaran ini sangat penting untuk mengembangkan nilai dan sikap yang sangat dibutuhkan agar siswa mampu berpikir ilmiah, seperti: b. Kemandirian belajar. c. Keterampilan mengekspresikan secara verbal. d. Kemampuan berpikir logis. e. Kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif. 26 Pembelajaran dengan inquiry training dapat dilakukan secara individu, kelompok maupun klasikal sehingga dengan pembelajaran tersebut siswa akan lebih aktif serta lebih memahami materi yang telah diterimanya. 27 Model pembelajaran inquiry training memiliki keunggulan karena siswa akan melakukan penelitian secara berulang-ulang dan dengan bimbingan yang berkelanjutan. Dengan demikian, apabila di dalam tujuan pembelajaran, guru menginginkan proses pembelajaran siswa dapat berjalan aktif dan materi pembelajarannya lebih dapat dipahami oleh siswa, maka siswa dapat melaksanakan model pembelajaran inquiry training ini, baik secara individu maupun kelompok. 28 Hasil penelitian Schlenker yang dikutip oleh Trianto menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Jadi, eksplorasi pengetahuan di dalam pembelajaran yang dilakukan secara intensif oleh siswa merupakan suatu keunggulan dari model pembelajaran inquiry training ini. 29 25 Made Wena, Loc.Cit. 26 Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Op.Cit., h.25. 27 Tutut Prasetiyani, Op.Cit., h.5. 28 Aulia Azizah dan Parmin, Inquiry Training untuk Mengembangkan Keterampilan Meneliti Mahasiswa, UNNES Science Educational Journal Vol.1 No.1, 2012, h.2. 29 Trianto, Op.Cit., h.167. Dengan demikian, pemahaman sains, produktivitas dalam berpikir