Gambar 4.6 Analisis perbandingan indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan
N-gain kelas eksperimen dan kontrol
Keterangan A.1.b: Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan
jawaban B.4.a: Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian
C.7.a: Membuat generalisasi C.8.c: Menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima
D.9.a: Menjelaskan bentuk definisi berupa operasional persamaan D.10.b: Menuliskan asumsi yang dibutuhkan
E.11: Mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan membuat pengandaian posisi kondisi
E.12: Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil temuan yang diperoleh selama penelitian adalah terdapat pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir
kritis siswa pada konsep kalor. Model pembelajaran inquiry training yang digunakan di kelas eksperimen dapat mempengaruhi keterampilan berpikir kritis
A.1.b B.4.a
C.7.a C.8.c
D.9.a D.10.b
E.11 E.12
Eksperimen 0,134
0,427 0,364
0,241 0,743
0,271 0,452
0,522 Kontrol
0,070 0,315
0,214 0,019
0,244 0,312
0,133 0,252
0,000 0,100
0,200 0,300
0,400 0,500
0,600 0,700
0,800
R at
a -r
a ta
N -g
a in
Perbandingan keterampilan berpikir kritis berdasarkan N-gain kelas eksperimen dan kontrol
Indikator keterampilan berpikir kritis
siswa jauh lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengujian hipotesis yang menggunakan uji t-pasangan hasil pretest dan posttest kelas eksperimen pada taraf 5 lebih besar dibandingkan dengan hasil pretest dan
posttest kelas kontrol, yaitu 12,59 untuk kelas eksperimen dan 7,43 untuk kelas kontrol. Meskipun demikian, dua kelas tersebut sama-sama berhasil dalam
mempengaruhi keterampilan berpikir kritis. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen
yang menggunakan model pembelajaran inquiry training juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran sesuai
dengan Kurikulum 2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian N-gain terhadap data pretest dan posttest, baik dari kelas eksperimen maupun dari kelas
kontrol. Nilai rata-rata N-gain yang didapat dari pretest dan posttest kelas eksperimen adalah sebesar 0,49 di mana hal ini dapat diinterpretasikan bahwa
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran inquiry training berada pada taraf sedang. Sedangkan, nilai rata-rata
N-gain yang didapat dari pretest dan posttest kelas kontrol adalah sebesar 0,23 di mana hal ini dapat diinterpretasikan bahwa peningkatan ketereampilan berpikir
kritis siswa yang menggunakan pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013 berada pada taraf rendah.
Sementara itu, interpretasi berdasarkan uji homogenitas data pretest dari kelas eksperimen dan kontrol dapat disimpulkan bahwa secara umum
keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dilakukannya pembelajaran dari dua kelas tersebut adalah sama. Begitu juga dengan uji homogenitas data posttest yang
dapat disimpulkan bahwa secara umum keterampilan berpikir kritis siswa sesudah dilakukannya pembelajaran dari dua tersebut adalah sama.
Akan tetapi, apabila dipahami secara mendalam maka hasil perhitungan uji homogenitas antara pretest dan posttest cukup berbeda. Koefisien homogenitas
nilai pretest jauh lebih besar dibandingkan dengan koefisien homogenitas nilai posttest. Hal ini dikarenakan nilai-nilai pretest siswa lebih beragam dibandingkan
dengan nilai-nilai posttest siswa. Makna “beragam” di sini memiliki maksud